Minggu, 31 Juli 2016

.:: MENERIMA PENOLAKAN, MENCINTAI KEBENCIAN ::.

Putu Yudiantara,

Menerima Penolakan, Mencintai Kebencian

28 JULI Sebagaimana sering saya ulang-ulang, salah satu point dalam Meditasi Tantra ( Chakra Sudhi ) ini adalah bagaimana mengkondisikan diri berada dalam kondisi kesadaran tanpa penilaian, tanpa penghakiman dan menerima setiap sensasi dengan penuh cinta dan penerimaan. Kondisi kesadaran ini penting terutama untuk mengharmoniskan kembali titik- titik energi ( chakra) dan jalur-jalurnya ( nadi) agar bebas dari segala sumbatan yang mendatangkan ketidakharmonisan. Salah satu sumber utama berbagai sumbatan di tubuh energi yang kemudian mendatangkan berbagai “masalah” baik di tubuh fisik maupun tubuh mental adalah karena kesadaran kita (keseluruhan pola kognisi dan emosi) terkondisikan dalam pola-pola yang tidak memberdayakan, penuh penilaian dan penghakiman yang dilandasi dinamika “ego yang terluka”—kita kemudian mengalami berbagai konflik dalam diri, berbagai ketidakpuasan, keluhan dan bahkan ketidakharmonisan sosial. Jadi kondisi yang berusaha dijadikan pola alami dalam meditasi (yaitu penuh penerimaan dan welas asih) adalah “kebalikan” dari pola yang telah terkondisikan dalam keseharian kita (dengan atau tanpa kita sadari), yaitu penuh penghakiman dan kondisi emosional yang tidak menyamankan. Namun tidak jarang, saat melatih meditasi—saat menyadari setiap anggota tubuh dan menyadari setiap chakra satu per satu —kita terbawa dalam dinamika kesadaran kita ( chitta vritti , kalau memakai istilah Patanjala Raja Yoga) yang tidak memberdayakan tersebut, sehingga yang terjadi adalah alih-alih menyadari setiap anggota tubuh dan chakra dengan penuh cinta dan penerimaan (untuk mengharmoniskan aliran energinya) namun kita malah terbawa dalam ketakutan, kesedihan, kemarahan dan sejenisnya yang malah akan semakin mengganggu aliran energi anda di setiap lapisan. Mungkin saat anda bermeditasi tiba-tiba muncul memori yang tidak mengenakkan ke permukaan sehingga anda mengalami kembali berbagai kondisi emosional tidak mengenakkan yang dibawa memori tersebut. Atau mungkin saat anda bermeditasi ada bagian tubuh yang tiba- tiba merasa sangat tidak nyaman sehingga menginduksikan kemarahan, ketakutan, kekawatiran dan lain sebagainya. Atau bisa jadi karena pengaruh lingkungan; anjing yang terus menggonggong, kendaraan yang lalu lalang, atau anak-anak yang sedang ribut bermain. Semua kondisi tersebut, baik internal maupun eksternal dengan mudah membawa kita kembali ke dalam berbagai kondisi kesadaran yang tidak memberdayakan saat kita sedang asik duduk bermeditasi, apa lagi jika anda adalah tipe orang yang memang sudah terpolakan untuk bereaksi secara emosional, cepat marah dan cepat terganggu. Sekilas, kondisi-kondisi ini seperti “gangguan” dalam proses meditasi ini, namun sejatinya kondisi-kondisi ini merupakan “Guru” yang sedang datang untuk membantu anda dalam proses perkembangan kesadaran anda, menjadikannya lebih cepat. Misalkan, selama anda bermeditasi pikiran anda dipenuhi berbagai memori buruk yang sudah lama terkubur namun muncul lagi ke permukaan, atau tubuh fisik anda mengalami berbagai sensasi tidak nyaman yang membuat anda ingin cepat-cepat bangun dan menyelesaikan meditasi anda. Saat kedua hal ini sedang terjadi, anda sedang dihadapkan pada “bom waktu” yang tadinya terkubur agar bisa anda tangani dan selesaikan dan jangan sampai meledak dalam bentuk gangguan mental maupun penyakit fisik. Demikian pula halnya jika muncul berbagai gangguan eksternal yang seolah mengganggu meditasi anda, saat itu anda sedang dihadapkan pada “kelas percepatan”, karena saat paling tepat untuk melatih kesabaran adalah saat muncul banyak alasan untuk marah, saat paling tepat untuk melatih menguatkan diri adalah saat banyak hal melemahkan terjadi, saat paling tepat untuk melatih kondisi kesadaran tanpa penghakiman dan penuh penerimaan adalah saat muncul banyak hal yang bisa dengan mudah dikeluhkan. Jadi, saat berbagai “guru” tersebut datang selagi anda sibuk bermeditasi sehingga nampak seolah sedang “mengganggu” anda, apa yang perlu anda lakukan agar janga malah anda semakin terjebak dalam kondisi kesadaran yang memperparah ketidakharmonisan dalam sistem psikofisik dan spiritual anda? Sederhana, sadari dan terima berbagai kondisi internal dan eksternal tersebut tanpa penghakiman , atau jika muncul penghakiman, maka sadari penghakiman tersebut; sama halnya jika ada hal yang membuat anda takut, sadari ketakutan anda sambil terus menyadari tubuh atau chakra tertentu yang sesuai dengan momen tersebut. Jika saat meditasi anda merasa tidak nyaman, sadari ketidaknyamanannya, jika anda merasa marah, sadari dan terima kemarahan tersebut. Sebutlah misalkan saat anda sedang asik memberi perhatian penuh cinta pada Chakra Dasar anda, kemudian entah kenapa tiba-tiba ada kendaraan dengan suara bising melintas sehingga anda tergoda untuk mengeluh “aduh, terganggu sudah meditasiku” dan bahkan kemudian (tanpa anda sadari) anda marah oleh keadaan tersebut. Sampai di titik ini, semua normal saja, karena anda masih manusia biasa, seperti halnya dengan saya. Hal yang perlu anda lakukan adalah kembali sadar —sadar dengan kemarahan dan keluhan anda saat itu—sambil tetap menyadari Chakra Dasar anda (atau chakra lain yang saat itu menjadi titik fokus anda). Jangan berusaha menekan atau mengabaikan kemarahan anda, namun jangan pula memperhatikan Chakra Dasar anda dengan kemarahan; tetap sadari chakra dasar anda sekaligus menyadari kemarahan anda saat itu. Dengan demikian anda bisa menetralisir emosi tersebut (dan bahkan memori yang menjadi akarnya atau pola-pola yang menguatkan keberadaanya) sekaligus tetap bisa melanjutkan meditasi anda dengan “benar”. Dan ingat, bukan hanya saat duduk bermeditasi anda perlu melatih diri menyadari dan menerima segala gejolak emosional ini, namun dalam setiap detik keseharian kita pun kita bisa melatihnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...