Rabu, 20 Desember 2017

MASUKNYA ISLAM DI NUSANTARA

Indonesia adalah bangsa yang besar, dengan adat dan kebudayaan yang bernilai tinggi. Di jaman Mataram Kuno, sekitar tahun 750M bangsa kita telah mampu membuat maha karya dunia semacam Candi Borobudur, dimana dimasa-masa ini pasukan Islam sedang berusaha menjajah Bizantium. Bahkan di jaman Majapahit, wilayah Nusantara meluas hingga mencakup sebagian selat Malaka. Namun kebesaran Nusantara perlahan terkikis dengan hancurnya kerajaan Hindu Budha ini.
Sejarah mencatat bahwa hancurnya Majapahit adalah akibat pengaruh agresi kerajaan Islam Demak. Tak banyak jejak untuk melacak bagaimana sejarah penghancuran Budha Nusantara oleh Islam. Tak banyak pula informasi sejarah mengenai kapan dan bagaimana masuknya Islam ke bumi Nusantara ini. Kehancuran Majapahit, serta perebutan kekuasaan antar para wali setelah runtuhnya Majapahit, menyebabkan penjelajah Eropa dengan mudah memonopoli pasar rempah di Indonesia.
Menurut para intelektual Islam, terdapat 3 teori mengenai asal muasal datangnya Islam ke Indonesia. Teori pertama diusung oleh Snouck Hurgronje yang mengatakan Islam masuk ke Indonesia dari wilayah-wilayah di anak benua India. Tempat-tempat seperti Gujarat, Bengali dan Malabar disebut sebagai asal masuknya Islam di Nusantara. Teori kedua, adalah Teori Persia. Tanah Persia disebut-sebut sebagai tempat awal Islam datang di Nusantara. Teori ini berdasarkan kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat Islam dengan penduduk Persia. Teori ketiga, adalah Teori Arabia. Dalam teori ini disebutkan, bahwa Islam yang masuk ke Indonesia datang langsung dari Makkah atau Madinah pada abad ke-12 atau 13.
Menurut para pakar, Islam masuk Indonesia secara DAMAI, bukan dengan peperangan. Islam masuk melalui para pedagang dan pendakwah Arab yang bermigrasi ke bumi Indonesia. Benarkah demikian?
Saat ini team kami sedang melakukan riset untuk menggali sejarah penyebaran Islam, dan kemunduran Budhisme di Indonesia. Namun sebelum itu marilah kita melihat beberapa tulisan kuno yang mungkin bisa sedikit membuka mata kita mengenai penyebab kemunduran agama Budha, dan upaya2 para wali untuk menyebarkan Islam di Indonesia.
Terdapat tulisan sejarah yang sedikit membuka mata kita mengenai seperti apa sesungguhnya cara Islam masuk ke Indonesia. Teks sejarah ini bernama DARMOGANDHUL. Tulisan ini adalah karya sastra Jawa klasik, berbahasa jawa baru, berbentuk puisi tembang macapat, bernafaskan Islam dan berisi ajaran tasawuf atau mistik. Suluk ini ditulis oleh Ki Kalamwadi (nama samaran, kemungkinan besar adalah Ronggo Warsito), waktu penulisan hari sabtu legi, 23 ruwah 1830 Jawa. Isi teks menceritakan jatuhnya kerajaan Majapahit karena serbuan tentara Demak Bintara yang dibantu para wali.
Kita tentu saja tidak dapat mempercayai keakuratan sejarah DARMAGANDHUL 100%, tapi bagaimanapun juga isi suluk ini mengagetkan kita yang selama ini mengira bahwa masuknya agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai tanpa muncratan darah, terpenggalnya kepala dan tetesan air mata. Namun kaburnya para pemeluk Hindu dan Budha ke berbagai wilayah, misalnya ke Pulau Bali, ke kawasan pegunungan dan hutan rimba, adalah salah satu pertanda bahwa mereka menghindari tindakan pembantaian massal oleh sekelompok orang yang ingin menggulingkan kekuasaan berkedokkan agama.
Berikut ringkasan dari Darmo Gandul
Pada suatu hari, Darmogandul bertanya kepada Ki Kalamwadi tentang asal mula orang Jawa meninggalkan agama Budha dan berganti agama Islam. Lantas, Ki Kalamwadi pun menjawab:
"Aku tidak mengerti. Tetapi guru yang dapat dipercaya menceritakan asal-usul orang Jawa meninggalkan agama Budha dan berganti memeluk agama Islam. Ini memang perlu dikatakan, agar orang yang belum tahu menjadi tahu."
Pada zaman dulu Majapahit (1292-1478) bernama Majalengka. Majapahit hanyalah kiasan. Bagi yang belum tahu ceritanya, Majapahit dianggap sebagai nama kerajaan. Prabu Brawijaya V adalah raja terakhir yang berkuasa. Ia menikah dengan Putri Campa yang beragama Islam. Putri inilah yang membuat Brawijaya tertarik Islam. Ketika sedang beradu asmara, sang putri selalu membeberkan keutamaan agama itu.
Setiap dekat sang prabu, tiada kata lain yang terucap dari Putri Campa kecuali kemuliaan agama Islam. Tak lama kemudian datanglah kemenakan Putri Campa bernama Sayid Rahmad ( Sunan Ampel ). Ia mohon izin menyebarkan ajaran Islam di Majalengka. Sang Prabu mengabulkan. Sayid Rahmad tinggal di desa Ngampeldento-Surabaya. Banyak ulama Arab kemudian datang ke Majalengka. Menghadap sang prabu mohon izin tinggal di wilayah pesisir. Permohonan itu dikabulkan. Akhirnya berkembang dan banyak orang Jawa memeluk agama Islam.
Perkembangan itu menempatkan seorang guru agama Islam tinggal di daerah Bonang, termasuk wilayah Tuban. Sayid Kramat ( Sunan Bonang ) namanya. Ia maulana Arab keturunan Nabi Mohammad Rasulullah.
Orang-orang Jawa banyak yang tertarik kepadanya. Penduduk Jawa yang tinggal di pesisir Barat sampai Timur meninggalkan agama Budha dan memeluk agama Islam. Di wilayah Blambangan sampai ke arah Barat menuju Banten pun banyak yang mengikuti ajaran Islam. Agama Buddha telah mengakar di tanah Jawa lebih 1.000 tahun. Menyembah kepada Budi Hawa. Budi adalah Dzat Tuhan. Sedangkan Hawa adalah minat hati.
Sang Prabu mempunyai seorang putra bernama Raden Patah. Ia lahir di Palembang dari rahim Putri Campa. Sejak kecil Raden Patah telah dididik secara Islam. Ketika Raden Patah dewasa, ia menghadap kepada ayahnya bersama saudara lain ayah tetapi masih sekandung, bernama Raden Kusen (Husein / Raden Arya Pecattanda ).
Sang Prabu bingung memberi nama putranya. Diberi nama dari jalur ayah, beragama Buddha, keturunan raja yang lahir di pegunungan. Dari jalur ibu disebut Kaotiang. Sedangkan menurut orang Arab, ia harus dinamakan Sayid atau Sarib. Sang Prabu memanggil patih dan abdi lain untuk dimintai pertimbangan. Sang patih pun berpendapat, bila mengikuti leluhur kuno, putra sang Prabu itu dinamakan Bambang. Tetapi karena ibunya orang Cina, lebih baik dinamakan Babah, yang artinya lahir di tempat lain. Pendapat patih ini disetujui abdi yang lain. Sang Prabu pun berkata kepada seluruh pasukan bahwa putranya diberi nama Babah Patah.
Sampai saat ini, keturunan pembauran antara Cina dan Jawa disebut Babah. Meski tidak menyukai nama pemberian ayahnya itu, Raden Patah takut untuk menentangnya. Babah Patah kemudian diangkat menjadi Bupati di Demak. Ia memimpin para bupati di sepanjang pantai Demak ke Barat. Ia dinikahkan dengan cucu Kyai Ageng Ngampel. Babah Patah tinggal di desa Bintara, Demak. Babah Patah telah beragama Islam sejak di Palembang. Di Demak ia diminta untuk menyebarkan agama Islam. Raden Kusen diangkat menjadi Adipati di Terung, dengan nama baru Raden Arya Pecattanda.
Ajaran Islam makin berkembang. Banyak ulama berpangkat mendapat gelar Sunan. Sunan artinya budi. Sumber pengetahuan tentang baik dan buruk. Orang yang berbudi baik patut dimintai ajarannya tentang ilmu lahir batin. Pada waktu itu para ulama baik budinya. Belum memiliki kehendak yang jelek. Banyak yang mengurangi makan dan tidur. Sang Prabu Brawijaya berpikir, para ulama bersarak Budha itu mengapa disebut Sunan. Mengapa juga masih mengurangi makan dan tidur.
Pada waktu itu sunan Bonang akan pergi ke Kediri, diantar dua sahabatnya. Di utara Kediri, yakni di daerah Kertosono, rombongan terhalang air sungai Brantas yang meluap. Sunan Bonang dan dua sahabatnya menyeberang. Tiba di timur sungai, Sunan Bonang menyelidiki agama penduduk setempat. Sudah Islam atau masih beragama Budha . Ternyata, kata Ki Bandar, masyarakat daerah itu beragama Kalang, memuliakan Bandung Bondowoso. Menganggap Bandung Bondowoso sebagai nabi mereka. Hari Jumat Wage wuku wuye, adalah hari raya mereka. Setiap hari itu, mereka bersama-sama makan enak dan bergembira ria.
Kata Sunan Bonang, " Kalau begitu, orang disini semua beragama Gedhah. Artinya, tidak hitam, putih pun tidak. Untuk itu tempat ini kusebut Kota Gedhah." Sejak itu, daerah di sebelah utara Kediri ini bernama Kota Gedhah.
Kutukan Sunan Bonang terhadap Seorang Wanita
Hari terik. Waktu sholat dhuhur tiba. Sunan Bonang ingin mengambil air wudlu. Namun karena sungai banjir dan airnya keruh, maka Sunan Bonang meminta salah satu sahabatnya untuk mencari air simpanan penduduk. Salah satu sahabatnya pergi ke desa untuk mencari air yang dimaksud. Sesampai di desa Patuk ada sebuah rumah. Tak terlihat laki-laki di sini. Hanya ada seorang gadis berajak dewasa sedang menenun. " Hai Gadis, aku minta air simpanan yang jernih dan bersih," kata sahabat itu. Perawan itu terkejut. Ia menoleh. Dilihatnya seorang laki-laki. Ia salah paham. Menyangka lelaki itu bermaksud menggodanya. Ia menjawab kasar :
"Kamu baru saja lewat sungai. Mengapa minta air simpanan. Di sini tidak ada orang yang menyimpan air kecuali air seniku ini sebagai simpanan yang jernih bila kamu mau meminumnya."
Mendengar kata-kata kasar itu, sahabat itu langsung pergi tampa pamit. Mempercepat langkah sambil mengeluh sepanjang perjalanan. Tiba di hadapan Sunan Bonang, peristiwa tak menyenangkan itu disampaikan. Mendengar penuturan itu Sunan Bonang naik pitam. Keluarlah kata-kata keras. Sunan menyabda tempat itu akan sulit air. Gadis-gadisnya tidak akan mendapat jodoh sebelum usianya tua. Begitu juga dengan kaum jejakanya. Tidak akan kimpoi sebelum menjadi jejaka tua.
Terkena ucapan Sunan Bonang, aliran sungai Brantas menyusut. Aliran sungai berbelok arah. Membanjiri desa-desa, hutan, sawah, dan kebun. Prahara datang diterjang arus sungai yang menyimpang. Dan setelah itu kering seketika. Sampai kini daerah Gedhah sulit air. Perempuan-perempuannya menjadi perawan tua. Begitu juga kaum laki-lakinya. Mereka terlambat berumah tangga.
Kemudian, Sunan Bonang melanjutkan perjalanannya ke Kediri. Di daerah ini ada demit (mahluk halus) bernama Nyai Plencing. Menempati sumur Tanjungtani yang sedang dikerumuni anak cucunya. Mereka lapor, bahwa ada orang bernama Sunan Bonang suka mengganggu kaum mahluk halus dan menonjolkan kesaktian. Anak cucu Nyai Plencing mengajak Nyai Plencing membalas Sunan Bonang. Caranya dengan meneluh dan menyiksanya sampai mati agar tidak suka mengganggu lagi.
Mendengar usul itu Nyai Plencing langsung menyiapkan pasukan, dan berangkat menemui Sunan Bonang. Tetapi anehnya, para setan itu tidak bisa mendekati Sunan Bonang. Badannya terasa panas seperti dibakar. Setan-setan itu berhamburan. Lari tunggang langgang. Mereka lapor ke Kediri menemui rajanya.
Raja mereka bernama Buta Locaya, tinggal di Selabale, di kaki Gunung Wilis. Buta Locaya semula adalah patih raja Sri Jayabaya, bernama Kyai Daha. Ia dikenal sebagai cikal bakal Kediri. Ketika Raja Jayabaya memerintah daerah ini, namanya diminta untuk nama negara.
Ia diberi nama Buta Locaya dan diangkat patih Prabu Jayabaya. Buta sendiri artinya bodoh. Lo bermakna kamu. Dan Caya dapat dipercaya. Bila disambung, maka Buta Locaya mempunyai makna orang bodoh yang dapat dipercaya.
Ketika Prabu Jayabaya muksa ( mati bersama raganya hilang ) bersama Ni Mas Ratu Pagedongan, Buta Locaya dan Kyai Tunggulwulung juga ikut muksa. Ni Mas kemudian menjadi ratu setan di Jawa. Tinggal di laut Selatan dan bergelar Ni Mas Ratu Angin-Angin. Semua mahluk halus yang ada di laut selatan tunduk dan berbakti kepada Ni Mas Ratu Angin-Angin ( Nyi Loro Kidul ). Buta Locaya menempati Selabale. Sedangkan Kyai Tunggulwulung tinggal di Gunung Kelud menjaga kawah dan lahar agar tidak merusak desa sekitar.
Ketika Nyai Plencing datang, Buta Locaya sedang duduk di kursi emas beralas kasur babut dihias bulu merak. Ia sedang ditemani patihnya, Megamendung dan anaknya, Paji Sektidiguna dan Panji Sarilaut. Ia amat terkejut melihat Nyai Plencing yang datang sambil menangis.
