Rabu, 03 Mei 2017

CULT

Mind-Manipulating Groups:
Fenomena “Cult”
“Orang-orang yang mengikuti cult adalah orang
normal. Mereka pada umumnya cerdas, berpikiran terbuka dan jujur. Mereka
bersedia untuk berkorban untuk manfaat yang lebih besar dari suatu grup. Mereka
tertarik pada pengembangan diri dan perbaikan dunia. Orang-orang terbaik,
biasanya, menjadi target dari cult ini. Kekurangan mereka menyebabkan mereka
sangat dibutuhkan sebagai anggota cult.

Dr J W West, Professor of Psychiatry,
University of California
Definisi “Cult”
The Concise Oxford Dictionary mendefinisikan
cult sebagai : “suatu system pemujaan religius; devosi /penyembahan,
penghormatan kepada seseorang atau sesuatu”. Menurut C.T Russel : A
religion or religious sect generally considered to be extremist or false, with
its followers often living in an unconventional manner under the guidance of an
authoritarian, charismatic leader.

Sekarang, didalam benak masyarakat,
kata-kata “cult” adalah cenderung lebih diasosiasikan sebagai kegiatan
cuci-otak (brain-washing), manipulasi kepada para pengikutnya, skandal public
dari para pemimpin cult, pemerasan dan pembunuhan masal; daripada sebuah
kegiatan penyembahan religius.

Salah satu kesulitan
mendefiniskan sebuah ajaran sebagai cult, karena organisasi mereka berada pada
kondisi yang mengalami tahapan perkembangan. Sebuah cult religius biasanya pada tahap awal, pertengahan
dan akhir dari sebuah evolusi perkembangan organisasinya.

Pada awalnya, cult terdiri dari sedikit
kelompok orang yang memfokuskan diri mereka di sekeliling seorang pemimpin
religius dimana memiliki kharisma tertentu yang menyebabkan mereka tertarik.
Pada akhirnya, hal itu dapat menjadi bersifat manipulatif, eksploitatif dan
bahkan menjadi organisasi multi-nasional. Apa yang biasa orang perbincangkan
sebagai sebuah “cult” biasanya adalah NRG (New Religius Group) yang mana biasanya
berawal dalam bentuk perguruan, kelompok doa, atau unit2 kecil lainnya yang memiliki
karakteristik hubungan kekeluargaan. NRG dapat berupa sebuah organisasi yang
memiliki tahap pertengahan-akhir dari evolusinya.

Ada sekitar 40 macam
karakteristik dari sebuah cult. Meskipun demikian, untuk mengidentifikasikan
sebuah cult yang berevolusi menjadi cult yg berbahaya, seseorang cukup menilai
/ mendiagnosisnya dilihat dari lifestyle pemimpinnya dan sikap para member terhadap
pemimpin tersebut.

Biasanya, ketika NRG
telah berevolusi pada tahap pertengahan-akhir, pemimpinnya akan bersikap
otoriter, mengumumkan dirinya sebagai titisan Allah / Buddha /Dewa, mengaku
punya hubungan khusus dengan Allah/Buddha/Dewa dan dipercayai demikian oleh
para pengikutnya.

Mengikuti / mempercayai
pimpinan diyakini sebagai salah satu jalan pencerahan / keselamatan. Para
pemimpin hidup dalam kemewahan dari hasil pembiayaan murid2nya, melepaskan
dirinya dari tubuh organisasi secara eksklusif. Pemimpin adalah tak terjangkau
terkecuali oleh segelintir anggota ‘elite’.

Pemimpin akan membuat
nubuatan tentang kejadian2 dikemudian hari dimana grup tsb bersiap-siap utk
menghadapi. Para pengikut tunduk tak bersyarat kepadanya dan memperlakukannya
sebagai orang suci, titisan Dewa, santo/santa, Buddha Hidup, dll.

