Kamis, 06 April 2017

ANTARA KEWAJIBAN - LARANGAN & KESADARAN

Danz Suchamda,


Vesdy Tan Ji :
MAAF. Menurut kaca mata sy menolong bkn persoalan resiko gagalnya. selama cara santun & ikhlas.sy percaya sy menolong krn sdh diatur,mau berhasil atau gagal.krn bagi sy menolong adalah kewajiban & tugas sy dari sang pencipta.

Danz Suchamda :
Kesadaran, bukan kewajiban. Kalau masih kewajiban berarti belum sadar!
Sesuatu yg berasal dari Tuhan, tidak perlu diwajibkan, karena buahnya adalah nikmat. Bagi yg doyan sambal. Apa ya perlu orang mewajibkan makan sambal. Gak usah diwajibkan saja setiap makam selalu nyari2 sambal. Gak ada sambal rasanya belum lengkap makannya.
Maka orang yang telah mengenal Tuhannya tidak perlu lagi dibelenggu oleh kewajiban dan larangan. Ia melakukan dengan kesadarannya sendiri apa yang semestinya, dan tidak melakukan apa yang tidak boleh.

Dalam samsara ini segala sesuatu yang disebut "baik" dan "buruk" adalah suatu konseptualiasi dari sudut pandang ego manusia, entah itu pribadi, atau kelompok, golongan, regional, nasional bahkan global...tetapi tetap saja ego. Sementara pernah kita bahas dulu bahwa penilaian ego selalu berubah-ubah sepanjang pergerakan perubahannya di ruang-waktu, maka penilaian apa yang "baik dan buruk" pun selalu menjadi ajang perdebatan, konflik, sengketa bahkan peperangan.

Apa yang "baik dan buruk" itu relatif.
Tetapi disini saya bukan berarti hendak membenarkan relativisme....yang mana merupakan sisi berseberangan dengan sisi absolutisme-dogma. Melainkan hendak membawa kepada pengertian bahwa manakala manusia mengabsolutkan yang relatif maka akan terjadi bencana kemanusiaan. Demikian pula sebaliknya, bila manusia memberlakukan prinsip relativisme tanpa mampu melihat adanya suatu ketetapan di semesta ini, maka hasilnya juga adalah bencana kemanusiaan. Disinilah saya hendak menandaskan makna pengertian Jalan Tengah : sesuatu yg dinamis , hidup dan tidak bisa dibekukan. Melainkan WISDOM (Hikmat).

Jadi, yang diperlukan secara urgent oleh manusia pada zaman ini adalah KESADARAN (Awareness). Karena Wisdom adalah buah dari Jalan Tengah, dan itu hanya terjadi manakala mencapai tataran Kesadaran Jagad Raya (Plenum* / Pure Awareness). Melalui kesadaran kita akan dapat secara otomatis terpanggil melakukan sesuatu yang semestinya perlu dilakukan, bukan lagi berdasarkan kewajiban dan larangan. Secara otomatis, orang yang telah mengenal Tuhannya akan menjauhi hal-hal yang dilarang dan menjalankan sesuatu yang memang menjadi kehendakNya. Dan hal itu sangat-sangat tidak mungkin untuk dirumuskan....karena bila hendak merumuskan berarti anda manusia hendak merumuskan Tuhan!

Itulah yang disebut Spontaneous-Presence atau Spontaneous-Unity-Compassionate-Wisdom. Yang bersifat Da'im (eternal). Lagi-lagi tolong diingat, istilah ini cukup penting dan mungkin akan digunakan dalam artikel2 selanjutnya. (Monggo dicarikan istilah bahasa nya , karena saya menyerah utk ini).