Ia melaporkan kerusakan-kerusakan di daerah utara Kediri yang disebabkan ulah orang dari Tuban bernama Sunan Bonang. Nyai Plencing juga memaparkan kesedihan para setan dan penduduk daerah itu. Mendengar laporan Nyai Plencing, Buta Locaya murka.
Tubuhnya bagaikan api Ia memanggil anak cucu dan para jin untuk melawan Sunan Bonang. Para setan dan jin itu bersiap berangkat. Lengkap dengan peralatan perang. Mengikuti arus angin, mereka pun sampai di desa Kukum. Di tempat ini Buta Locaya menjelma menjadi manusia, berganti nama Kyai Sumbre. Sementara setan dan jin yang beribu-ribu jumlahnya tidak menampakkan diri.
Menghadang perjalanan Sunan Bonang yang datang dari utara. Sebagai orang sakti, Sunan Bonang tahu ada raja setan dan jin sedang menghadang perjalanannya. Tubuh Sunan yang panas menjelma bagai bara api. Para setan dan jin yang beribu-ribu itu menjauh. Tidak tahan menghadapi wibawa Sunan Bonang. Namun tatkala berhadapan dengan Kyai Sumbre, Sunan Bonang juga merasakan hawa panas. Dua sahabatnya pingsan dan demam.
Debat Soal Tuhan dan Kebenaran
Debat sengit antara Sunan Bonang dengan Buta Locaya makin seru. Sunan Bonang dengan tegas menyatakan bahwa, daerah tersebut dikatakan Gedah karena tidak jelas agamanya. Sunan Bonang berkata;
"Kusabdakan sulit air karena ketika aku minta air tidak diberi. Sungai ini kupindah alirannya agar kesulitan mendapatkan air. Sedangkan jejaka dan perawan kusabdakan sulit mendapat jodoh karena yang kuminai air itu perawan desa."
Buta Locaya menjawab, bahwa itu tidak seimbang.
“Salah yang tak seberapa, apalagi hanya dilakukan oleh seseorang, tetapi penderitaannya dirasakan oleh banyak orang. Bila dilaporkan kepada penguasa, tentu akan mendapatkan hukuman berat karena merusak daerah.”
(Lihat peristiwa Muhammad menyuruh pengikutnya menyerang suku Yahudi di Medinah, Bani Qaynuqa, gara2 seorang wanita Muslim diganggu oleh seseorang anggota Bani Qaynuqa. Ini dipakai Muhammad sebagai alasan untuk menyerang dan mengusir Bani Qaynuqa dari tanah nenek moyang mereka itu. Sifat Muhammad ini dicontoh Sunan Bonang : cepat naik darah, tidak seimbang, tidak memiliki maaf, sombong, selain licik dan haus kekuasaan.)
Sunan Bonang menjawab, ia pun tak takut dilaporkan Raja Majalengka. Ketika Buta Locaya mendengar kata-kata itu, ia pun marah. Buta Locaya berkata masygul :
" Ucapan tuan bukan ucapan yang paham aturan negara. Itu pantas diucapkan oleh orang yang tinggal di rumah madat, mengandalkan kesaktian. Janganlah sombong. Mentang-mentang dikasihi tuan berkawan dengan malaikat, lalu berbuat sekehendak hati. Tidak melihat kesalahan, menganiaya orang lain tanpa sebab.”
Meskipun di Jawa ini akan ada orang yang lebih kuat dari pada tuan, tapi mereka baik budi dan takut kepada laknat dewa. Tuan akan dijauhi orang2 baik budi bila tetap berbuat demikian. Apakah tuan termasuk orang seperti Aji Saka murid Ijajil ? Aji Saka menjadi raja di Jawa hanya tiga tahun, lalu pergi sambil membawa seluruh sumber air di Medang. Ia Hindu. Suka membuat sulit air.
Tuan mengaku sunan seharusnya berbudi baik, menyelamatkan orang banyak, tetapi ternyata tidak demikian. Tuan layak seperti setan yang menampakkan diri, tidak tahan digoda anak kecil. Lekas naik darah. Sunan apakah itu ?
Jika memang sebagai Sunan manusia sesungguhnya, tentu suka berbuat kebajikan. Tuan menyiksa orang tanpa dosa. Itulah jalan celaka, tanda bahwa tuan telah menciptakan neraka jahanam. Bila telah jadi lalu tuan tempati sendiri, mandi di dalam air mendidih."
Hamba ini bangsa mahluk halus, tidak selam dengan manusia, tetapi hamba masih memperhatikan nasib manusia. Marilah semuanya yang rusak itu tuan kembalikan kepada keadaan semula. Sungai yang kering dan daerah yang terlanda banjir hamba mohon agar dikembalikan. Semua orang Jawa yang beragama Islam akan hamba teluh supaya mati. Hamba akan meminta bantuan Kangjeng Ratu Angin-Angin di laut Selatan."
Begitu mendengar kemarahan Buta Locaya, Sunan Bonang menyadari kesalahannya. Ia berkata,
" Buta Locaya, aku Sunan tidak diperkenankan meralat ucapanku. Aku hanya bisa membatasi saja. Kelak, bila telah berlangsung 500 tahun, sungai ini dapat kembali seperti semula."
Buta Locaya mendengar kesediaan Sunan Bonang, bertambahlah kemarahannya.
" Kembalikan sekarang juga. Bila tidak, tuan akan hamba ikat."
Sunan Bonang menjawab:
" Sudah, jangan berbantah lagi. Aku mohon diri akan berjalan ke timur. Buah Sambi ini kunamakan cacil karena keadaan ini seperti anak kecil yang sedang berkelahi. Setan dan manusia saling berebut kebenaran tentang kerusakan yang ada di daerah dan kesedihan manusia dengan setan. Kumohonkan kepada Tuhan, buah sambi menjadi dua macam, daging buahnya menjadi asam. Bijinya mengeluarkan minyak sebagai lambang muka yang masam. Tempat perjumpaan ini kuberi nama Singkal di sebelah utara dan di sini bernama Desa Sumbre. Sedangkan tempat kawan-kawanmu di selatan kuberi nama Kawanguran."
Setelah berkata demikian, Sunan Bonang meloncat ke arah Timur sungai. Terkenal sampai kini di Kota Gedah ada desa yang bernama Singkal, Sumbre dan Kawanguran. Kawanguran artinya pengetahuan, Singkal artinya susah kemudian menemukan akal. Buta Locaya memburu kepergian Sunan Bonang, yang menyaksikan arca Kuda yang berkepala dua di bawah pohon Trenggulun. Banyak buah trenggulun yang berserakan. Sunan Bonang kemudian memegang parang dan kepala arca Kuda itu dipenggalnya.
Ketika Buta Locaya melihat Sunan Bonang memenggal kepala arca itu, semakin bertambahlah kemarahannya.
" Arca itu buatan sang Prabu Jayabaya sebagai lambang tekad wanita. Kelak di zaman Nusa Srenggi, barang siapa yang melihat arca itu, akan mengetahui tekat para wanita Jawa.”
Sunan Bonang pun berkata,
" Kau ini bangsa jin. Jadi kalau berani berdebat dengan manusia, namanya jin yang sombong.”
Kata Buta Locaya,
" Apa bedanya. Tuan Sunan, saya ratu Jin,"
Sunan Bonang berkata,
“Trenggulun ini kuberinama Kentos sebagai peringatan kelak, bahwa aku berdua debat dengan hantu yang sombong tentang kerusakan arca.”
Sunan Bonang kemudian berjalan ke utara. Ketika menjelang salat asar, beliau akan bersiap salat. Di luar desa ada sumur tetapi tiada timba. Sumur itu kemudian digulingkan. Dengan begitu Sunan Bonang dapat bersuci untuk bersalat. Terkenal sampai sekarang, sumur itu bernama sumur gumuling." Setelah salat, Sunan melanjutkan perjalanan. Sesampai di desa Nyahen, ada patung raksasa perempuan berada di bawah pohon dadap yang berbunga. Sangat banyak dan berguguran di sekitarnya. Patung raksasa itu kelihatan merah menyala, marak oleh bunga yang berjatuhan.
Melihat patung itu, Sunan Bonang keheranan. Patung itu berukuran sangat besar. Arca itu tampak duduk ke arah Barat setinggi 16 kaki. Lingkar pinggulnya 10 kaki. Jika dipindahkan tidak akan terangkat oleh 800 orang kecuali dengan alat. Bahu kanannya dipatahkan, dan dahinya diludahi.
Buta Locaya marah lagi.
"Tuan ternyata orang jahil, patung yang masih baik dirusak tanpa alasan. Kini menjadi jelek. Padahal patung itu karya Sang Prabu Jayabaya. Apakah hasilnya bila tuan merusak patung itu ?"
Sunan Bonang :
"Patung itu kurusak agar tidak disembah banyak orang, agar tidak diberi sesaji dan diberi kemenyan. Orang yang memuja berhala itu kafir, rusak lahir batin."
Kata Buta Locaya,
"Orang Jawa kan sudah tahu bahwa itu patung dari batu yang tidak berdaya dan berkuasa. Bukan Tuhan, maka mereka layani. Diberi nyala kemenyan, diberi sesaji, agar para hantu tidak menempati tanah dan kayu yang dapat menghasilkan untuk manusia. Para hantu mereka tempatkan di patung itu, lalu tuan usir ke mana ? Telah lazim setan tinggal di gua, arca, dan makan bau-bauan harum. Bila menyantap bebauan harum, hantu akan merasa nyaman. Lebih senang lagi bila tinggal di patung yang utuh. Di tempat sepi dan rindang atau di bawah pohon besar.Mereka menyadari bahwa alam halus berbeda dengan alam manusia."
Sunan Bonang Khilaf. Buta Locaya berkata,
" Nabi itu kan manusia kekasih Tuhan ? Mendapat wahyu agar pandai dan cermat penglihatannya. Sedangkan yang membuat arca Batu adalah Prabu Jaya Baya, kekasih Tuhan pula, mendapatkan wahyu mulia. Dia pun pandai dan kaya ilmu. Awas penglihatannya, mengetahui hal-hal yang belum terjadi. TUAN BERPEDOMAN KITAB, ORANG JAWA PUN BERBEDOMAN PETUAH DARI PARA LELUHURNYA. SAMA2 MENGHARGAI KABAR, LEBIH BAIK MENGHARGAI KABAR DARI LELUHUR SENDIRI DENGAN PENINGGALAN YANG MASIH BISA DISAKSIKAN.
Pulau Jawa ini tanah suci dan mulia, dingin dan panasnya cukup. Tanah berpasir murah air. Apa saja ditanam dapat tumbuh. Pria tampak tampan, wanita kelihatan cantik, serba luwes tutur katanya. Bila tuan ingin melihat pusat dunia, yang hamba duduki inilah adanya. Silakan tuan ukur. Seandainya tidak benar, pukullah.
Yang membuat arca itu adalah tuanku Prabu Jayabaya. Dapatkah tuan menebak sesuatu yang belum terjadi ? Sudahlah, hamba persilakan tuan pergi dari sini. Bila menolak akan hamba panggilkan adik hamba dari Gunung Kelud. Tuan akan kami keroyok. Dapatkah tuan menang ? Lalu akan hamba bawa ke dalam kawah gunung Kelud, apakah tuan tidak susah ? Inginkah tuan tinggal di Batu seperti hamba ? Mari ke Selabale menjadi murid hamba."
Sunan Bonang :
" Tak sudi mengikuti kata-katamu. Kau hantu brekasaan."
Buta Locaya berkata,
" Meskipun hamba hantu, tetapi hamba raja. Abadi selamanya. Tuan belum tentu seperti hamba. Tekat tuan kotor, suka mengganggu dan menganiaya. Tampak di sini masih sering melakukan kesalahan, MENENTANG ADAT, MENENTANG AGAMA, MERUSAK KEBAIKAN, MENGGANGGU AGAMA LELUHUR. Tuan dapat disiksa dan dibuang ke Menado."
Sunan Bonang tak menggubris. Ia berkata :
" Dadap ini bunganya kunamai celung, buahnya bernama kledung, karena aku kecelung ( sesat ) pemikiran dan salah bicara. Jadi saksi ketika aku berdebat dengan hantu, kalah pengetahuan dan pemikiran. Sudah, aku akan pulang ke Bonang."
Buta Locaya berkata,
" Ya sudah, silakan tuan pergi. Di sini tak ayal akan membikin panas. Bila terlalu lama di sini akan menimbulkan kesusahan, menyebabkan mahal air, dan mengurangi air."
PEMBUNUHAN SYECH SITI JENAR
Prabu Brawijaya amat murka ketika mendapat laporan sang patih tentang adanya surat dari Tumenggung di Kertosono, yang memberitahukan bahwa telah terjadi kerusakan di wilayah itu akibat ulah Sunan Bonang. Segera ia mengutus Patih ke Kertosono, meneliti keadaan sebenarnya. Setelah tiba, sang patih melaporkan semua yang telah terjadi. Namun, ia tak bisa menemukan Sunan Bonang, karena telah mengembara tak tahu kemana.
Saking murkanya, Prabu Brawijaya mengharuskan semua ulama Arab yang ada di Pulau Jawa pergi. Hanya di Demak dan Ngampelgading saja yang diperbolehkan tinggal dan menyebarkan agama Islam. Apabila menolak akan dibunuh.
Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh patihnya, karena ulama Giripura telah tiga tahun tidak menghadap untuk menyampaikan upeti, bahkan mendirikan kerajaan sendiri. Sedang ulama santri Giri punya gelar yang melebihi sang Prabu. Maka, diseranglah Giri hingga kocar-kacir.
Menyadari kekeliruannya karena tidak menghadap Prabu Brawijaya di Majalengka, Sunan Bonang mengajak Sunan Giri ke Demak. Di sana, mereka menyatu dengan pasukan Adipati Demak (putera PB alias Raden Patah) dan mengajak menyerbu ke Majalengka.
Kata Sunan Bonang (Muslim tulen yg penuh akal bulus itu),
"Ketahuilah, kini saatnya kehancuran kerajaan Majalengka yang telah berumur 103 tahun. Menurut pertimbanganku, kamulah yang berhak menjadi Raja. Rusaklah Kraton Majalengka dengan cara halus. Jangan sampai ketahuan. Menghadaplah ke Ayahandamu pada acara Grebeg Maulud dengan senjata perang. Ajaklah seluruh Bupati dan para Sunan beserta bala tentaranya."
(Baca cerita2 Modus Operandi Jihad Islam diseluruh dunia Inilah cara Muslim mengakali musuh mereka : dengan cara tipu daya.)
Adipati Demak yang memang putra Prabu Brawijaya semula tidak mau mengikuti saran Sunan Bonang.
