Sabtu, 23 September 2017

TAK ADA YANG BARU DI BAWAH KOLONG LANGIT

Sekilas simbol ini seperti lambang atau simbul ajaran spiritual kuno yoga. Gabungan segitiga ke atas dan segitiga kebawah. Segitiga kebawah yg artinya pengetahuan yg mengarah kedalam diri dan segitiga ke atas artnya pengetahuan yg mengarah keluar diri.

Ya betul. Terdapat di budaya India , bahkan di Jawa dan seluruh budaya kuno lainnya spt Inca, Maya, Bali, dsb.

Di Hindu , lambang star of David itu adalah yantra Gayatri. Simbolisme segitiga dengan ujung di atas menggambarkan prinsip maskulin atau unsur api, sementara segitiga ke bawah melambangkan prinsip feminin atau rahim.

Penggambaran inilah yg dicoba digambarkan melalui mandala Shri Yantra atau Shri Vidya atau Lalita Tripurasundari.

Vidya = pencerahan , enlightenment, wisdom.
lawannya : Avidya (buddhist : avijja) = kegelapan batin, kedunguan, kekeraskepalaan (bebal), ignorance.
Artinya, bila kita mampu menyatukan antara keterpecahan prnsip maskulin dan feminin ini dalam suatu hubungan yg harmonis, maka akan tercipta wisdom / understanding.

Maka jangan heran bila di Alkitab PL(Torah) pada bagian Genesis (Kitab Kejadian) dikatakan bahwa manakala Adam berbicara kepada Hawa maka mengandunglah Hawa.

Kalau orang yg tidak tahu makna rahasia dari simbolisme ini pasti mentertawakan....menganggap bahwa orang kuno itu bodoh bahwa dengan berbicara saja antara pria dan wanita bisa hamil.Tentu tidaklah demikian.Mereka bukanlah orang-orang bodoh, justru kitalah yg dungu tidak memahami prinsip ini. Atau menganggap Adam dan Hawa adalah 2 invidiual yg pertama.Tidak! Ini adalah treatise yg menceritakan prinsip kasunyatan secara smbolisme dengan simbol2 keluarga, bangsa, dsb.
Kata "berbicara" itu dalam bahasa aslinya adalah “to know” יָדַע (yāda‘). Maka secara singkat (saya jabarkan lain kali) bahwa pengetahuan itu adalah suatu proses "kehamilan" atas segala macam fenomena yg ada.

Kembali ke simbol IKAN yg telah kita bahas pada posting yang lalu,....sebenarnya ini telah digunakan semenjak jaman peradaban pertama muncul di bumi , yaitu peradaban SUMERIA.
Disitu ikan jg dilambangkan sebagai KEHIDUPAN dan WISDOM. Walaupun yg dituhankan waktu itu namanya Enki, yang juga dikemudian hari disebut En dan kemudian Ea setelah pengaruh budaya Akkadian masuk.

Sebagai pusat penyebaran kebudayaan di bumi, maka budaya Sumeria menyebar di seluruh wilayah Mesopotamia, meliputi Canaan, Hittitie, Hurrian, dan wilayah2 Semitic (Turki, Assyria, hingga Arab). Maka jangan heran bila terjadi perubahan nama dari En --> Ea --> El.

Bahkan konsep pemikirannya pun sama, bahwa dalam bekerja di dunia, Enki dibantu oleh putranya yaitu Enlil dalam konsep sebagai penghubung antara Dunia Atas (Upper World) dengan dunia bawah (underworld) alias bumi kita ini. Bukankah ini muncul lagi pada kisah agama Mithraism (Eropa kuno) yang tela lenyap dan kemudian muncul lagi sebagai Yesus di kekristenan?

Secara etymologis En ini berubah menjadi El pada budaya Ugarittic dan Yah pada budaya Ebla. El ini kemudian berubah menjadi Al , kemudian Allat pada semitic selatan yaitu semenanjung Arabia yg kemudian diadopsi oleh budaya islam sebagai Allah (El Illah).

