Kamis, 21 Januari 2016

.::KHALIL GIBRAN (1883 - 1931)::.

Kahlil Gibran (1883-1931)
kahlil Gibran terlahir dengan nama Gibran Khalil
Gibran di Beshari, Lebanon pada 1883. Pada usia
12 tahun ia berimigrasi ke Amerika bersama ibu
dan kedua adik perempuannya. Di sanalah, secara
tak sengaja namanya berubah menjadi Kahlil
Gibran akibat pencatatan yang salah oleh pihak
administrasi sekolah pertama yang
diikutinya.Sempat kembali ke tanah kelahirannya
selama tiga tahun untuk memperdalam bahasa
Arab, Kahlil Gibran menghabiskan masa remaja
bersama seniman bohemian di Boston. Ia juga
pernah tinggal di Paris selama setahun untuk
berguru seni rupa pada beberapa seniman di
Prancis. Pulang dari Paris ia pindah ke New York
dan menetap di kota ini sampai akhir hayat.
Tulisan-tulisan Gibran dikenal luas karena cita
rasa orientalnya yang eksotis, bahkan mistis.
Dianggap sebagai penyair Arab di perantauan
terbesar, Kahlil Gibran meninggal di New York
pada 1931. Ratusan pendeta dan para pemimpin
agama, yang mewakili setiap aliran di bawah
langit Timur, tertunduk khidmat dalam acara
pemakaman itu. Mereka berasal dari Kristen
Maronit, Protestan, Islam Syiah dan Sunni,
Gereja Yunani Kuno, Yahudi, Druz, dan lain-lain.
Kahlil Gibran dikuburkan di Beshari, Lebanon,
tempat dia menjalani masa kanak-kanaknya.
Kahlil Gibran lahir pada tanggal 6 Januari 1883
di Beshari, Lebanon. Beshari sendiri merupakan
daerah yang kerap disinggahi badai, gempa serta
petir. Tak heran bila sejak kecil, mata Gibran
sudah terbiasa menangkap fenomena-fenomena
alam tersebut. Inilah yang nantinya banyak
mempengaruhi tulisan-tulisannya tentang alam.
Pada usia 10 tahun, bersama ibu dan kedua adik
perempuannya, Gibran pindah ke Boston, Amerika
Serikat. Tak heran bila kemudian Gibran kecil
mengalami kejutan budaya, seperti yang banyak
dialami oleh para imigran lain yang berhamburan
datang ke Amerika Serikat pada akhir abad
ke-19. Keceriaan Gibran di bangku sekolah umum
di Boston, diisi dengan masa akulturasinya maka
bahasa dan gayanya dibentuk oleh corak
kehidupan Amerika. Namun, proses Amerikanisasi
Gibran hanya berlangsung selama tiga tahun
karena setelah itu dia kembali ke Bairut, di mana
dia belajar di Madrasah Al-Hikmat (School of
Wisdom) sejak tahun 1898 sampai 1901.
Selama awal masa remaja, visinya tentang tanah
kelahiran dan masa depannya mulai terbentuk.
Tirani kerajaan Ottoman, sifat munafik organisasi
gereja, dan peran kaum wanita Asia Barat yang
sekadar sebagai pengabdi, mengilhami cara
pandangnya yang kemudian dituangkan ke dalam
karya-karyanya yang berbahasa Arab.
Gibran meninggalkan tanah airnya lagi saat ia
berusia 19 tahun, namun ingatannya tak pernah
bisa lepas dari Lebanon. Lebanon sudah menjadi
inspirasinya. Di Boston dia menulis tentang
negerinya itu untuk mengekspresikan dirinya. Ini
yang kemudian justru memberinya kebebasan untuk
menggabungkan 2 pengalaman budayanya yang
berbeda menjadi satu.