" Saya takut merusak negeri Majalengka. Melawan ayah, apalagi melawan seorang raja yang telah memberikan kebahagian dan kebaikan di dunia. Kata kakek saya di Ampelgading, saya tidak boleh melawan ayahanda meski beragama Budha atau pun kafir."
Mendengar jawaban demikian, Sunan Bonang berkata,
" Meskipun melawan ayah dan raja, tidak ada jeleknya kerena dia kafir. Merusak kafir tua kamu akan masuk surga. Kakekmu itu santri yang iri, gundul dan bodoh tak bernalar. Seberapakah pengetahuan santri Ngampelgading. Anak kelahiran Campa tak mungkin menyamaiku, Sayid Kramat, Sunan Bonang yang dipujikan manusia sedunia, keturunan rasul anutan semua umat Islam. Meski kamu dosa, toh hanya kepada satu orang. Tetapi, semua manusia se Jawa masuk Islam. Hal demikian, alangkah banyaknya pahala yang kau terima.
Tuhan masih cinta kepadamu. Sesungguhnya, orang tuamu itu menyia-nyiakan dirimu. Buktinya, kamu diberi nama Babah. Babah itu artinya tidak baik. Hidup hanya untuk mati. Benih Jawa yang dibawa Putri Cina. Maka ibumu diberikan kepada Arya Damar, Bupati Palembang, orang keturunan raksasa. Itu memutus cinta namanya. Ayahmu tetap berhati tidak baik. Karena itu, balaslah dengan halus. Pokoknya jangan kelihatan. Dalam hati, isaplah darahnya, kunyahlah tulangnya."
Kemudian, Sunan Giri (juga seorang Muslim tulen yang penuh dengan akal bulus) menyambung,
" Aku tidak berdosa, dicari ayahmu didakwa mendirikan kerajaan karena aku tidak menghadap ke Majalengka. Katanya, bila aku tertangkap akan diikat rambutku dan disuruh memandikan anjing. Banyak orang Cina yang datang ke Jawa. Di Giri banyak yang ku-Islamkan. Sebab, menurut Qur-an, bila meng-Islamkan orang kafir, kelak mendapatkan surga. Kedatanganku ke sini untuk minta perlindunganmu. Aku takut kepada patih dan ayahmu yang sangat benci kepada santri yang suka berzikir. Katanya, sakit ayan pagi dan sore. Bila kamu tidak membela, rusaklah agama Islam ini."
Jawab sang Adipati Demak,
" Ayahanda memburu tuan itu betul. Karena tuan Sunan mendirikan kraton. Tidak menyadari bahwa hal itu harus tunduk perintah raja yang lebih berkuasa. Maka, sudah sewajarnya bila diburu, dihukum mati, karena Sunan tidak menyadari makan minum di Pulau Jawa."
Namun, Sunan Bonang berkata lagi,
"Jika tidak kau rebut sekarang, kau akan rugi. Setelah ayahmu turun, tahta itu tentu bukan untukmu melainkan diserahkan kepada Adipati Pranaraga karena dia putra paling tua. Atau kepada menantunya, Ki Andayanigrat di Pengging. Kamu anak muda, tidak berhak menjadi raja. Mati melawan kafir mati sabilillah, mati menerima surga. Sudah biasa bagi orang Islam dalam melawan orang kafir. Aku sudah tua, ingin menyaksikan dirimu menjadi raka, merestui kedudukanmu sebagai raja di Jawa, memimpin rakyat Jawa, memulai agama suci, dan menghilangkan agama Budha."
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pelindung-pelindungmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pelindung-pelindungmu, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. (QS 9:24)
Panjang lebar nasihat Sunan Bonang agar Adipati Demak bangkit amarahnya, dan mau merusak Majalengka. Bahkan, diberi contoh kisah-kisah nabi yang mau melawan orang tuanya karena kafir.
Singkat cerita, tak lama kemudian para sunan dan bupati di pesisir utara datang semua ke Demak. Berkumpul untuk mendirikan masjid. Kemudian sembahyang bersama di masjid yang beru didirikan. Usai sembahyang pintu masjid ditutup. Sunan Bonang berkata kepada semua yang hadir di situ, bahwa Bupati Demak akan dinobatkan sebagai raja dan akan menggempur Majapahit. Bila semua setuju akan segera dimulai. Semua setuju dan para bupati pun setuju.
Hanya Syech Siti Jenar yang tidak setuju. Maka, Sunan Bonang marah dan menghukum mati Syech Siti Jenar. Yang disuruh membunuh adalah Sunan Giri.
(Satu lagi tindakan Islami para Sunan yang mencontoh kelakuan nabi! Bunuh mereka yg tidak sepaham denganmu, karena itu dianggap melawan nabi dan melawan Islam)
Setelah sepakat, Adipati Demak diangkat menjadi raja menguasai tanah Jawa bergelar Senopati Jimbuningrat dengan patih dari atas angin bernama Patih Mangkurat. Esok harinya, Senopati Jimbuningrat bergegas dengan perangkat senjata perang berangkat menuju Majapahit diiringkan para sunan dan bupati. Berjalan berarakan seprti Grebeg Maulud. Semua pasukan tak ada yang mengetahui tujuan itu selain para tumenggung, para sunan dan para ulama.
Sunan Bonang dan Sunan Giri tidak ikut dengan alasan telah lanjut usia. Keduanya hanya akan salat di dalam masjid dan merestui perjalanan. Bagaimana cerita di perjalanan tidak dijelaskan panjang lebar.
PERANG BUDHA MAJAPAHIT VS ISLAM DEMAK
Alkisah, sepulang dari Giri, sang patih melaporkan hasil penaklukan terhadap Giri yang dipimpin oleh orang Cina beragama Islam bernama Setyasena. Ia membawa senjata pedang bertangkai panjang. Pasukannya berjumlah tiga ratus yang pandai bersilat dengan kumis panjang berkepala gundul, berpakaian serba seperti haji.
Dalam berperang mereka lincah seperti belalang. Sementara pasukan Majapahit menembaki. Akibatnya, pasukan Giri tampak jatuh berjumpalitan tidak mampu menerima peluru. Senapati Setyasena menemui ajal.
Pasukan Giri melarikan diri ke hutan dan gunung. Sebagian juga berlayar dan lari ke Bonang dan terus diburu oleh pasukan Majapahit. Sunan Giri dan Sunan Bonang yang ikut dalam perahu itu dikira melarikan diri ke Arab dan tidak kembali ke Majapahit.
Maka Sang Prabu memerintahkan patih untuk mengutus ke Demak lagi, memburu Sunan Giri dan Sunan Bonang karena Sunan Bonang telah merusak tanah Kertosono. Sedangkan Sunan Giri telah memberontak, tidak mau menghadap raja, bertekat melawan dengan perang.
Sang Patih keluar dari hadapan Raja untuk kemudian memanggil duta yang akan dikirim ke Demak. Tetapi, tiba-tiba datang utusan dari Bupati Pati menyerahkan surat terkenal (Menak Tanjangpura), mengabarkan bahwa Adipati Demak Babah Patah telah menobatkan diri sebagai Raja Demak.
Sedangkan yang mendorong penobatan itu adalah Sunan Bonang dan Sunan Giri. Para Bupati di Pesisir Utara dan semua kawan yang sudah masuk Islam mendukung. Raja baru itu bergelar Prabu Jimbuningrat atau Sultan Syah Alam Akbar Khalifaturrasul Amirilmukminin Tajudil Abdulhamid Khak, atau Sultan Adi Surya Alam di Bintoro.
Pasukannya berjumlah tiga puluh ribu lengkap dengan senjata perang, terserah kepada Patih cara menghadap kepada raja. Surat dari Pati itu bertanggal 3 Maulud tahun Jimakir 1303 masa kesembilan wuku Prabangkat. Kyai Patih sedih sekali, menggeram sambil mengatupkan giginya.
Sangat heran kepada orang Islam yang tidak menyadari kebaikan sang raja. Selanjutnya, kyai patih melapor kapada raja untuk menyampaikan isi surat itu.
Mendengan laporan patih, Sang Prabu sangat terkejut. Diam membisu, lama tak berkata. Dalam hatinya sangat heran kepada putranya dan para Sunan yang memiliki kemauan seperti itu. Mereka diberi kedudukan akhirnya malah memberontak dan merusak Majapahit.
Sang raja tak habis pikir, alasan apa yang mendasari perbuatan mereka. Dicarinya penalaran-penalaran tetapi tidak tercapai lahir batin. Tidak masuk akal akan perbuatan jelek mereka itu.
Pikiran sang raja sangat gelap. Kesedihan itu dikiaskan bagaikan hati kerbau yang habis dimakan kutu babi hutan. Sang Prabu juga bertanya kepada sang Patih, apa alasan Adipati Demak dan para ulama serta bupati tega melawan Majapahit. Patih pun menjawab tak mengerti. Ki Patih juga heran, pemikiran orang Islam ternyata tidak baik, diberi kebaikan membalas dengan kejahatan.
Kemudian, Sang Prabu berkata bahwa, kejadian itu akibat kesalahannya sendiri. Yang meremehkan agama yang telah berlaku turun-temurun dan begitu mudah terpikat kata-kata Putri Campa, sehingga mengizinkan para ulama menyebarkan agama Islam.
Dari kebingungan hatinya, ia menyumpahi orang-orang Islam.
" Kumohonkan kepada Dewa yang Agung, balaslah kesedihan hamba. Orang-orang Islam kelak terbaliklah agamanya, menjelma menjadi orang-orang kucir, karena tak tahu kebaikan. Kuberi kebaikan membalas dengan kejahatan."
Sabda sang raja yang berada dalam kesedihan itu disaksikan oleh jagad. Terbukti dengan adanya suara menggeletar membelah bumi. Terkenal sampai sekarang, ulama terbaik namanya, tengkuknya dikucir putih.
Tentang kedatangan musuh, yaitu santri yang akan merebut kekuasaan, Sang Prabu meminta pertimbangan dari Patih. Sang Prabu kecewa, mengapa hanya untuk menguasai Majapahit harus dengan cara peperangan. Seumpama diminta dengan cara baik-baik pun tentu akan diberikan karena Raja telah lanjut usia.
Patih menjawab, lebih baik menyongsong musuh dengan pasukan secukupnya saja. Jangan sampai merusak bala pasukan. Patih diminta memanggil Adipati Pengging dan Adipati Pranaraga karena putra yang ada di Majapahit belum saatnya maju berperang.
Setelah memerintahkan demikian, sang Prabu meloloskan diri pergi ke Bali diikuti Sabdopalon dan Nayagenggong. Ketika memberi perintah itu, Pasukan Demak telah mengepung istana. Maka Sang Raja segera pergi dengan terburu-buru.
Wadya Demak kemudian perang dengan pasukan Majapahit. Patih Majapahit mengamuk di tengah peperangan. Para Bupati Nayaka Majapahit delapan orang juga ikut mengamuk. Perang itu sangat ramai. Pasukan Demak tiga puluh ribu, pasukan Majapahit hanya tiga ribu. Karena Majapahit digulung musuh yang jumlahnya sekian banyak itu, prajuritnya banyak yang tewas berguguran. Hanya Patih dan Bupati Nayaka yang mengamuk semakin maju. Setiap prajurit Demak yang diterjang pasti mati tegelempang. Putra Sang Prabu bernama Raden Lembu Pangarsa mengamuk di tengah peperangan, bertanding dengan Sunan Kudus. Ketika sedang ramai-ramainya perang tanding itu, Patih Mangkurat dari Demak meluncurkan tombaknya. Putra raja terluka dan semakin hebat mengamuk. Ia menerjang bagaikan banteng terluka, tidak ada yang ditakuti.
Patih Majapahit tidak mempan senjata apapun, seperti tugu baja, tidak ada senjata yang bisa menggores tubuhnya, siapa pun yang diterjang bubar berlarian, yang menghadang terjungkal mampus. Bangkai manusia tumpang tindih. Patih diberondong (peluru) dari kejauhan. Jatuhnya peluru seperti hujan jatuh di batu watu. Sunan Ngundung menghadang kemudian memedangnya tetapi tidak mempan. Sunan Ngundung balas ditombak, tewas. Patih lalu dikerubuti prajurit Demak. Pasukan Majapahit lama-lama habis. Seberapa kuat satu orang sendirian, akhirnya Patih Majapahit gugur. Tetapi raganya musnah dan meninggalkan suara, “Ingat-ingat orang Islam, kalian diberi kebaikan oleh rajaku tetapi membalas kejahatan, tega merusak negara Majapahit, merebut negara melakukan pembunuhan. Kelak kubalas, kuajari kalian benar salah, kutiup kepala kalian, kucukur rambut kalian bersih-bersih.”
Setewasnya Patih Majapahit, para Sunan kemudian masuk ke istana. Tetapi Sang Prabu sudah tidak ada, yang ada hanya Ratu Mas, yaitu putri Campa, Sang Putri diajak menyingkir ke Bonang. Para prajurit Demak kemudian masuk ke istana. Mereka merampok sampai bersih. Orang kampung tidak ada yang berani melawan. Raden Gugur yang masih kecil melarikan diri. Adipati Terung kemudian masuk ke dalam istana, membakari semua buku-buku ajaran Buddha. Orang-orang di sekeliling istana bubar, beteng dan bangsal dijaga anak buah Adipati Terung. Orang Majapahit yang tidak mau takhluk kemudian mengungsi ke gunung dan hutan-hutan. Adapun yang mau takhluk, kemudian dikumpulkan dengan orang Islam, disuruh bersyahadat. Mayat para keluarga istana dan pamong praja dikumpulkan, dikubur di sebelah tenggara istana. Kuburan tadi dinamakan Bratalaya. Menurut suatu riwayat disitu juga kuburan Raden Lembu Pangrasa.
NASEHAT NYAI AGENG KEPADA RADEN PATAH