Demikian pula kisah banjir besar Nuh pun berasal dari kisah Sumeria ini, dan juga kisah Gilgamesh yg menjadi Samson pada kisah di Alkitab.
Jadi, sebenarnya....peradaban manusia dalam siklus ini (dari jaman Sumeria hingga masa sekarang) sebetulnya hanyalah mengulang-ulang POLA YANG SAMA , dengan nama-nama yang berbeda-beda saja.

"What has been will be again, what has been done will be done again; there is nothing new under the sun" (Ecclesiast 1:9)
Ternyata manusia masih tetap sama saja (sudah saya teriakkan berkali-kali pada berbagai tulisan saya yg sebelumnya)....hanya nama dewa-dewanya saja yg berubah.....atau jaman dahulu berperang saling membunuh atas nama dewa-dewanya sekarang atas nama tuhan-tuhannya......tetapi pada dasarnya jiwa manusia tetap agresif, manipulatif, eksploitatif, acquisitive, divisive, ....semata karena sumber neurosis (kecemasan) eksistensial yg paling mendasar yaitu kecemasan akan kematian tidak pernah (belum) terobati.

Oleh karena itu, setiap pengajaran spiritualitas --tidak pernah tidak-- selalu berhubungan / membahas tentang kehidupan sesudah kematian. Tetapi pada saat yang bersamaan, sebetulnya rahasia kemenangan terhadap kematian itu sudah disiratkan pula secara simbolis maupun ilustrative seperti pada kalimat "Mati Sajroning Urip"...."Mati di dalam hidup"...."Lahir baru"....dsb. Bahkan Jiddu Krishnamurti yang dianggap spiritualis atheis pun menekankan dan mengajarkan demikian....yaitu bahwa kehidupan ini adalah titik-titik kematian yang terus menerus. Apakah yg dimaksud 'kematian' itu....tiada lain adalah kematian ego.....atau padamnya momen-momen pikiran setiap saat. Walau tak lama kemudian muncul lagi yang baru sambung-menyambung....seolah-olah suatu kontinyuitas. Itulah yang disebut Bardo, atau momen di antara dua pilihan untuk terus berjalan tanpa henti....sibuk dengan occupation (kesibukan) yang dibuat oleh pikiran kita sendiri karena selalu merasa kehausan (tanha). Iniah ilusi yang menipu manusia.

Tetapi bila kita menyadari setiap momen kepadaman pikiran, dan sadar menetap (abide) di dalamnya, maka disitulah kebebasan (liberation) ditemukan. Berdiam tanpa menanggapi pada momen kehadiran disini kini yang abadi dan menyaksikan semua pagelaran wayang (shadow play) itu muncul-tenggelam dalam consciousness kita. Pada saat itu terjadi, maka 'ikan'nya tertangkap.....'ikan' atau sang Hidup yang sekaligus sumber dari Love and Wisdom yang muncul spontan natural dari bawah lautan kesadaran manusia (collective human consciousness). Inilah yg menjelaskan kenapa arketipe simbolisme itu selalu muncul berulang-ulang dalam berbagai macam budaya bangsa-bangsa dalam tema-tema yg sama walau detailnya sedikit berbeda-beda satu sama lain. Termasuk dalam lakon Dewaruci, dimana Bima mencari Tirta Pawtrasuci (Air Kehidupan) di dalam samudera. Samudera itu adalah samudera kesadaran. Kalau gak paham orang pasti bingung dan mentertawakan, "Cari air kok di dalam samudera lautan!?" Bukankah air laut itu asin....penuh dengan kotoran dan kandungan mineral yang beraneka macam? Maka dicarilah 'air murni'....yang tawar...yang belum terkontaminasi oleh macam-macam imbuhan. Seperti sudah saya jelaskan sebelumnya, bahwa air (mayim) itu adalah simbol dari intelektualitas / understanding / wisdom.