"Tunggu dulu mbah!
Apakah anda lupa bahwa selama ini anda banyak berbicara tentang 10 Perintah Allah, dsb! Bukankah itu artinya adanya perintah dan larangan?"
Bagus. Pemikiran kritis yang memang perlu.
Tapi ketahuilah,...bahwa Nabi Musa menurunkan prinsip2 esoteris spiritual menjadi 10 perintah terapan tiada lain adalah sebagai panduan dan alat pengajaran. Disinilah letak perbedaan antara spiritualitas dan agama. Agama menjadikannya kewajiban dan larangan, sementara spiritualitas menggunakan apa yang terumuskan itu sebagai batu penjuru untuk penggalian makna yang lebih dalam guna pengajaran dan pengembangan wisdom.

Batin manusia yang telah evolve (berkembang penuh) menjadi manusia-seutuhnya, maka akan tahu / sadar bahwa 10 Perintah Allah itu adalah keniscayaan / kasunyatan. Tidak perlu diperintahkan atau diwajibkan...hal itu akan terjadi : bila anda melanggarnya maka akan tertimpa gunung kebencian (arti kata Sinai). Bukan karena percaya lagi, tetapi pengertian (understanding)...yang mana membuahkan kemampuan untuk menjabarkan secara lengkap bagaimana saling keterhubung-silang dan kaitannya dengan konsep2 lain dalam rajutan simpul-simpul konsep yang saling menganyam menjadi sebuah kain linen putih yang halus lebar membentang luas!

Ya kesadaran itu meluas (spacious) dan membebaskan (liberate)!
Dan inilah RAPTURE atau pengangkatan itu! Supaya kalian yang memang terpilih (karena tidak semua orang mendapat karunia pengangkatan), bisa berada di atas memandang secara jelas sehingga tidak STRESS terjebak lagi dalam kemacetan lorong-lorong jalan gelap di Jakarta yg dikuasai preman...eh..dunia maksud saya...lorong-lorong jalan rumit dunia yang dikuasai (dan dimanfaatkan) oleh para penghulu kegelapan...hehehe

Kalau dirasa bermanfaat mohon dibantu share. Karena saya lagi "kobol-kobol" keuangan saya untuk mendorong tulisan ini dapat dibaca khalayak luas sehingga memungkinkan sebanyak mungkin orang 'terangkat'. Sebab bila bisa terangkat dalam masa kehidupan kali ini juga, maka pada setelah hidup ini juga pasti terangkat (surga dalam artian yang senyatanya). Terimakasih sebelumnya atas kesediannya melakukan karma baik (good action).
Rahayu!

Kosakata :
* plenum = to the fullness, on its entirety, kepenuhan, meliputi segala sesuatu.

Awareness = kesadaran-perhatian (tolong yg skul psikologi istilah teknisnya apa dalam bahasa?)
Wisdom = hikmat, kebijaksanaan

Compassion = welas asih

Unitty = kesatuan (beda dengan 'Union" yg artinya awalnya terpecah-pecah kemudian DI-satukan).
Relativisme = segala sesuatu tidak ada ukuran baku. Terserah masing-masing.

Absolutisme = segala sesuatu harus dibakukan dan berlaku absolut mengikat semua.

Kasunyatan = Ka+su + nyata+ an. Prinsip kenyataan luhur / tertinggi. Berlaku tanpa mengenal sekat pembedaan suku, ras, agama, golongan.

Spontaneous-presence = ....(???)
- spontaneous = secara spontan , tanpa direncanakan atau diatur
- presence = hadir disini kini , kesadaran murni.

Da'im = eternal = kelanggengan, terus menerus, tetap, selamanya. Tidak berubah. Diluar waktu, timeless.

Rapture = pengangkatan. Kepercayaan dari Kitab Torah maupun Injil, bahwa pada masa akhir zaman maka akan terjadi pengangkatan.

Stress = tekanan jiwa, gangguan kejiwaan.

Dialog lanjutan;

X : mbah, larangan dan kewajiban kan perlu utk org baru belajar spy jadi meningkat kerohaniannya shg akhirnya tujuan agama tercapai sma dgn spiritual?