Sesudah tiga hari, Sultan Demak berangkat ke Ampel. Adapun yang ditugaskan menunggu di Majapahit adalah Patih Mangkurat serta Adipati Terung. Mereka diperintahkan menjaga keamanan keadaan dan segala kemungkinan yang terjadi. Sunan Kudus menjaga di Demak menjadi wakil Sang Prabu. Di Kabupaten Terung juga dijaga ulama tiga ratus, setiap malam mereka shalat hajat serta tadarus Al Qur’an. Sebagian pasukan dan para Sunan ikut Sang Prabu ke Ampelgading. Sunan Ampel sudah wafat, hanya tinggal istrinya. Istri beliau asli dari Tuban, putra Arya Teja. Setelah wafatnya Sunan Ampel, Nyai Ageng menjadi sesepuh orang Ampel. Sang Prabu Jambuningrat (Raden Patah) sesampainya di Ampel, kemudian menghaturkan sembah kepada Nyai Ageng. Para Sunan dan para Bupati berganti-ganti menghaturkan sembah kepada Nyai Ageng. Prabu Jimbuningrat berkata bahwa dirinya baru saja menyerbu majapahit, dan melaporkan hilangnya ayahanda serta Raden Gugur. Ia juga melaporkan kematian Patih Majapahit dan berkata bahwa dirinya sudah menjadi raja seluruh tanah Jawa bergelar Senapati Jimbun. Beliau meminta restu, agar langgeng bertahta dan anak keturunannya nanti jangan ada yang memotong.
Nyai Ageng Ampel mendengar perkataan Prabu Jimbun, menangis seraya merangkul Sang Prabu. Hati Nyai Ageng tersayat-sayat perih. Demikian ia berkata “Cucuku, kamu dosa tiga hal. Melawan raja dan orang tuamu, serta yang memberi kedudukan sebagai bupati. Mengapa kamu tega merusak tanpa kesalahan. Apa tidak ingat kebaikan Uwa Prabu Brawijaya? Para ulama diberi kedudukan dan sudah membuahkan rizki sebagai sumber makannya, serta diberi kemudahan dan dibebaskan menyebarkan agama? Seharusnya kamu sangat berterima kasih, tapi akhirnya malah kamu balas kejahatan, kini mati hidupnya beliau pun tidak ada yang tahu.”
Nyai Ageng kemudian menanyai Sang Prabu, katanya, “Angger ! Aku akan bertanya kepada kamu, jawablah sebenarnya, ayahandamu yang benar itu siapa? Siapa yang mengangkat kamu menjadi raja di tanah Jawa dan siapa yang mengizinkan kamu? Apa sebabnya kamu menganiaya orang tanpa dosa?”
Raden Patah kemudian menjawab, bahwa Prabu Brawijaya adalah benar-benar ayahandanya yang mengangkat dirinya menjadi raja memangku tanah Jawa dan semua bupati pesisir, dan yang mengizinkan para Sunan. Mengapa negara majapahit dirusak, karena Sang Prabu Brawijaya tidak berkenan masuk agama Islam, masih mempercayai agama kafir, Buda kawak dawuk seperti kuwuk.
Nyai Ageng mendengar jawaban Prabu Jimbun, kemudian menjerit seraya merangkul Sang Prabu, dengan berkata, “Angger! Ketahuilah, kamu itu dosa tiga hal mestinya kamu dikutuk oleh Gusti Allah. Kamu berani melawan Raja lagi pula orang tuamu sendiri, serta orang yang memberi anugrah kepada kamu. Kamu beran-beraninya mengganggu orang tanpa dosa. Adanya Islam dan kafir siapa yang menentukan, selain hanya Gusti Allah sendiri. Orang beragama itu tidak boleh dipaksa, harus keluar dari keinginan diri sendiri. Orang yang kukuh memegang agamanya sampai mati itu utama. Apabila Gusti Allah sudah mengizinkan, tidak usah disuruh, sudah pasti dengan sendirinya memeluk agama Islam. Gusti Allah bersifat rahman, tidak memerintahkan dan tidak menghalangi kepada orang beragama. Semua ini atas kehendaknya sendiri-sendiri.
Gusti Allah tidak menyiksa orang kafir yang tidak bersalah, serta tidak memberi ganjaran kepada orang Islam yang bertindak tidak benar, hanya benar dan salah yang diadili dengan keadilan. Ingat-ingatlah asal-asalmu, ibu-mu Putri Cempa menyembah Pikkong, berwujud kertas atau patung batu. Kamu tidak boleh benci kepada orang yang beragama Buddha. Matamu itu berkacalah, agar tidak blero penglihatanmu, tidak tahu yang benar dan yang salah. Katanya anaknya Sang Prabu, kok tega menelan kepada ayahanda sendiri. Bisa-bisanya sampai hati merusak tata krama. Berbeda matanya orang Jawa. Orang Jawa matanya hanya satu, maka ia menjadi tahu benar dan salah, tahu yang baik dan yang buruk, pasti hormat kepada ayah, kedua kepada raja yang memberi anugrah, ia wajib dijunjung tinggi.
Ikhlasnya hati bakti kepada ayah, tidak berbakti kepada orang kafir, karena sudah kewajiban manusia berbakti kepada orang tuanya. Kamu aku dongengi, Wong Agung Kuparman, itu beragama Islam, punya mertua kafir, mertuanya benci kepada Wong Agung karena lain agama, mertuanya selalu mencari cara agar menantunya mati. Tetapi Wong Agung selalu hormat dan sangat menjunjung tinggi kedua orang tuanya. Ia tidak memandang orang tua dari segi kekafirannya, tetapi posisinya sebagai orangtuanya. Maka Wong Agung selalu menjunjung hormat kepaa mertuanya itu. Itulah angger yang dinamakan orang berbudi baik. Tidak seperti tekadmu, ayahanda disia-siakan, mentang-mentang kafir Buddha tidak mau berganti agama. Itu bukan patokanmu. Aku akan bertanya sekarang, apakah kamu sudah memohon kepada orang tuamu, agar beliau pindah agama? Mengapa negaranya sampai kamu rusak itu bagaimana?
Prabu Jimbun berkata, bahwa ia belum memohon pindah agama, sesampainya di Majapahit langsung saja mengepung. Nyai Ageng Ampel tersenyum sinis dan berkata, “Tindakanmu itu makin salah. Para Nabi di jaman kuno, ia berani kepada orang tuanya itu karena setiap hari sudah mengajak berpindah agama, bahkan sudah ditunjukkan mukjizat kepadanya, tetapi tidak berkenan. Karena setiap hari sudah dimohon agar memeluk agama Islam, tetapi ajakan tadi tidak dipikirkan, masih melestarikan agama lama, maka kemudian dimusuhi. Jika demikian caranya, meskipun melawan orang tua, lahir batin tidak salah. Tapi orang seperti kamu? Mukjizatmu apa? Apabila benar Khalifatullah berwenang mengganti agama, coba keluarkan apa mukjizatmu, aku lihat?”
Prabu Jimbun mengakui bahwa ia tidak memiliki mukjizat apa-apa, hanya menurut perkataan buku, katanya apabila mengislamkan orang kafir besok akan mendapat ganjaran surga. Nyai Ageng Ampel tersenyum tetapi tambah amarahnya. Kata-kata saja kok dipercayai, pun bukan buku dari leluhur. Orang mengembara kok dituruti perkataanya, yang mendapat celaka ya kamu sendiri. Itu pertanda ternyata masih mentah pengetahuanmu. Berani kepada orang tua, karena keinginanmu menjadi raja, kesusahannya tidak dipikir. Kamu itu bukan santri yang tahu sopan santun, hanya mengandalkan surban putih, tetapi putihnya kuntul, yang putih hanya di luar, di dalam merah. Ketika kakekmu masih hidup, kamu pernah berkata bila akan merusak Majapahit, kakekmu melarang. Malah berpesan dengan sungguh-sungguh jangan sampai memusuhi orang tua. Sekarang kakekmu sudah wafat, wasiatnya kamu langgar. Kamu tidak takut akibatnya? Kini kamu minta izin kepadaku, untuk menjadi raja di tanah Jawa, aku tidak berwenang mengizinkan, aku rakyat kecil dan hanya perempuan, nanti buwana balik namanya. Karena kamu yang semestinya memberi izin kepadaku, karena kamu Khalifutullah di tanah Jawa, hanya kamu sendiri yang tahu, seluruh kata-katamu lidah api. Aku sudah tuwa tiwas, sedangkan jika kamu nanti tia, akan tetap menjadi tuanya seorang raja.”
Nyai Ageng Ampel berkata lagi, “Cucu! Kamu aku ceritakan sebuah kisah, dalam Kitab Hikayat diceritakan di tanah Mesir, Kanjeng Nabi Dawud, putranya menginginkan tahta ayahandanya. Nabi Dawud sampai mengungsi dari negara, putranya kemudian menggantikannya menjadi raja. Tidak lama kemudian Nabi Dawud bisa kembali merebut negaranya. Putranya naik kuda melarikan diri kehutan, kudanya lepas tersangkut-sangkut pepohonnan, sampai ia tersangkut tergantung di pohon. Itulah yang dinamakan hukum Allah.
Ada lagi cerita Sang Prabu Dewata Cengkar, ia memburu-buru tahta ayahandanya, tetapi kemudian dikutuk oleh ayahandanya kemudian menjadi raksasa, setiap hari makan manusia. Tidak lama kemudian, ada Brahmara dari tanah seberang datang ke Jawa bernama Aji Saka. Aji Saka memamerkan ilmu sulap di tanah Jawa. Orang jawa banyak yang cinta kepada aji Saka, dan benci kepada Dewata Cengkar. Ajisaka diangkat menjadi raja, Dewata Cengkar diperangi sampai terbirit-birit, tercebur ke laut, dan berubah menjadi buaya, tidak lama kemuian mati. Ada lagi cerita di Negara Lokapala juga demikian, Sang Prabu Danaraja berani kepada ayahandanya, hukumnya masih seperti yang kuceritakan tadi, semua menemui sengsara. Apa lagi seperti kamu, memusuhi ayahanda yang tanpa tata susila, kamu pasti celaka, matimu pasti masuk neraka, yang demikian itu hukum Allah”. Sang Prabu Jimbun mendengar kemarahan eyang putrinya menjadi sangat menyesal di hati, tetapi semua sudah terjadi.
Nyai Ageng Ampel masih meneruskan, “Kamu itu dijerumuskan oleh para ulama dan para Bupati. Tapi kamu koq mau menjalani, yang mendapat celaka hanya kamu sendiri, lagi pula kehilangan ayah, selama hidup namamu buruk, bisa menang perang tetapi musuh orang tua raja. Karena itu bertobatlah kepada Yang Maha Kuasa, kiraku tidak bakal memperoleh pengampunan. Pertama memusuhi ayah sendiri, kedua membelot kepada Raja, ketiga merusak kebaikan dan merusak negara tanpa tahu adat. Adipati Ponorogo dan Adipati Penging pasti tidak akan menerima rusaknya Majapahit, pasti ia akan membela kepada ayahnya, itu saja sudah berat tanggunganmu.”
Nyai Ageng tumpah-ruah meluapkan amarahnya kepada Prabu Jimbun. Setelah itu, Sang Prabu diperintahkan kembali ke Demak, serta diperintahkan agar mencari hilangnya ayahandanya. Apabila sudah bertemu dimohon pulang kembali ke Majapahit, dan ajaklah mampir ke Ampelgading. Akan tetapi apabila tidak berkenan, jangan dipaksa, karena jika sampai marah maka ia akan mengutuk, kutukannya pasti makbul.
PRABU JIMBUN (RADEN PATAH) KEMBALI KE DEMAK
Setelah Prabu Jimbun tiba di Demak, para pengikutnya menyambutnya dengan gembira dan berpesta ria. Para santri bermain rebana dan berdzikir, mengucap syukur dan sangat gembira atas kemenangan mereka dan kepulangan Sang Prabu Jimbun atau Raden Patah.
Sunan Bonang menyambut kepulangan Sang Prabu Jimbun. Sang Raja kemudian melaporkan kepada Sunan Bonang bahwa Majapahit telah jatuh, buku-buku agama Buddha sudah dibakari semua, serta melaporkan kalau ayahandanya dan Raden Gugur lolos. Patih Majapahit tewas di tengah peperangan, Putri Cempa sudah diajak menugungsi ke Bonang.
Pasukan Majapahit yang sudah takhluk kemudian disuruh masuk Islam. Sunan Bonang mendengar laporan Sang Prabu Jimbun, tersenyum sambil mengangguk-angguk. Ia mengatakan peristiwa itu cocok dengan perkiraan batinnya. Sang Prabu melaporkan bahwa ia telah mampir ke Ampeldenta (pesantren Ampel Gading) untuk menghadap Eyang Nyai Ageng Ampel. Kepada Eyang Nyai Ageng Ampel ia mengatakan kalau baru saja dari Majapahit, serta memohon izin bertahta menjadi raja tanah Jawa. Akan tetapi di Ampel ia malah dimarahi dan diumpat-umpat. Ia dikatakan tidak tahu membalas kebaikan Sang Prabu Brawijaya. Akhirnya ia diperintahkan supaya mencari dan mohon ampun kepada ayahandanya. Semua kemarahan Nyai Ageng Ampel dilaporkan kepada Sunan Bonang.
Mendengar hal itu Sunan Bonang, dalam batin merasa menyesal dan bersalah karena khilaf akan kebaikan Prabu Brawijaya. (masak sih??) Tetapi (karena gengsi dan sudah kepalang tanggung) rasa yang demikian tadi ditutupi dengan pura-pura menyalahkan Prabu Brawijaya dan Patihnya, karena tidak mau pindah agama Islam.
Sunan Bonang mengatakan agar perintah Nyai Ageng Ampel tidak perlu dipikirkan benar, karena pertimbangan wanita pasti kurang sempurna, lebih baik penghancuran Majapahit dilanjutkan. Jika Prabu Jimbun menuruti perintah Nyai Ampeldanta, Sunan Bonang lebih baik akan pulang ke Arab. Akhirnya Prabu Jimbun berjanji kepada Sunan Bonang untuk tidak menjalani perintah Nyai Ampel.
Sunan Bonang memerintahkan kepada Sang Prabu, jika ayahandanya memaksa pulang ke Majapahit, Sang Prabu Brawijaya diperintahkan menghadap dan meminta ampun akan semua kesalahannya. Akan tetapi bila beliau ingin bertahta lagi, jangan di tanah Jawa, karena pasti akan mengganggu orang yang pindah ke agama Islam. Ia disuruh bertahta di negara lain di luar Jawa. (Benar2 Sunan yang tau berbalas budi, persis seperti nabinya)
Sunan Giri kemudian menyambung, agar tidak menganggu pengislaman Jawa, Prabu Brawijaya dan putranya lebih baik di tenung saja. Karena membunuh orang kafir itu tidak ada dosanya. Sunan Bonang serta Prabu Jimbun sudah mengamini pendapat Sunan Giri yang demikian tadi. (Masak Islam mau tenung Budha, ga mampu lah)
Referensi Selanjutnya klik Disini