Jadi, dengan kata lain, Urip itu baru bisa kita ketemukan kalau kita bisa menemukan ESENSI dari segala sesuatu yang mengada dalam lautan fenomena ini.

Dan bagi orang Jawa....spiritualitas yang terpenting dan tertinggi itu adalah memahami Kasunyataning Urip (Kesunyataan Hdup). Semua aliran sungai bermuara di lautan kehidupan itu. Semua ranting dan cabang berasal dari akar Urip yang Satu itu.

Sehingga kalau tidak mengetahui Akar, maka ya repot ...hendak menanam ranting berharap tumbuh. Ya tumbuh sih kalau ketela (telo)...hehe
Ya mungkin karena Nusantara ini tanahnya sangat subur. Maka hidung pinokio yg memanjang itu pun ditanam tumbuh menjadi agama. Buktinya? Ya lihat saja banyak yang rela mati hanya karena fanatik pada tim kesebelasan favoritnya...Subur....subur.....subur benjolan.... hahaha

Dan kalau ada pendapat di antara beberapa orang bahwa antara Jew dan Jawa terdapat suatu kesamaan , itu adalah karena FRACTAL muncul dimana-mana.
Jadi bukan dengan karangan hoax yang mengada-ada (misal abraham lahir di gunung Lawu, atau perahu Nuh itu adalah gunung Tangkuban Perahu) semacam itu!
Fractal yang muncul itu adalah : pihak-pihak yang memegang KASUNYATAN pasti hendak dimusnahkan oleh yg simulacra.
Lihat saja bagaimana budaya Sumeria punah. Mesir punah. Persia punah. Inca & Maya punah. Bahkan budaya asli EROPA pun punah (walau sekarang muncul dalam legenda2 film yg ramai di bioskop : The Lord of the Ring, The Merlin, The Druids, The Highlander, dsb....termasuk cerita kartun Asterix! )
Dan itu termasuk upaya pelenyapan / pemelintiran budaya-budaya asli NUSANTARA khususnya Spiritualitas dan Local Wisdom Jawa yg sudah mencapai tataran sangat tinggi di masa itu!
Itulah yang disebut jaman Kaliyuga. Kalabendu. Jaman Terbalik. Jaman Edan!
Seperti dikatakan pujangga2 kita, salah satunya Joyoboyo :
Bumi saya suwe saya mengkeret --- Bumi semakin lama semakin mengerut.
Sekilan bumi dipajeki --- Sejengkal tanah dikenai pajak.
Jaran doyan mangan sambel --- Kuda suka makan sambal.
Wong wadon nganggo pakeyan lanang --- Orang perempuan berpakaian lelaki.
Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking zaman--- Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik
Akeh janji ora ditetepi --- Banyak janji tidak ditepati.
keh wong wani nglanggar sumpahe dhewe--- Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.
Manungsa padha seneng nyalah--- Orang-orang saling lempar kesalahan.
Ora ngendahake hukum Hyang Widhi--- Tak peduli akan hukum Hyang Widhi.
Barang jahat diangkat-angkat--- Yang jahat dijunjung-junjung.
Barang suci dibenci--- Yang suci (justru) dibenci.
Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit--- Banyak orang hanya mementingkan uang.
Lali kamanungsan--- Lupa jati kemanusiaan.
Lali kabecikan--- Lupa hikmah kebaikan.
Lali sanak lali kadang--- Lupa sanak lupa saudara.
Akeh bapa lali anak--- Banyak ayah lupa anak.
Akeh anak wani nglawan ibu--- Banyak anak berani melawan ibu.
Nantang bapa--- Menantang ayah.
Sedulur padha cidra--- Saudara dan saudara saling khianat.
Kulawarga padha curiga--- Keluarga saling curiga.
Kanca dadi mungsuh --- Kawan menjadi lawan.
Akeh manungsa lali asale --- Banyak orang lupa asal-usul.
Ukuman Ratu ora adil --- Hukuman Raja tidak adil
Akeh pangkat sing jahat lan ganjil--- Banyak pejabat jahat dan ganjil
Akeh kelakuan sing ganjil --- Banyak ulah-tabiat ganjil
Wong apik-apik padha kapencil --- Orang yang baik justru tersisih.
Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin --- Banyak orang kerja halal justru merasa malu.
Luwih utama ngapusi --- Lebih mengutamakan menipu.
Wegah nyambut gawe --- Malas untuk bekerja.
Kepingin urip mewah --- Inginnya hidup mewah.
Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka --- Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
Wong bener thenger-thenger --- Orang (yang) benar termangu-mangu.
Wong salah bungah --- Orang (yang) salah gembira ria.
Wong apik ditampik-tampik--- Orang (yang) baik ditolak ditampik (diping-pong).
Wong jahat munggah pangkat--- Orang (yang) jahat naik pangkat.....dst