Setiap cult memiliki paling tidak 5 karakteristik dibawah ini”

1.
Memiliki penyimpangan /
deviasi dengan doktrin ajaran agama yang ortodoks (host)-nya.

2.
Menggunakan taktik psikologis (iming-iming
kesaktian, bujukan, janji-janji, tekanan, intimidasi, sumpah, ancaman, menakut-nakuti,
emotional abuse, dsb) untuk merekrut anggota, mengindoktrinasi, untuk
mempertahankan kesetiaan dan untuk mengendalikan anggotanya.

3.
Membentuk sebuah
kelompok kemasyarakatan yang elit / eksklusif/ khusus (contoh: kelompoknya adalah orang2 terpilih; sumpah2
tertentu, segregasi kelas keelitan tertentu, gelar2 spiritual, kemampuan
supranatural tertentu; dsb) yang bersifat totaliter (dikontrol oleh otoritas dengan power yg absolute; menolak
system distribusi kekuasaan dan kontrol; tunduk pada semua aspek kehidupan
secara tak bersyarat kepada otoritas pemimpin).

4.
Menunjuk dirinya
sendiri sebagai Pemimpin / pendiri (self-appointed), bersifat dogmatic,
messianic, pernyataan2nya tak dapat dipertanggungja
wabkan secara riil
(unaccountable), dan memiliki kharisma. Kecenderungan narcissistic pada
pemimpin dan kelompok elitenya.

5.
Mempercayai 'the end
justifies the means' (menghalalkan
cara) untuk mendapatkan dana, merekrut orang2, menginfiltrasi dan
merusak nama baik musuh-musuhnya.

6.
Kekayaan dan assetnya
(tangible dan intangible) tidak memberi manfaat kepada masyarakat secara luas
(hanya terbatas pada kelompoknya).

7.
Grup memiliki pandangan
elitist tentang dirinya dan dalam hubungannya dengan pihak lain : merekalah
yang paling benar, setiap orang lainnya adalah salah; hanya merekalah yang
melakukan kehendak Tuhan/Dewa/Nabi secara benar.

8.
Mengekang hak personal
dan kebebasan individu anggotanya. Abuse ini dapat dilakukan secara theologis,
sosiologis, psikologis maupun spiritual.

9. There will be great emphasis on loyalty to
the group and its teachings. The lives of members will be totally absorbed into
the group's activities. They will have little or no time to think for
themselves because of physical and emotional exhaustion. This is also a vital
part of the mind control process.
10.Setiap keraguan atau pertanyaan kritis
tentang ajaran grup akan mendapatkan tentangan, ejekan, atau tidak dilayani.
Kritik dianggap pengkhianatan. Penekanan2 pada otoritas , kepatuhan tak
bersyarat, tunduk.

11.Usaha
untuk meninggalkan atau mengungkapkan fakta memalukan tentang kelompok akan
berhadapan dengan ancaman. Beberapa bahkan mengambil sumpah kesetiaan untuk
menjaminkan hidupnya dan merasa terancam dengan hal itu. Orang yang mengungsi
dari grup biasanya menghadapi konfrontasi, pelecehan, pengucilan ataupun
cara-cara penekanan lainnya.

12."US
VERSUS THEM" MENTALITY - Isolation from
the community in general. Anyone and everything outside the group is seen as
"of the devil" or "unenlightened" etc.
(Source : arsip tulisan lama saya tahun 2000)
Akhir-akhir ini banyak sekali tumbuh cult-cult yang tumbuh berselubung agama inangnya. Dan ignoransi masyarakat tentang hal ini menyebabkan fenomena ini tidak terpantau radar masyarakat. Pada akhirnya banyak kaum muda yang menjadi korban. Sampai pada titik membahayakan sistem hankam negeri. Pemerintah harus mengambil tindakan terhadap cult-cult yang berbahaya. Dan para korban anggota cult harus mendapatkan perawatan dan penanganan post-traumatic syndrome dari para ahli kesehatan jiwa secara memadai. Tanpa itu dapat menimbulkan dampak problem sosial yang lain.