Sumber : http://primordialnature.blogspot.co.id/2017/12/masuknya-islam-ke-indonesia.html?m=1

Jumat, 24 November 2017

MENJAGA KESADARAN, BAGAIMA CARANYA?

Copyleft

CARA MEMPERTAHANKAN KESADARAN
Om Danz..
Jika Berkenan saya ingin bertanya 1 hal:
Bagaimana cara mempertahankan kesadaran ?
Pertanyaan saya ini mungkin sepele,tapi sangat penting buat saya ..Sehat selalu om Danz..
Trimakasih..
Jawab :
Lakukanlah meditasi cukup waktu yg pendek2 saja (3-5 menit) tetapi sesering mungkin.
Seperti seorang ngelamun yang menjadi sadar bahwa ngelamun. Oleh karena itu, satu buah frase yang berguna untuk menjaga kesadaran : "Saya sedang apa?"
Lakukan itu bukan untuk melihat perbuatan luar anda, tetapi melihat ke kondisi batin anda pada waktu itu. Lakukan sesering mungkin. Bisa dilakukan dalam sela-sela waktu kegiatan sekaligus untuk merehatkan badan sejenak. Semisal sewaktu duduk ngopi, atau sewaktu merokok, sewaktu menunggu bis / angkot, sewaktu menggonceng ojek, dst. Nanti setelah mahir, dapat dilakukan BERSAMA dengan aktivitas kegiatan aktif. Tapi awalnya jangan dulu, karena sati (mindfullness / perhatian murni) anda belum kuat , saya khawatir anda hanyut / katut pikirannya dalam lamunan anda kemana-mana. Dan itu bisa membahayakan aktivitas anda. Tetapi bila anda bisa MINDFULL sewaktu bekerja, ...nah itu spt yg dilakukan orang2 Jepang dengan Kaizen-nya di jalur produksi pabrik. Maka kerjanya kualitas prima. Orang Jawa (yang bukan sudah njawan atau irib-iriban) sebetulnya mengagem sikap itu : Tata-titi-titis-tetes (tertata, teliti, akurat, capable). Maka kesannya mereka bergerak "woles" (slow, lamban), tapi itu sebetulnya sebuah penyimpangan (akibat kemalasan yg merupakan dekadensi pengaruh zaman). Yang sebenarnya adalah bertindak hati-hati, teliti, penuh perhatian, work with PASSION ....lawan kata dari bertindak kesusu (tergesa-gesa), grusa-grusu (ceroboh), cengengesan celelekan nggampangke (enteng2an, asal2an, meremehkan akibat kurang perhatian).
Oleh karena itu, syarat pertamanya adalah anda harus bisa "mekeng napsu" (menahan hawa nafsu / kemaruk) sehingga batin menjadi tenang seimbang. Setelah tenang seimbang maka segala sesuatu yang kita lakukan dapat dilakukan dengan penuh perhatian (mindfullness/sati). Bila nanti sudah terbiasa berpikir, berucap dan bertindak dengan passion, maka otomatis akan muncul COMpassion (welas asih). Itulah meditasi. Tidak akan muncul sifat welas asih yg sejati tanpa kesadaran (awareness). Cinta kasih hanya muncul dari penyimakan realitas sebagaimana apa adanya, tanpa penilaian, tanpa analisa, tanpa penghakiman, tanpa menyetujui atau menolak. Just Be. Love is a natural flowering.
Contoh :
Bagaimana mungkin anda mengatakan sayang kepada anak / pacar anda? Sementara apa yang dia harapkan / keluhkan / lakukan saja anda tidak tahu apalagi mengerti?
Senyatanya anda bukan sayang padanya, tapi sayang pada DIRI SENDIRI. Nyatanya anda hanya mau sibuk dengan pikiran2 dan angan2 ANDA SENDIRI tentang dia. Itu namanya self-love (cinta diri).
Mr.Ambisius & Mrs.Busy will never understand what Love is.
Nah!!
Makanya jangan berdoa, "Ya Tuhan ampunilah dia karena dia tidak tahu apa yang telah ia perbuat". Itu namanya menghakimi dan merasa benar sendiri. Sebaiknya berdoa, "Ya Tuhan ampunilah aku karena aku tidak tahu apa yang telah aku perbuat". Itu baru namanya suatu langkah untuk menuju kesadaran. Tapi doa itu tidak perlu dipanjang-panjangin...namanya ngelamun lagi. Cukup niat satu jentikan jari "snip" dalam kesadaran utk menuju penyimakan ke dalam. Yang penting adalah ACT of AWARENESS nya, bukan redaksi kata2 remeh temeh dalam doa itu. Ingat, jangan berusaha gombalisasi Tuhan. Dia bukan tipe cewe murahan langganan anda! haha
Btw, ini ada video bagus untuk memulai investigasi masing2: https://www.youtube.com/watch?v=tn7lhb6i ml4

Kamis, 23 November 2017

TURCO - MONGOL (SEJARAH YANG PERLU DI KETAHUI MASYARAKAT NUSANTARA)

Inilah power dari utara yg bikin Nusantara kegoncangan terus menerus hingga mengalami degradasi.

