Kamis, 14 Mei 2020

NEGERI TANPA NABI

Negeri Tanpa Nabi
Kenapa Tuhan tidak mengutus atau melahirkan seorang nabi di bumi Nusantara ini?.Kenyataan itu yang membuat para manusia mental budak, keranjingan memuja bangsa lain sekaligus memandang rendah bangsa sendiri. Namanya juga orang mabuk dogma, kencing onta pun di puja sebagai air dari Surga. Ada konsleting di otaknya, tidak lagi merasa sebagai budak yang ditindas/jajah. Penindasan/keterjajahan itu justru menjadi semacam kebutuhan, bahkan menjadi kebanggaan. Koplak khan? Jadi budak kok bangga.
Kenapa Tuhan tidak mengutus atau melahirkan seorang nabi di bumi Nusantara?. Itu justru menunjukkan betapa sangat dekat dan sayangnya Tuhan pada bangsa ini, sekaligus menunjukkan betapa cerdas dan dalamnya spiritual di Nusantara ini.
Bangsa ini tidak butuh hadirnya seorang nabi, karena kita bangsa beradap yang udah dekat dengan sang pencipta alam semesta. Hanya bangsa bar-bar tak tahu etika, estetika dan adab yang butuh hadirnya seorang nabi sebagai pemandu, petunjuk dan jadi contoh ketauladanan. Logika sederhananya khan seperti itu. Hanya orang buta jalan yang butuh petunjuk google map, kitab suci, GPS dan sebagainya. Kalau kita, mau jalan ya jalan aja. Mantap, Tuhan beserta disetiap langkah kita.
Kita bangsa yang sudah sangat dekat dengan Tuhan, karena itu kita tidak butuh teriak-teriak apalagi pakai pengeras suara siang-malam untuk memuja-muji namaNya. Tuhan tidak butuh pujian. Dipuja atau tidak, Tuhan tetap maha tinggi. Kamu-kamu para manusia sok sucilah sesungguhnya yang butuh dan gila itu pujian.
Kita bangsa yang sudah dekat dengan Tuhan. Di tiap hembusan nafas dan detak nadi pun kita percaya Tuhan hadir. Disetiap apa yang kita lihat dan rasa Tuhan juga memberi petunjuk dan karunianya yang maha tidak terbatas. Sementara mereka percaya firman Tuhan hanya setebal kitab suci. Sementara kita tidak tahu kitab suci itu pernah di amandemen belum.
Katanya Tuhan maha besar/tidak terbatas, lha kok Tuhan cuma jadi setebal kitab? Sangat cerdas dan dalam spiritual Nusantara khan? Yang tidak pernah melahirkan seorang nabi Itu sesungguhnya. Karena sesuci dan sesempurna apa itu nabi, pada akhirnya yang ada hanya dogmatis. Stagnasi. Klaim kebenaran. Maka tidak usah heran, jika mereka tidak hanya dengan yang beda agama, bahkan masih satu agama, satu kitab dan satu nabipun pada saling berperang sendiri, saling bunuh-bunuhan. Karena merasa paling benar, suci dan sempurna senidiri. Merasa Tuhan ada di pihaknya. Padahal hanya ego tafsir mereka sendiri sebenarnya yang di puja.
Jika kita percaya Tuhan maha Besar, maka kita seharusnya sadar diri betapa kecil tiada artinya kita. Dan lihatlah, adakah kerendahan hati pada mereka yang suka mengagung-agungkan kitab suci itu?, yang tanpa sadar telah menggantikn Tuhan yang maha benar dan maha tahu dengan “kami yang paling tahu dan paling benar.”
Dan berabad-abad kita dididik untuk percaya bahwa nenek moyang kita terbelakang? Sebenarnya itu taktik bangsa lain agar gampang menguasai kita. Mendidik kita jadi bermental budak-bodoh, yang sudah takluk ketakutan hanya karena cerita terror Neraka sekaligus ngiler bangkitkan syahwat kebinatangannya hanya karena diiming-imingin kisah delusi Surgawi.
Ajaran spiritual Nusantara sudah mampu melampoi dualitas Surga dan Neraka. Kita saat ini tengah mengalami bukan hanya stagnasi, tapi dekandensi spiritual. Contoh mudah, candi Sukuh itu bukan hanya candi yang indah dan menakjubkan arsitekturnya. Tapi Lingga-Yoni yang ada disitu, selain mengandung perlambang seksualitas, menggegam pula haqiqat keutuhan Tuhan. Tapi apa kata generasi zaman ini tentang candi Sukuh? Mereka bilang itu candi porno!.
Manusia bermental budak ya akan seperti itu, hatinya kering, karena otaknya hanya kebanyakan diisi pasir. Suka memuja bangsa lain dan takut berdiri diatas kakinya sendiri. Tidak sadar, jika kita terlahir dan kelak akan mati juga berjalan sendiri-sendiri. Orang-orang bermental budak akan selalu bergerombol dan memuja keseragaman. Mereka tidak bisa melihat apalagi mensyukuri keanekaragaman sebagai berkah dan karunia Tuhan.
Mengidolakan seseorang itu tidak jelek. Tapi kalau saya lebih suka belajar untuk punya rasa percaya-diri. Karena kelak jika mati, kita juga harus berjalan sendiri. Katanya kita dicipta dari tanah, berdiri diatas tanah, hidup-makan dari tanah dan kelak juga akan kembali ke tanah. Maka hormatilah tanah leluhurmu. Warisilah sifat-sifat tanah yag mau menerima siapa saja apa adanya. Ndak usah ngomong tentang cerita langit, jika ndak bisa kau buktikan dikeseharian hidupmu.
Sudah saatnya kita menjadi bangsa yang cerdas, percaya diri dan tidak inferior dihadapan bangsa lain. Kita punya DNA itu. Nenek moyang bangsa Nusantara adalah manusia-manusia berkwalitas seperti itu. Jadi sudah saatnya berpaling dari idiologi asing dan menoleh ke dalam, kembali ke tradisi sendiri yang sangat indah, kaya warna, penuh estetika etika, toleran, penuh penghormatan pada sesama dan alam semesta.
Dan dari mana semua budaya adiluhungnya itu bisa terlahir? Yaitu dari jalan spiritualnya, ilmu keTuhanannya yang tak pernah melahirkan seorang nabi. Karena nabi mematikan nalar. Karena nabi memberikan jarak antara kita dan Tuhan, seolah-olah hanya para elite agama saja yang hapal menguasai kitab yang kenal Tuhan. Padahal dikenyataannya, agama saat ini hanya sering jadi kedok/topeng untuk menutupi kebusukan, kerakusan dan keserakahan mereka-mereka saja. Seperti kata Imanuel ; Mereka tidak lebih dari kuburan yang di cat putih. Putih bersih memang luarnya, tapi bangkai-busuk isinya.
NS

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...