Gibran menulis drama pertamanya di Paris dari
tahun 1901 hingga 1902. Tatkala itu usianya
menginjak 20 tahun. Karya pertamanya, “Spirits
Rebellious” ditulis di Boston dan diterbitkan di
New York, yang berisi empat cerita kontemporer
sebagai sindiran keras yang meyerang orang-orang
korup yang dilihatnya. Akibatnya, Gibran menerima
hukuman berupa pengucilan dari gereja Maronite.
Akan tetapi, sindiran-sindiran Gibran itu tiba-
tiba dianggap sebagai harapan dan suara
pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.
Masa-masa pembentukan diri selama di Paris
cerai-berai ketika Gibran menerima kabar dari
Konsulat Jendral Turki, bahwa sebuah tragedi
telah menghancurkan keluarganya. Adik
perempuannya yang paling muda berumur 15
tahun, Sultana, meninggal karena TBC.
Gibran segera kembali ke Boston. Kakaknya,
Peter, seorang pelayan toko yang menjadi tumpuan
hidup saudara-saudara dan ibunya juga meninggal
karena TBC. Ibu yang memuja dan dipujanya,
Kamilah, juga telah meninggal dunia karena tumor
ganas. Hanya adiknya, Marianna, yang masih
tersisa, dan ia dihantui trauma penyakit dan
kemiskinan keluarganya. Kematian anggota
keluarga yang sangat dicintainya itu terjadi
antara bulan Maret dan Juni tahun 1903. Gibran
dan adiknya lantas harus menyangga sebuah
keluarga yang tidak lengkap ini dan berusaha
keras untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Di tahun-tahun awal kehidupan mereka berdua,
Marianna membiayai penerbitan karya-karya
Gibran dengan biaya yang diperoleh dari hasil
menjahit di Miss Teahan’s Gowns. Berkat kerja
keras adiknya itu, Gibran dapat meneruskan
karier keseniman dan kesasteraannya yang masih
awal.
Pada tahun 1908 Gibran singgah di Paris lagi. Di
sini dia hidup senang karena secara rutin
menerima cukup uang dari Mary Haskell, seorang
wanita kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih
tua namun dikenal memiliki hubungan khusus
dengannya sejak masih tinggal di Boston. Dari
tahun 1909 sampai 1910, dia belajar di School of
Beaux Arts dan Julian Academy. Kembali ke
Boston, Gibran mendirikan sebuah studio di West
Cedar Street di bagian kota Beacon Hill. Ia juga
mengambil alih pembiayaan keluarganya.
Pada tahun 1911 Gibran pindah ke kota New
York. Di New York Gibran bekerja di apartemen
studionya di 51 West Tenth Street, sebuah
bangunan yang sengaja didirikan untuk tempat ia
melukis dan menulis.
Sebelum tahun 1912 “Broken Wings” telah
diterbitkan dalam Bahasa Arab. Buku ini bercerita
tentang cinta Selma Karami kepada seorang
muridnya. Namun, Selma terpaksa menjadi
tunangan kemenakannya sendiri sebelum akhirnya
menikah dengan suami yang merupakan seorang
uskup yang oportunis. Karya Gibran ini sering
dianggap sebagai otobiografinya.
Pengaruh “Broken Wings” terasa sangat besar di
dunia Arab karena di sini untuk pertama kalinya
wanita-wanita Arab yang dinomorduakan
mempunyai kesempatan untuk berbicara bahwa
mereka adalah istri yang memiliki hak untuk
memprotes struktur kekuasaan yang diatur dalam
perkawinan. Cetakan pertama “Broken Wings” ini
dipersembahkan untuk Mary Haskell.
Gibran sangat produktif dan hidupnya mengalami
banyak perbedaan pada tahun-tahun berikutnya.
Selain menulis dalam bahasa Arab, dia juga terus
menyempurnakan penguasaan bahasa Inggrisnya
dan mengembangkan kesenimanannya. Ketika
terjadi perang besar di Lebanon, Gibran menjadi
seorang pengamat dari kalangan nonpemerintah
bagi masyarakat Syria yang tinggal di Amerika.