1. KEKAISARAN MONGOLIA (1206–1368)

Kekaisaran Mongolia berawal dari abad 13 sampai abad 14. Wilayahnya membentang dari Eropa timur ke Asia. Kekaisaran ini adalah gabungan dari bangsa Mongol dan Turki setelah Genghis Khan diproklamirkan sebagai pemimpinnya pada 1206. Pada masa puncak kejayaanya, wilayahnya membentang dari Sungai Danube di Eropa sampai ke laut jepang. dan dari Benua Artika sampai ke Kamboja. Luas wilayahnya mencapai 24. 000. 000 km2. Dibagi menjadi 3 wilayah pemerintahan (khanate) yg didasarkan oleh agama yg berbeda-beda. Di wilayah barat : Islam.

Ketika sentral kekuasaannya di daratan China berhasil digulingkan oleh dinasti Ming, maka para Jendral Yuan yang tiba-tiba kehilangan wilayah teritorial itu menjadi "hantu" berkeliaran di sepanjang pesisir Asia Selatan dan Tenggara. Dan itulah yang kita kenal dengan penyamaran sebagai para Wali. Mereka menghasut penduduk Nusantara yang pada saat itu merupakan negara sahabat dengan daratan Tiongkok untuk membenci orang Han (tionghua). Disitulah awalnya persoalan rasisme di Nusantara itu. Belanda hanya memanfaatkan sikon yang sudah berkembang sebelumnya.

Akibat penguasaan Mongol di Asia Tenggara maka jalur perdagangan Selat Malaka dikuasai oleh mereka. Inilah yang menyebabkan pemerintah Ming atas perintah Kaisar Yong Le mengirimkan ekspidisi Ceng He untuk menangkapi gerombolan pengacau keamanan Mongol. Akibat dari terputusnya jalur perdagangan laut ini maka menggunakan kembali jalur darat yang jauh lebih mahal, dan makan waktu dari Timur ke wilayah Barat. Itulah maka negeri-negeri Barat pun berlomba mengirimkan armadanya ke Asia Tenggara untuk menguasai wilayah strategis nan subur ini. Begitulah asal muasalnya penjajahan Nusantara ini dimulai.

Ironisnya, kerajaan Mataram pecah menjadi Kesunanan Solo dan Kesultanan Jogjakarta. Kalau Kesunanan Solo menghasilkan tokoh-tokoh Nasionalis. Yang Kesultanan, mendapatkan hegemoni power sebagai negeri vassal protektorat dari kesultanan Turki, maka Sultannya boleh menyandang gelar "Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah" (Panglima Kalifatullah). Berdasarkan ini maka politik rasis dijalankan. Maka jangan heran bila WNI keturunan tionghua tidak mungkin diperkenankan memiliki tanah dengan sertifikat HM, pasti HGB (maksimal).

Pada 1294, kekaisaran mongol pecah menjadi 4 bagian dan bermetamorfosis menjadi berbagai macam power terselubung yang sampai detik ini masih menggurita di dunia. Seorang kawan memberikan informasi konektivitas dengan imperium2 ini :

2. KERAJAAN MOGUL (1526–1858)
Kerajaan Mogul adalah kerajaan Islam yang mengatur sebagian besar wilayah India dan berawal pada 1526. Kerajaan ini mengatur sebagian besar Asia Selatan pada akhir abad 17 dan awal abad 18 dan berakhir pada pertengahan abad 19. Kerajaan Mogul adalah keturunan dari Timurid dari Turkistan pada tahun 1700 an, kerajaan ini mencakup seluruh daratan India. Wilayahnya pada waktu itu 4.000.000 km2.

Kerajaan ini bermula dari kepemimpinan Jalaluddin Mohammad Akbar atau Akbar yang Agung dan berakhir pada 1707 setelah kematian Kaisar Aurangzeb meskipun masih berlangsung sampai 150 tahun kemudian.

3. KERAJAAN INGGRIS
Kerajaan inggris terdiri dari domini, koloni, protektorat dan mandat dan semua wilayah yang diatur oleh kerajaan Inggris. Sampai tahun 1922 Kerajaan Inggris memiliki 450 juta jiwa dan itu merupakan 1/4 penduduk dunia waktu itu. Wilayahnya seluas 33. 700. 000 km2. dan mempunyai kekuatan militer paling besar dalam sejarah.

4. KEKAISARAN OTOMAN (Turki 1299–1923)
Adalah kerajaan Islam yang berlangsung dari 1 November 1299 sampai 24 Juli 1924. Pada masa kejayaannya, kekaisaran ini meliputi 3 benua, mengatur sebagian besar Asia Barat, Timur dan Tenggara Eropa, daerah pegunungan Kaukasus dan Afrika Utara. Kekaisaran ini berlangsung paling lama yaitu selama 7 abad. Mereka juga toleran terhadap umat Kristen dan Yahudi.

Harap maklum ya, yg saya endus secara intuitif ini masih sangat-sangat kasar. Perlu studi kajian historis yang fulltime profesional untuk dapat mengusut dan merunut jalur-jalur power tirani jadul ini. Mengingat Rothschild dan Soros adalah orang GEORGIA yang mana adalah salah satu poros dalam sejarah Mongol via pintu Barat, maka kita bisa melihat pola bagaimana POWER PLAY di dunia modern ini dimainkan. Termasuk menaikkan atau menurunkan presiden sebuah negeri guna memuluskan jalannya menguasai dunia. Dan ingatan kalian pun telah diplokotho mereka sehingga suka memuja-muji menyembah para pembantai nenek moyangmu.

Kalian tidak akan mengerti hakikat dosa dan penebusan (redemption) bila tidak saya tarik ajak paham ke level blood and pus dan segala macam bentuk pemerkosaan jiwa anak manusia ini.
Berbicara ndakik2 teori theologis indah-indah yang dicorongkan di tempat-tempat ibadah untuk utopia kedamaian pada dasarnya adalah ritual penguburan terhadap kebenaran.

Yang dapat di simpulkan yaitu, itulah ini sejarah yang perlu dikupas, agar bangsa ini tidak buta atas berbagai even politik yg tjd od era ini. Sebuah kronologib sejarah yg selama ini TIDAK pernah diajarkan dlm SYSTEM pendidikan umum.
Itu berarti kesimpulannya, para wali yg awalnya menyebar ideologi islam itu aslinya mantan jenderal mongol pasca pecahnya kekuasaan Gengis khan yg bergerilya ke nusantara dg tujuan utk membangun kekuatan politis dg menggunakan doktrin ideologi islam sbg alat utk memprovokasi.
ideologi yg awalnya diciptakan oleh rom barat yg secara tidak langsung dirancang utk menyerang rom timur....dg kata lain sejauh peristiwa politik yg sampai detik ini terjadi, berarti merupakan perpanngan konflik antara rom barat dan timur...
Dan politik anti china itu memang sudah dirancang sejak waktu itu dg tujuan utk merebut kembali kekuasaan mongol di china, sekaligus utk memerangi pihak-pihak yg berafiliasi dg rom timur.

Rahayu!

Baca juga judul yang relevan :
SEJARAH SINGKAT POLITIK DUNIA

FAkTA SEJARAH NKRI

Wali-9 & Runtuhnya-Kerajaan-Hindu-Jawa
.
INDIA & ISLAM

Kamis, 16 November 2017

PENJELASAN SEDERHANA KOMUNISME

Hasanudin Abdurakhman
Menjelaskan Komunisme pada Anak
“Ayah, komunisme itu apa sih?” tanya Ghifari, anak saya yang sekolah di SMP kelas 1.
“Kamu sedang belajar soal itu di sekolah?”
“Nggak sih, pengen tahu aja. Kata temenku, komunis itu nggak bertuhan.”
“Wah, salah itu. Yang nggak bertuhan itu ateis, bukan komunis. Komunis itu aliran pemikiran ekonomi dan politik. Tidak ada hubungan dengan agama dan Tuhan. Hal penting yang harus kamu ingat, ada banyak orang ateis yang tidak komunis. Mereka kapitalis. Sebaliknya, banyak orang komunis yang tidak ateis. Yang muslim aja banyak kok.”
“Oya? Ada komunis yang muslim?”
“Iya. Dulu pemimpin Partai Komunis Indonesia banyak yang muslim kok. Aidit itu muslim. Setidaknya ia berasal dari keluarga muslim. Entah setelah dia jadi pemimpin PKI, dia masih muslim atau tidak. Di Arab juga ada partai komunis.”
Lalu saya ceritakan sejarahnya.
“Dulu manusia bekerja dengan alat-alat sedehana, menghasilkan barang dalam jumlah sedikit. Maka kalau ada perusahaan membuat barang, hasilnya sedikit saja. Karena itu perusahaan tidak ada yang besar. “
“Pada abad XVII James Watt, kamu pernah dengar?”
“Iya, yang bikin mesin uap itu ya?”
“Iya, dia menciptakan mesin uap, yang kemudian dipakai di pabrik-pabrik. Dengan bantuan mesin ini, pekerjaan menjadi lebih cepat. Ini memicu penciptaan berbagai jenis mesin lain. Kerja di pabrik jadi lebih cepat, dan dihasilkan lebih banyak barang. Maka perusahaan-perusahaan membesar dengan cepat. Ini yang disebut Revolusi Industri.”
“Karena Revolusi Industri, orang-orang jadi giat mengumpulkan uang untuk modal, dan mendirikan perusahaan. Maka tumbuhlah berbagai jenis perusahaan. Tidak hanya industri, tapi juga perusahaan perdagangan. Mekanisme kerjanya banyak memakai gagasan Adam Smith. Tumbuh kembangnya perusahaan, mengumpulkan modal untuk mendirikan perusahaan, ini yang disebut kapitalisme. Kapital itu artinya modal. Para pemilik modal disebut kapitalis.”
“Kapitalisme memicu pertumbuhan ekonomi yang cepat. Industri berkembang pesat. Pemilik modal mendirikan banyak perusahaan. Yang tidak punya modal bekerja pada mereka. Tahu nggak, sebagai apa?”
“Sebagai buruh. “
“Betul. Nah, para kapitalis ini banyak yang tamak. Mereka ingin dapat keuntungan besar, dengan cara memeras para buruh. Para buruh dibayar dengan sangat murah.”
“Waduh.”
“Ya, akibatnya, terjadilah kesenjangan. Kaum kapitalis menjadi sangat kaya, buruh yang diperas sangat miskin.”
“Nggak adil, dong.”
“Memang. Maka kemudian muncul seorang pemikir Jerman bernama Karl Mark. Ia mengritik sistem kapitalisme melalui buku berjudul Das Kapital. Artinya The Kapital. Ia mengritik kapitalisme.”
“Gagasan Karl Mark adalah menciptakan sistem yang adil bago kaum buruh, yang dia sebut proletar. Kaum proletar harus menguasai alat produksi, yaitu peralatan yang dipakai untuk bekerja. Mereka punya mesin, dan menghasilkan barang dengan mesin itu. Sederhananya, mereka ikut memiliki perusahaan. Ia ingin ada pemerataan, bukan kesenjangan. Bagus nggak menurut kamu?”
“Bagus, dong.”
“Iya, tujuannya bagus. Tapi pelaksanaannya berbeda. Marx mengusulkan agar perusahaan tidak dimilki oleh perorangan, tapi dikelola oleh negara. Tidak boleh ada swasta. Semua urusan diserahkan kepada negara. Hasilnya dibagikan ke rakyat.”
“Berdasarkan gagasan ini di Rusia terjadilah revolusi, yang kemudian menghasilkan negara komunis. Kelak negara ini berkembang menjadi Uni Sovyet, gabungan dari sejumlah negara di sekitar Rusia. Lalu banyak negara Eropa Timur yang menjadi komunis.”
“Di satu sisi banyak negara seperti Amerika, Inggris, Perancis, dan lain-lain berkembang sebagai negara kapitalis. Maka dunia terbelah dua, yaitu blok komunis dan kapitalis. Ada negara yang terbelah dua pula, seperti Jerman, jadi Jerman Barat dan Jerman Timur. Vietnam terbelah antara selatan dan utara. Demikian pula Yaman.”
“Negara-negara komunis sayangnya tidak berjalan dengan baik. Segala sesuatu yang diatur pemerintah ternyata tidak memicu pertumbuhan yang baik. Itu ditambah lagi dengan masalah korupsi. Pemerintah komunis umumnya diktator.”
“Diktator itu apa?”
“Mereka memerintah semaunya, suka-suka sendiri. Akibatnya, banyak korupsi. Alih-alih membuat pemerataan, malah menimbulkan kesenjangan. Kini kesenjangannya antara elit pemerintah dengan rakyat biasa.”
“Karena keadaan itu, akhirnya komunisme gagal. Uni Sovyet bubar di tahun 90-an. Diikuti dengan berubahnya negara-negara komunis Eropa Timur. Yang bertahan hanya beberapa, yaitu Cina, Korea Utara, Cuba, dan Vietnam.”
“Jadi, komunis itu sudah nggak ada?”
“Ada. Tapi sudah banyak berubah. Di Cina sekarang banyak perusahaan swasta yang besar. Ini bisa kita sebut modified communism, komunisme yang dimodifikasi.”
“Tidak cuma komunisme yang berubah. Kapitalisme juga. Pemerintah kapitalis juga mengubah sistem, agar lebih merata. Para kapitalis diatur agar tidak seenaknya. Mereka dipajaki tinggi, tanahnya dirampas negara, dipakai untuk kebutuhan bersama melalaui program land reform. Ini yang kemudian dikenal dengan welfare state, atau negara kesejahteran.”
“Jadi sekarang tidak ada lagi komunis murni, juga tidak ada kapitalis murni.”
“Di Indonesia gimana?”
“Dulu ada Partai Komunis Indonesia atau PKI, didirikan di zaman Belanda, berjuang untuk kemerdekaan.”
“Oh, PKI itu juga berjuang?”
“Iya. Mereka pernah memberontak pada Belanda tahun 1927.”
“Lalu kenapa jadi jelek?”
“Itu sisi persaingan politik. Tahun 1948 ada konflik, yang sebenarnya di dalam tubuh militer. Terjadilah peristiwa saling bunuh. Yang PKI dan bukan PKI berkonflik. Tahun 1965 juga begitu. Itu disebut pemberontakan, tapi ada juga yang menyebutnya sebagai konflik internal di kalangan militer. Karena peristiwa itu PKI kemudian dilarang, dan dianggap jelek.”
“Beberapa hal penting yang harus kamu ingat, komunis itu bukan ateis. Ia mazhab pemikiran ekonomi politik.”
“Tapi kenapa disebut ateis?”
“Itu karena ada pernyataan Marx yang menyebut agama itu candu. Maksudnya adalah agama, yang terlalu fokus pada akhirat, sering membuat orang lalai, dalam hal ini kaum proletar, dalam memperjuangkan nasibnya. Itu bukan ajaran untuk memusuhi agama. Sebuah peringatan saja.”