Silakan simak ini agar lebih jelas : https://
www.youtube.com/watch?v=zxJyfqeaKU8


PEDIGREE (SILSILAH)

Bagaimana menilai suatu tradisi spiritual adalah otentik atau palsu (cult)?
Perhatikan.....bagaimana tradisi2 yang otentik selalu memiliki silsilah yang otentik dari generasi tradisi yg sebelumnya, diakui atau setidaknya dimaklumi oleh tradisi yg sebelumnya.

Misal : Buddha, jelas dianggap sebagai salah satu Avatara dari Kalki (Hindu) atau bahkan salah satu penjelmaan dari Vishnu. Dan ajaran Buddha sendiri diterima sebagai salah satu garis otentik dan sah dari tradisi Hindu sekalipun tidak disetujui sepenuhnya.

Perhatikan,...bagaimana nabi-nabi dalam Taurat satu sama lain saling mengesahkan dan mengakui, tersirat maupun secara tidak langsung.

Sekalipun keberadaan eksistensi tokoh2nya bisa berada pada negeri2 lain (Yudea, Israel, Mesir, Babylonia, dst). Cross-reference dari sejarah negeri2 yg berbeda tidak bisa dipermak sesuka hati dengan mudah.

Perhatikan,...bagaimana Shiva dapat ditelusuri eksistensinya sampai masa sebelum pra-sejarah dalam bentuk Tantra. Dimana ...sekalipun tradisi yg lebih baru (Vedic, suku Aryan) tidak setuju dengan Tantra, tetapi tetap mengakui bahwa eksistensinya itu ada sebelumnya (suku Tamil).
Perhatikan,...bagaimana Laozi, walaupun secara sejarah adalah mitos, tetapi catatan2 tertulis dalam bentuk yg belum selengkap sekarang dapat ditemukan pada archive peninggalan sejarahnya. Pun diterima menjadi suatu bagian dari keutuhan tradisi Tiongkok. Chinese folk-belief (sekarang dihimpun dalam organisasi Tridharma) tidak menolak eksistensinya.

Demikian pula pada tradisi Tibetan, dimana eksistensi pertumbuhan Buddhism di Tibet terakomodir dan teradopsi oleh tradisi yg sebelumnya : Bon. Suku-suku di India Utara dan Nepal, mengakui faktualitas eksistensi proses sejarahnya.

Terlebih gila lagi...in a far away of place and time.... secara cross-cultural, ternyata tradisi2 Timur pun mendapat general acknowledgement lineage dari tradisi Abrahamic (Genesis 25 : 1-8).
See.....???

BERBEDA dengan CULT yang biasanya SELF-PROCLAIMED (mengklaim diri sendiri).
Meskipun demikian tetap hati-hati. Karena kepintaran manusia, maka yang self-proclaimed pun sudah sadar akan kemungkinan deteksi ini, oleh karena itu tak jarang sering membawa-bawa otentifikasi dari tradisi yg sebelumnya, tentu dengan cara KOOPTASI (main comot lepas konteks dengan memaksakan fakta / makna).

Cara menilainya gampang : telitilah dengan seksama apakah tradisi sebelumnya atau guru-guru atau generasi tetuanya memberkahi liineage itu. Istilahnya : MEMILIKI PEDEGREE.
Atau : Have the blessing of unbroken enlightened lineage. Monggo diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sendiri2 saja.

Tapi perhatikan arahnya : apakah 'yang lama' memberkahi 'yang baru', ataukah 'yang baru' begging acknowledgement dari 'yang lama'.
Sementara kalau muncul tiba-tiba tanpa pedigree, apalagi hendak memusnahkan tradisi yang ada sebelumnya sampai ke akar-akarnya sehingga tidak lagi bisa meninggalkan jejaknya. Anda perlu curiga besar!!!

Untuk itu, biasanya...dan khususnya tradisi2 Timur, setiap pengalihan estafet selalu mewariskan satu atau beberapa benda pusaka sebagai tanda otentifikasi kebersinambungan silsilah. Dan biasanya itu disimpan secara rahasia (tidak dipertunjukkan umum). Itulah salah satu fungsi kegunaan dari Pusaka.

Rahayu!
DS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...