Hanya bangsa-bangsa yang bisa berdiri di atas JATIDIRI bangsanya sendiri yang bisa THRIVE (survive) maju dan berdaulat, semisal : India, China, Jepang ....dan tentu ISRAEL.
Dalam arti inilah seharusnya kita mengartikan KEMERDEKAAN YANG SESUNGGUHNYA !

Rahayu!

Note :

T - banyak yg bilang njenengan ngawur tidak tau sjarahlah hoaxlah...tapi saya percaya njenengan...

D - Ya memang kenyataan sejarahnya gak ada yg tau....apa mereka juga tau? Lha wong sama-sama belum lahir nya...hehehe....
Tapi persoalannya kan materi mana yg lebih bisa dipertanggungjawabkan, dengan berbagai macam metode yg saling crosscheck. Bukankah begitu?
Kalau prinsip umum seperti ini mereka tolak juga, lalu apakah kalau demikian kita hapus saja lembaga kepolisian, reserse/detektif?
Toh dalam menyelidiki kasus kriminal lantas segala bukti dan kesimpulan penyelidikan dianggap tidak berlaku karena pak polisinya gak ada di tempat waktu kejadian, begitu? atau bukti2nya pasti dibuat oleh antek aseng, yahudi, CIA, mamarika? ...hahaha....
Kalau begitu hapus saja semua pelajaran fisika, kimia, matematika, dsb....karena semua itu hoax bikinan orang barat dan tidak bisa dibuktikan dengan mata kepala sendiri misalnya : atom itu hoax karena saya tidak pernah melihat atom, bumi itu datar karena kalau bulat pasti saya jatuh ke bawah, tulang belulang dinosaurus itu ditanam setan untuk menipu umat manusia?
Ya kalau demikian konsekwen donk...jangan sekolahin anakmu, jangan pakai produk2 teknologi, jangan ke dokter, dsb...nyanggrong ndeprok aja di ruang sakura VIP RSJ.....hahaha

Mengapa perahunya memiliki haluan berbentuk angsa?
Angsa atau hamsa dalam tradisi Hindu adalah menyimbolkan kesatuan antara Atman-Brahman atau Supreme Spirit atau Ultimate REALITY.
Sementara Parahamsa adalah titel yg diberikan kepada guru spiritual yang telah mencapai pencerahan puncak.
Mengapa menggunakan simbol angsa?
Karena angsa adalah hewan yang bentuknya anggun by simplicity, tenang tetapi juga sekaligus berbahaya / dapat memperingatkan bahaya (teriakannya keras bila ada maling). Disamping itu, angsa juga pomah (feel at home) baik di air maupun di darat....artinya walaupun realm batinnya ada dalam kondisi kesucian namun tidak meninggalkan mereka yg masih di dunia...dynamic stillness....dengan kata lain : gerak tapi diam, berselancar di atas gelombang lautan samudera, mendunia untuk menggarami tanpa terasini. Itu adalah kata lain dari term "One Taste" (Tib : ro gcig).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...