Sumber : https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=10214213179224215&id=1256756257&refid=28&_ft_=qid.6488993710575923912%3Amf_story_key.5103853125067621775%3Atop_level_post_id.1770899963210644&__tn__=%2AsH-R

Selasa, 31 Oktober 2017

Penemuan Pemakaman Filistin Memecahkan Misteri Alkitabiah

Penemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan akhirnya bisa mengungkapkan asal-usul salah satu penjahat Alkitab Ibrani terbesar.
Sebuah penemuan yang tak tertandingi di pantai selatan Israel memungkinkan para arkeolog untuk akhirnya mengungkap asal-usul salah satu orang yang paling terkenal dan misterius dalam Alkitab Ibrani: orang
Filistin .
Penemuan sebuah pemakaman besar di luar tembok Ashkelon kuno, sebuah kota besar orang Filistin antara abad ke-12 dan ke-7 SM, adalah yang pertama dari jenisnya dalam sejarah penyelidikan arkeologi di wilayah tersebut. ( Baca lebih lanjut tentang Ashkelon kuno .)
Sementara lebih dari satu abad beasiswa telah mengidentifikasi lima kota besar orang Filistin dan artefak yang berbeda dengan budaya mereka, hanya sedikit penguburan yang telah diidentifikasi sementara.
Sederhananya, arkeolog telah menemukan banyak pot, tapi sangat sedikit orang.
Sebuah pemakaman orang dewasa di pemakaman Ashkelon memiliki sebuah juglet kecil, yang kemungkinan besar pernah memegang parfum. Juglet ditempatkan di dekat hidung almarhum pada saat interment.
FOTO OLEH TSAFRIR ABAYOV UNTUK EKSPEDISI LEON LEVY KE ASHKELON
Kini, ditemukannya sebuah pemakaman yang berisi lebih dari 211 individu dan berasal dari abad 11 sampai 8 SM, akan memberi para arkeolog kesempatan untuk menjawab pertanyaan kritis mengenai asal usul orang Filistin dan bagaimana mereka akhirnya berasimilasi ke dalam budaya lokal.
Sampai penemuan ini, tidak adanya pemakaman semacam itu di pusat-pusat Filistin telah membuat para peneliti memahami praktik pemakaman mereka-dan sebaliknya, asal-usul mereka- "seakurat mitologi tentang George Washington yang menebang pohon ceri," kata Lawrence Stager , seorang profesor arkeologi emeritus di Universitas Harvard, yang memimpin Leon Levy Expedition to Ashkelon sejak 1985.
"Pencarian [untuk sebuah pemakaman] menjadi sangat nekat sehingga para arkeolog yang mempelajari orang-orang Filistin mulai bercanda bahwa mereka dikuburkan di laut seperti Viking - itulah mengapa Anda tidak dapat menemukannya," jelas Assaf Yasur-Landau , seorang arkeolog di Haifa Universitas dan co-direktur proyek Tel Kabri .
PENJAHAT ALKITAB DAN PELAHAP BABI
Orang Filistin termasuk penjahat paling terkenal dari Alkitab Ibrani. Kelompok "yang tidak disunat " ini mengendalikan wilayah pesisir Israel selatan modern dan Jalur Gaza dan berperang dengan tetangga Israel mereka - bahkan merebut Tabut Perjanjian untuk sementara waktu. Di antara barisan mereka adalah Delilah yang licik, yang merampas kekuatan Simson dengan memotong rambutnya, dan raksasa Goliat, yang membuat tentara Raja Saul bergetar di tenda mereka sampai seorang pemuda bernama David menurunkannya dengan sebuah katapel. (Pelajari bagaimana makam Kristus berisiko mengalami bencana. )
Dalam catatan arkeologi, orang-orang Filistin pertama kali muncul pada awal abad ke-12 SM Kedatangan mereka ditandai oleh artefak yang menjadi milik Stager yang menyebut "budaya yang sangat berbeda" dari populasi lokal lainnya pada saat itu. Ini termasuk tembikar dengan kesejajaran dekat dengan dunia Yunani kuno, penggunaan Laut Aegea - bukan naskah Semit, dan konsumsi daging babi (dan juga anjing sesekali). Beberapa bagian dalam Alkitab Ibrani menggambarkan orang-orang yang datang dari "Tanah Kaftor," atau Kreta modern.
SAMBUNGAN KE MARAUDER MARITIM?
Banyak periset juga mengikat kehadiran orang Filistin dengan eksploitasi
Masyarakat Laut , sebuah konfederasi misterius suku-suku yang tampaknya telah menimbulkan malapetaka di Mediterania timur pada akhir Zaman Perunggu Akhir, pada abad ke-13 dan 12 SM Suatu kelegaan di kuil mayat firaun Ramses III menggambarkan pertempurannya melawan Masyarakat Laut sekitar tahun 1180 SM dan mencatat beberapa nama suku tersebut, di antaranya Peleset, yang dilengkapi dengan tutup kepala dan kilt khas.
ORANG DELILAH Arkeolog menemukan artefak orang Filistin.
Sekitar waktu ini, Peleset mungkin telah menetap di atau sekitar Ashkelon, yang telah menjadi pelabuhan utama Kanaan di Laut Mediterania selama berabad-abad.
Mereka juga mendirikan pemerintahan di empat kota besar lainnya - Asdod, Ekron, Gat, dan Gaza - dan wilayah ini dikenal di Alkitab Ibrani sebagai tanah Palestina, asal mula istilah modern "Palestina."
Tanah air orang-orang laut juga sulit dipahami, dan periset yang mengaitkan Peleset yang plundering dengan orang-orang Filistin menganggap bahwa temuan pemakaman tersebut dapat membantu memberikan jawaban atas misteri arkeologi tersebut. ( Baca bagaimana arkeolog menemukan 23 bangkai kapal dalam 22 hari. )
"Saya pernah ditanya, jika seseorang memberi saya satu juta dolar, apa yang akan saya lakukan," kata Eric Cline , seorang arkeolog di George Washington University, penerima beasiswa National Geographic Society , dan penulis buku terbaru tentang Sea Peoples dan akhir dari Zaman Perunggu. "Kataku, aku akan keluar dan mencari situs Sea Peoples yang menjelaskan dari mana asalnya, atau ke mana mereka berakhir."
Sekelompok Orang Laut, kemungkinan besar orang Filistin, digambarkan dalam detail ini dari sebuah relief di kuil mayat Ramses III di Luxor, Mesir. Fir'aun berjuang melawan koalisi misterius suku-suku sekitar tahun 1180 SM
FOTO OLEH GLASSHOUSE IMAGES, ALAMY
"Kedengarannya seperti [tim Ashkelon] mungkin baru saja menabrak jackpot," tambahnya.
Pakar lain percaya asal usul orang Filistin lebih rumit. Aren Maeir , seorang arkeolog di Universitas Bar-Ilan yang telah mengarahkan penggalian di kota besar Filistin Gath selama dua dekade, menganggap mereka lebih sebagai budaya "terjerat", dengan berbagai kelompok orang dari berbagai wilayah di Mediterania - termasuk bajak laut - seperti kelompok - menetap selama periode waktu tertentu dengan penduduk Kanaan setempat.
"Menemukan pemakaman Filistin itu fantastis karena ada begitu banyak pertanyaan mengenai asal usul genetik dan interkoneksi mereka dengan budaya lain," kata Assaf Yasur-Landau .
PENEMUAN YANG SANGAT TAK TERDUGA
Mayoritas bukti arkeologi dan tekstual telah menunjuk ke sebuah tanah air orang Filistin di suatu tempat di Laut Aegea, namun sampai ditemukannya pemakaman di Ashkelon tidak ada sisa-sisa manusia dari situs-situs Filistin yang tak terbantahkan bagi para periset untuk dipelajari. ( Baca "Gulungan Laut Mati Baru Menemukan May Help Detect Forgeries" )
Sementara Leon Levy Expedition telah menggali Ashkelon sejak tahun 1985, baru beberapa tahun yang lalu seorang pegawai pensiunan Otoritas Kepurbakalaan Israel mengatakan kepada tim ekspedisi yang dia ingat mengungkap pemakaman Filistin di luar tembok utara kota selama sebuah survei konstruksi di awal tahun 1980an.
Asisten direktur penggalian Adam Aja mendokumentasikan pemakaman di pemakaman Filistin pertama yang pernah ditemukan, di lokasi Ashkelon di Israel selatan.
FOTO OLEH TSAFRIR ABAYOV UNTUK EKSPEDISI LEON LEVY KE ASHKELON
Pada musim penggalian 2013, para arkeolog memutuskan untuk menggali beberapa lubang uji di area sekitar dinding dan terus berjalan tanpa apa-apa. Pada akhir hari terakhir penggalian, dengan 30 menit tersisa sampai operator backhoe mengumumkan bahwa dia akan pergi, Adam Aja, asisten kurator di Museum Semit Harvard dan asisten direktur penggalian, mendapati dirinya menatap sebuah lubang kosong berukuran kira-kira 10 kaki (kaki) tiga meter) dalam. Dengan frustrasi, dia berkeras agar penggalian berlanjut sampai mereka mencapai batuan dasar.
Sebagai gantinya, mereka memukul apa yang tampak seperti pecahan tulang. Aja diturunkan ke dalam lubang di ember backhoe untuk diselidiki, dan mengambil gigi manusia. "Ketika saya melihat gigi itu, saya tahu itulah saat dimana semua akan berubah untuk kita di sini," kenangnya.
Penyelidikan pemakaman berlanjut sampai musim penggalian terakhir proyek, yang berakhir pada 8 Juli tahun ini dengan pemulihan jumlah korban lebih dari 211 orang.
METODE PENGUBURAN YANG SANGAT BERBEDA
Penggalian tersebut mengungkapkan praktik penguburan yang sangat berbeda dengan yang terjadi pada orang Kanaan sebelumnya atau orang-orang Yudea di sekitarnya. Alih-alih meletakkan tubuh di dalam sebuah ruangan, kemudian mengumpulkan tulang-tulang itu setahun kemudian dan memindahkannya ke tempat lain (sebuah pemakaman "sekunder"), orang-orang yang dikubur di pemakaman Ashkelon dikuburkan secara terpisah di lubang atau secara kolektif di makam dan tidak pernah dipindahkan lagi. Beberapa penguburan kremasi juga diidentifikasi.
Tidak seperti orang Mesir, orang Filistin menyimpan sedikit barang kuburan dengan masing-masing individu. Ada yang dihiasi beberapa perhiasan, sementara yang lain dikubur dengan seperangkat keramik kecil atau sebuah gelas kecil yang mungkin sudah mengandung parfum.
Penguburan anak digali di Ashkelon. Beberapa anak dan bayi yang dikubur di pemakaman dikebumikan dengan penutup atau "selimut" tembikar pecah.
FOTO OLEH MELISSA AJA UNTUK EKSPEDISI LEON LEVY KE ASHKELON
Sisa-sisa dari sedikit anak yang ditemukan di pemakaman itu sengaja dikuburkan di bawah selimut "potongan tembikar yang rusak. Arkeolog mengatakan bahwa terlalu dini untuk menentukan apakah praktik penguburan ini memiliki hubungan nyata dengan budaya di Laut Aegea. ( Baca tentang petunjuk baru tentang misteri Tambang Raja Sulaiman )
Tim peneliti internasional saat ini sedang melakukan penelitian DNA, analisis isotop , dan studi jarak biologis untuk menentukan asal populasi pemakaman Ashkelon, serta hubungannya dengan kelompok lain di wilayah tersebut. Karena sebagian besar penguburan tanggal setidaknya dua abad setelah kedatangan awal orang Filistin - yang mungkin telah melibatkan generasi pertukaran budaya dan perkawinan silang - wawasan langsung ke asal asal mereka mungkin rumit.
"Dari sudut pandang kami, [penggalian] hanyalah bab pertama dari cerita ini," kata
Daniel Master , seorang profesor arkeologi di Wheaton College dan co-director Leon Levy Expedition. "Saya pernah berada di Ashkelon selama 25 tahun, dan saya kira itu baru permulaan."
DENGAN AKHIR DARI PENGGALIAN 30 TAHUN, BEBERAPA DEKADE PENELITIAN KE DEPAN
Sementara beberapa kota Filistin lainnya hancur pada akhir abad kesembilan sampai delapan SM, Ashkelon berkembang sampai kehancurannya di tangan Babel Nebukadnezar pada tahun 604 SM. Kota ini pada akhirnya dihuni oleh orang-orang Fenisia, diikuti oleh orang-orang Yunani, Romawi, Bizantium, dan Tentara Salib, dan akhirnya disingkirkan oleh Mamluk, penguasa Islam Mesir, pada 1270 M
Para arkeolog tersebut menutup tiga dekade penggalian tahun ini dengan sebuah retrospektif Ashkelon di Museum Israel yang dibuka pada 11 Juli. "Tidak mungkin ada cara yang lebih baik untuk mengakhiri penggalian ini," kata Stager, mengacu pada penemuan makam yang kebetulan. "Luar biasa."
Pemeriksaan masa depan jenazah dari pemakaman Ashkelon akan mencakup analisis isotop gigi, yang dapat mengungkapkan wilayah geografis tempat tinggal seseorang.
FOTO OLEH TSAFRIR ABAYOV UNTUK EKSPEDISI LEON LEVY KE ASHKELON
Tapi masih ada tahun-jika tidak beberapa dekade-penelitian berlanjut pada artefak dari pemakaman Filistin yang baru ditemukan dan benar-benar tak terduga di Ashkelon.
"Begitu banyak dari apa yang kita ketahui tentang orang-orang Filistin yang diceritakan oleh musuh-musuh mereka, oleh orang-orang yang memerangi mereka atau membunuh mereka," kata Guru.
"Sekarang, untuk pertama kalinya di situs seperti Ashkelon, kami benar-benar bisa menceritakan kisah mereka dengan hal-hal yang mereka tinggalkan untuk kami."