Danz Suchamda : Masa sama?
Misal saya menyuruh anak saya belajar naik sepeda agar ahli naik sepeda sehingga nantinya bisa jago motor-crossing manakala berkarir di Brimob..lalu demi melatih anak saya wajibkan memakai roda tiga pengaman utk belajar sepeda.....lantas kebetulan saya mati (amit2)...anak saya yg dikemudian hari ternyata memenuhi harapan ortunya jadi Komandan Brimob lalu MEWAJIBKAN setiap motor trail Brimob harus menggunakan roda tiga saat patroli???
Koplak! huahahahaha

Nah, itulah bedanya yg terjadi antara agama dan spiritualitas. Bahan sama, tapi treatment dan understandingnya beda!

Kalian sudah umur berapa? Berapa lama sudah umur ajaran agama kalian? Kenapa masih pake roda tiga terus gak maju-maju? huahahahahaha
Untung bukan "anda" yang jadi Komandan Brimob! Bisa diketawain para teloris ....wakakakakkkk

>Poedji Soesila : Jika Karma yang semestinya kita tanggung sendiri, lalu bisa dipindahkan dan diwakilkan pada sosok suci di luar diri, itulah yang disebut penyesatan realitas yang menciptakan komoditas (barang jualan)..
Ibarat kalau kita kebelet pipis, apakah rasa kebeletnya dapat dipindah atau diwakilkan pada orang suci itu. Yang pipis orang lain, diri kita terus nggak perlu pipis?
Atau kalau perut kita kelaparan, terus titip orang suci itu untuk makan, kemudian kita jadi kenyang?
Haraaa.. Haraaa..

> Danz Suchamda : Pak, salah satu akibat karma buruk adalah gelisah / batin tidak tenang. Nah, bila janji bisa dipindahkan ditanggung pihak lain itu benar....mengapa ybs masih tetap gelisah? Walau tiap kali gelisah lantas mengkonsumsi "candu"nya...terlepas sebentar lalu muncul lagi di lain waktu....HAL YG SAMA. Tentu makin lama butuh dosis makin tinggi. Itulah penyebab bigotry / kefanatikan. Karena bigotry / kefanatikan itu pada dasarnya adalah pengerasan pikiran utk memaksakan diri yakin. Karena dengan demikian dia bisa sejenak merasa lega....padahal sedang menipu diri. Dan perasaan "puas" itu terjadi bila bisa mengajak yg lain ikut percayanya. Lalu siklus itu menggulung.

Yang seperti itu...betul sudah dibebaskan?
i don't think so!

Nah....orang yg terbebaskan...mau dikatain apa saja....ya ketawa aja. Karena dia melihat langsung, bhw yg mengafir2kan dirinya itu yg sesungguhnya buta. Orang buta tapi teriak2 sinar sambil marah2 dan ancam2, apa ga malah ketawa ngakak?

Coba ...sesekali adain TOUR ke RSJ.... Rasain disana kamu geli bercampur kasihan, atau ...... malah ikut marah2 adu debat dengan pasien disana? Kalau ikut marah dan debat, berarti itu tandanya anda perlu menginap disana. Perlu utk menuntaskan debat an...See more

>Poedji Soesila : Nggih Pak Danz.. Ibarat sudah paham, mengerti, dan melihat sendiri bahwa 5x5=25.. Orang lain mau bilang 15, 100, sejuta, ya kita hanya ketawa, meskipun dibilang sesat atau gila.. Wong yang nanggung ketidaktahuan ya mereka sendiri.. Rasa lega, bebas, dan merdeka karena tahu yang sejati dan faktual itu secara langsung dan bebas galau..

>Danz Suchamda : Nahh!

>Tonik Syantonik : Barusan ngalamin Mbah Danz,,, ini tdi barusan ada orang datang kerumah terus terlibat tanya jawab... Niatnya sih tak arahkan pgah mekekeng .... Yows sak karepmulah. .. kadung knek dogma fanatik,, repot-repot.

> Danz Suchamda : Wong edhan. Teko ndewe ra diundang menawarkan kelegaan. Ning ngamuk2 dewe mulih karo batine judheg. Huahahaha..