Ketika Gibran dewasa, pandangannya mengenai
dunia Timur meredup. Pierre Loti, seorang novelis
Perancis, yang sangat terpikat dengan dunia
Timur pernah berkata pada Gibran, kalau hal ini
sangat mengenaskan! Disadari atau tidak, Gibran
memang telah belajar untuk mengagumi kehebatan
Barat.
Sebelum tahun 1918, Gibran sudah siap
meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa
Inggris, “The Madman”, “His Parables and
Poems”. Persahabatan yang erat antara Mary
tergambar dalam “The Madman”. Setelah “The
Madman”, buku Gibran yang berbahasa Inggris
adalah “Twenty Drawing”, 1919; “The
Forerunne”, 1920; dan “Sang Nabi” pada tahun
1923, karya-karya itu adalah suatu cara agar
dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan
sebagai seorang siswa sekolah di Lebanon, ditulis
dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan
dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis
ulang dalam bahasa Inggris pada tahun
1918-1922.
Sebelum terbitnya “Sang Nabi”, hubungan dekat
antara Mary dan Gibran mulai tidak jelas. Mary
dilamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya
dari Georgia. Ia menawarkan pada Mary sebuah
kehidupan mewah dan mendesaknya agar
melepaskan tanggung jawab pendidikannya. Walau
hubungan Mary dan Gibran pada mulanya diwarnai
dengan berbagai pertimbangan dan diskusi
mengenai kemungkinan pernikahan mereka, namun
pada dasarnya prinsip-prinsip Mary selama ini
banyak yang berbeda dengan Gibran.
Ketidaksabaran mereka dalam membina hubungan
dekat dan penolakan mereka terhadap ikatan
perkawinan dengan jelas telah merasuk ke dalam
hubungan tersebut. Akhirnya Mary menerima
Florance Minis.
Pada tahun 1920 Gibran mendirikan sebuah
asosiasi penulis Arab yang dinamakan Arrabithah
Al Alamia (Ikatan Penulis). Tujuan ikatan ini
merombak kesusastraan Arab yang stagnan.
Seiring dengan naiknya reputasi Gibran, ia memiliki
banyak pengagum. Salah satunya adalah Barbara
Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca
“Sang Nabi”. Barbara Young sendiri merupakan
pemilik sebuah toko buku yang sebelumnya menjadi
guru bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di
New York, Barbara Young ikut aktif dalam
kegiatan studio Gibran.
Gibran menyelesaikan “Sand and Foam” tahun
1926, dan “Jesus the Son of Man” pada tahun
1928. Ia juga membacakan naskah drama
tulisannya, “Lazarus” pada tanggal 6 Januari
1929. Setelah itu Gibran menyelesaikan “The
Earth Gods” pada tahun 1931. Karyanya yang
lain “The Wanderer”, yang selama ini ada di
tangan Mary, diterbitkan tanpa nama pada tahun
1932, setelah kematiannya. Juga tulisannya yang
lain “The Garden of the Propeth”.
Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam,
Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah
lama digerogoti sirosis hati dan TBC, tapi selama
ini ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada
pagi hari terakhir itu, dia dibawa ke St.
Vincent’s Hospital di Greenwich Village.
Hari berikutnya Marianna mengirim telegram ke
Mary di Savannah untuk mengabarkan kematian
penyair ini. Meskipun harus merawat suaminya
yang saat itu juga menderita sakit, Mary tetap
menyempatkan diri untuk melayat Gibran.
Jenazah Gibran kemudian dikebumikan tanggal 21
Agustus di Ma Sarkis, sebuah biara Carmelite di
mana Gibran pernah melakukan ibadah.
Sepeninggal Gibran, Barbara Younglah yang
mengetahui seluk-beluk studio, warisan dan tanah
peninggalan Gibran. Juga secarik kertas yang
bertuliskan, “Di dalam hatiku masih ada sedikit
keinginan untuk membantu dunia Timur, karena ia
telah banyak sekali membantuku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...