Senin, 16 Oktober 2017

MENUJU SURGA ITU SEDERHANA

Dari keseluruhan ajaran agama dan berbagai macam tradisi dan aliran spiritual yang kemudian melalui laku praktek mendapatkan kekayaan insight, maka saya ingin menyederhanakan hal-hal yang tertimbun (bahkan kadang tersembunyi) di balik kerumitan ajaran falsafah / theologisnya. Satu hal untuk kali ini : mencapai surga itu sederhana.
Sederhana itu artinya tidak rumit, tidak berbelit-belit, tidak perlu teknik atau ritual ibadah aneh-aneh. Tapi sederhana juga bukan berarti mudah. Mudah ya mudah tapi sulit ya sulit. Mudah buat manusia, sulit buat yang belum jadi sepenuhnya manusia.
Bagi manusia, maka melakukan kebajikan kepada pihak lain, ..... tidak harus sesama manusia tetapi juga bisa hewan, tanaman atau alam lingkungan hidup (benda-benda mati) ..... adalah pasti menjadi hitungan untuk menghantar ke surga. Mengapa saya katakan demikan?
Karena sudah jelas dan nyata, bahwa setiap melakukan pengorbanan diri baik secara material maupun non-material kepada liyan, selalu menghasilkan perasaan kebahagiaan yang damai dan sukacita yg sangat2 halus, bersih, jernih dan indah. (Mohon bedakan antara : sukacita / bliss dan kesenangan / carnal desire. Sukacita ini bersifat batiniah, dimana justru tercapai bila diri berkorban untuk kesejahteraan liyan).
Tinggal seberapa banyaklah hal itu kita lakukan sehingga menjadi kebiasaan batin (mind habit) atau menjadi sifat karakter alami kita (becoming our spontaneous nature).
Sebaliknya, bila kita belum sepenuhnya menjadi manusia, maka sungguh sulit untuk melakukan kebajikan non-ego. Sekalipun disuruh-suruh atau diancam pun enggan. Kepada mereka yg ditaraf ini maka hanya bisa dilakukan pembinaan melalui cambuk dan hadiah, ancaman dan iming-iming. Kesadaran manusiawinya belum bersemi. Inilah akar alasan yg menyebabkan segala macam variasi dan kerumitan ajaran agama yg pada dasarnya adalah bagaimana 'memotivasi' atau kasarnya 'membujuk' para 'binatang' itu agar terangkat statusnya menjadi sepenuhnya manusia. Kerumitannya tergantung dari seberapa rumit batin 'binatang' yg hendak dikelola itu.
Semakin rendah maka aturannya semakin pada hal-hal yang kasar (carnal) dan sangat spesifik sehingga perlu mengatur dengan penuh lika-liku belat-belit seiring dengan kelicinan akal muslihatnya. Sebaliknya, makin tinggi tahap realisasi seseorang maka batinnya menjadi semakin luas, mendalam dan halus. Dirumuskan dalam kalimat-kalimat justru tampak seperti biasa-biasa saja tidak ada apa-apanya. Cukup prinsip dasar, yg walau tampak sederhana tapi bisa digali dengan sangat mendalam. Mendalam tapi sangat expansive selaras dengan pencapaian keluasan kesadaran (expansive awareness / sadar jagad-raya/ cosmic consciousness) yang berhasil dicapainya. Jadi pada dasarnya, taraf tertinggi batin mahluk yang telah menjadi sepenuhnya manusia adalah : nothing to do. Tidak ada satu hal pun yang harus / perlu diperbuat. Berbuat tanpa berbuat. Just Be.
Hidup di bumi ini adalah bagai membuat sebuah citra (image) yang cetakannya adalah kehidupan ini. Semasa hidup ini bila kita mengukir cetakannya bagus, maka ketika badannya mati dan cetakan itu dilepas, maka yg tertinggal adalah produk jiwa yang indah. Apa yang tercetak secara batiniah adalah tergantung mal-cetakan (molding) nya selama kita menggarapnya semasa berbadan kasar.
Bila cetakannya kasar, penuh keserakahan dan ratapan, maka sudah pasti alam berikutnya yg menanti adalah alam kasar, penuh keserakahan dan ratapan yang beribu kali lipat. Bila cetakannya halus, penuh keindahan dan kesukacitaan, maka kehidupan setelah kematiannya juga akan halus, penuh keindahan dan kesukacitaan yang beribu kali lipat. Inilah yang disebut Surga.
Maka apa yang engkau tanam dan pupuk dalam kehidupan di dunia ini sungguh sangat menentukan hasil akhirnya nanti.
Demikianlah sekilas. Mudah-mudahan bermanfaat.

Rahayu.
DS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...