> Poedji Soesila : hahaha

> Tonik Syantonik Muleh kopyor Mbah Sirah,e mundak,an hahahaha

> Mie Surya : hahaha

>Danz Suchamda @Tonik Syantonik , IL Landy : Tapi bukan berarti tidak boleh berdebat, lho!
Hidup ini adalah proses, maka tidak ada suatu yang bisa dibekukan "harus begini, tidak boleh begitu". Semua tergantung konteks dan sikonnya.

Misal kepada orang yg dikasihi atau kepada anak anda, ...maka perlu meladeni mereka berdebat :
1. Mengajarkan mereka membentuk alur pola pikiran yang benar.
2. Mengarahkan mereka ke dalam hal yang lebih benar atau menghindarkan dia dari bahaya akibat kebodohannya sendiri.

Walau....dalam jenis debat yg seperti ini yang digunakan bukanlah ego. Jadi yg saya maksud ini adalah jenis debat yang bukan dari ego. Debat karena LOVE. (Saya sering menemukan kasus diam-mengalah justru suatu egoisme yang kronis).

Maka walau anda sudah selayaknya memainkan kartu2 emosi secara sepenuhnya sebagai bagian dari perangkat tanda komunikasi, namun di dalam hati sendiri tetap ringan dan bening.

Oleh karena itu, walau diluaran terlihat debat sengit, tapi tiba2 bisa menghantam secara telak. Mengapa? karena kita tidak terhanyut dalam pola pikir / perasaan dia. Lain kalau kita bawa ego, pasti terhanyut. Dan akhirnya jadi debat kusir bin koplak...hehe

Danz Suchamda
>Semar : nJegagig mbergegeg ugeg-ugeg hmel-hmel sak dulito langgeng.

>Djamari Djoenior : leres mbah.. nyakseni _/|\_

>Danz Suchamda : Untuk rekan2 yang tidak mengerti khazanah budaya Jawa maka saya coba terangkan begini maksudnya "Spontaneous Presence" :
Anda pernah melihat album foto pernikahan ortu atau sanak keluarga atau bahkan foto pernikahan anda sendiri?
Mana yang lebih mengesankan....yang ditata diatur sehingga serba rapi .....atau yang candid (yg dipotret tidak diberi tahu terlebih dahulu. Ambil pada momen2 asli aktivitas)?

Saya rasa, kebanyakan pasti menjawab bahwa yang candid lah yang lebih menyentuh perasaan. Bahkan kadang bisa menyebabkan meneteskan air mata. Masa-masa lalu seperti hadir kembali.
Nah!
Spontaneous itu artinya candid itu....spontan...tidak dibuat-buat...NATURAL !
Presence itu artinya adalah perasaan kehadiran disini kini.

Jadi,....dalam contoh analogi album foto pernikahan itu yang terjadi bahwa "kehadirannya di masa itu terasa hadir kembali disini kini".
Bisakah anda merasakan secara intuitif...bahwa saat itu terjadi terasa waktu itu begitu cepat berlalu...atau bahkan seolah batas2 ruang waktu itu hilang saat itu juga? Istilahnya "sekejap tapi abadi".

Nur Jagad :
Hukum2 universal ... baik yg ada di agama A atau agama B C dll itu adalah buah penyadaran yg dirumuskan utk pengajaran. Cuma masyarakat manusia ini hobinya telan mentah2 saja. Ini lah yangg namanya men sia2kan hikmat yg telah di berikan kepada kita.
Yang namanya "buah kesadaran" adalah hasil penyadaran seseorang yg tercerahkan (si pelaku sangat mengerti dan memahami makna yangg terkandung didalamnya). Alangkah baiknya buah2 kesadaran tsb kita renungkan smp menemukan arti dan pemahaman didalamnya sehingga kita menjalankannya dgn kesadaran kita sendiri. Bukan hanya membeo atau takut akan sangsinya. Ini yg sering dilupakan dlm kalangan agama.

Rahayu !



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...