Sumber :
https://news.nationalgeographic.com/2016/07/bible-philistine-israelite-israel-ashkelon-discovery-burial-archaeology-sea-peoples/
----------------------

Siapakah orang Filistin?

Oleh Owen Jarus, Live Science Contributor | 16 Juli 2016 10:43 am ET

David vs Goliath, oleh Gebhard Fugel (1863-1939). Ini adalah cerita yang terkenal, tapi apakah David atau Goliat pernah ada - atau jika orang Israel dan orang Filistin pernah berperang - adalah hal yang diperdebatkan oleh para ilmuwan.
Kredit: domain publik
Orang-orang Filistin adalah sekelompok orang yang tiba di daerah Levant (daerah yang mencakup Israel modern, Gaza, Lebanon dan Syria) pada abad -12 SM. Mereka datang pada saat kota dan peradaban di Timur Tengah dan Yunani berada runtuh
Sebagian besar dari apa yang kita ketahui tentang orang Filistin berasal dari teks-teks Mesir dan Asyur serta cerita-cerita yang diceritakan dalam Alkitab Ibrani. Kitab Yosua mengklaim bahwa kota Ashkelon, Gaza, Asdod, Gat dan Ekron dikendalikan oleh orang Filistin sekitar 3.000 tahun yang lalu.
Orang-orang Filistin sendiri tidak meninggalkan teks dan, seperti itulah, banyak dari apa yang kita ketahui tentang mereka berasal dari orang-orang yang mereka temui. Teks-teks ini sering menggambarkan mereka secara negatif dan hari ini nama "orang Filistin" kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang berperang atau tidak menghargai seni atau budaya.
Selain teks-teks kuno, arkeolog modern telah mencoba untuk mengidentifikasi penguburan orang Filistin dan artefak yang digunakan orang Filistin dengan menggali kota-kota yang menurut teks-teks tersebut dikuasai oleh orang Filistin. Namun apa yang dimaksud dengan artefak "Filistin" atau "pemakaman" Filistin diperdebatkan oleh para ilmuwan .
Cerita orang lain
Salah satu yang paling awal menyebutkan orang-orang Filistin dicatat oleh firaun Mesir Ramses III (masa pemerintahan sekitar tahun 1184-1153 SM) yang melibatkan mereka dalam pertempuran. Dalam sebuah papirus Ramses III membanggakan bahwa "orang-orang Filistin dijadikan abu" oleh pasukan Mesir, sebuah klaim yang oleh para ilmuwan modern diragukan.
Cerita dalam Alkitab Ibrani mengatakan bahwa orang Filistin bentrok dengan orang-orang Israel kuno berkali-kali. Salah satu pertempuran yang diduga terjadi antara pasukan orang Filistin yang dipimpin oleh orang raksasa bernama Goliat dan seorang tentara Israel yang memasukkan seorang pria bernama David yang akan kemudian menjadi
raja Israel . Dalam cerita tersebut David membunuh Goliat dengan sebuah katapel dan tentara Israel terus-menerus mengusir pasukan orang Filistin.
Apakah David atau Goliat pernah ada - atau jika serangkaian peperangan antara orang Filistin dan Israel terjadi - adalah hal yang diperdebatkan oleh para ilmuwan.
Orang-orang Filistin muncul kembali dalam teks Asiria yang berasal dari abad 8 dan 7 abad SM ketika Kekaisaran Asyur menguasai sebagian besar Timur Tengah.
Satu teks mencatat sebuah perjanjian antara penguasa Asyur Esarhaddon (sekitar tahun 681 - 669 SM) dan penguasa sebuah kota bernama Tire .
Dalam perjanjian tersebut, kendali Esarhaddon "atas tanah orang Filistin" diakui dan penguasa Tirus setuju bahwa muatan kapal-kapal yang rusak dari daerah ini adalah milik Esarhaddon. Teks-teks Assyria tidak menyebutkan dengan pasti apa "tanah orang Filistin" yang tercakup pada abad -7 SM;
Namun, teks sebelumnya, yang berpacaran dengan pemerintahan Tiglath Pileser III (pemerintahan 745-727 SM) mengatakan bahwa raja Asyur mengalami kesulitan untuk menemukan penguasa pengikut yang dapat diandalkan yang dapat mengendalikan Ashkelon (tempat yang menurut Alkitab Ibrani adalah kota orang Filistin) .
Satu teks, yang ditulis atas nama Tiglath Pileser III, mengatakan bahwa "Raja Ashkelon" bernama Sidqia "tidak tunduk pada kuk saya" dan sebagai akibatnya, Sidqia dan keluarganya dideportasi ke Asyur.
Orang-orang Filistin menghilang dari sejarah tertulis pada abad ke-6 SM ketika raja Babilonia Nebukadnezar II (memerintah sekitar tahun 605 SM - tahun 562 SM) menaklukkan daerah tersebut dan menghancurkan beberapa kota, termasuk Ashkelon.
Masalah dengan teks
Catatan tekstual orang Filistin meninggalkan ulama modern dengan sejumlah masalah. Teks-teks itu sedikit jumlahnya dan ditulis oleh orang-orang non-Filistin, yang sering memiliki pandangan negatif tentang mereka, kata Raz Kletter, seorang profesor di Universitas Helsinki yang menggali di kota kuno "Yavne" - sebuah tempat yang ditunjukkan oleh teks-teks diperintah oleh orang Filistin.
Kletter mengatakan bahwa kita tidak dapat memastikan apakah orang Filistin sendiri menganggap diri mereka "orang Filistin" atau apakah mereka mendasarkan identitas mereka lebih pada kota tempat mereka tinggal atau agama yang mereka praktikkan.
Keandalan teks yang merujuk pada mereka adalah masalah lain yang dihadapi oleh para ilmuwan.
Banyak teks kuno yang masih ada berasal dari Alkitab Ibrani. Kisah-kisah yang diceritakan dalam Alkitab Ibrani mengklaim bahwa orang Filistin sering berkonflik dengan Raja Daud, seorang penguasa yang konon menguasai sebuah kerajaan Israel yang kuat sekitar 3.000 tahun yang lalu.
Namun, penelitian oleh sejumlah arkeolog, termasuk Israel Finkelstein, seorang profesor di Universitas Tel Aviv, telah menemukan bahwa ada sedikit bukti arkeologi bahwa sebuah kerajaan Israel yang kuat dipimpin oleh seorang raja bernama David.
Yerusalem, yang seharusnya menjadi ibu kota Daud, tampaknya jarang penduduknya sekitar 3.000 tahun yang lalu, kata Finkelstein.
"Lebih dari satu abad eksplorasi arkeologi di Yerusalem - ibukota Monarki Inggris yang glamor - gagal untuk mengungkapkan bukti adanya aktivitas bangunan abad ke 10 yang signifikan," tulis Finkelstein dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada tahun 2010 di buku "One God? Satu kultus?
Satu Bangsa: Perspektif Arkeologi dan Biblika "(De Gruyter, 2010).
Finkelstein mengatakan bahwa jika sebuah kerajaan Israel bersatu ada 3.000 tahun yang lalu, kemungkinan besar itu adalah sebuah entitas kecil, yang terletak di dataran tinggi - jauh dari pantai Mediterania.
Mencari orang Filistin
Selama abad yang lalu, para arkeolog telah menggali kota-kota yang oleh teks-teks kuno mengatakan bahwa orang-orang Filistin menguasai.
Selama abad -12 SM, pada saat sejumlah kota di Yunani dan Timur Tengah ambruk, sejumlah besar tembikar dan artefak dengan gaya yang serupa dengan apa yang orang gunakan di wilayah Laut Aegea mulai muncul di area yang oleh teks tersebut dikuasai oleh orang Filistin, kata Amihai Mazar, seorang arkeolog dan profesor di Universitas Ibrani di Yerusalem. Akibatnya, banyak arkeolog berpikir bahwa orang-orang Filistin datang ke Levant pada abad -12 SM, mungkin sebagai pengungsi yang mencari rumah baru. Abad -12 SM juga merupakan saat Ramses III melibatkan orang-orang Filistin dalam pertempuran, yang seharusnya mengalahkan mereka.
Namun Mazar mengatakan bahwa seiring berjalannya waktu, gaya Aegean menghilang, orang-orang yang menggunakannya secara bertahap mengadopsi desain dan kebiasaan tembikar setempat.
Saat ini pertanyaan tentang apa sebenarnya yang merupakan artefak "Filistin" atau pemakaman "Filistin" adalah sesuatu yang banyak diperdebatkan oleh para ilmuwan. Baru-baru ini, sebuah tim yang menggali kota Ashkelon menemukan sebuah pemakaman yang berusia sekitar 3.000 tahun yang lalu, yang mereka klaim adalah pemakaman "pemakaman" pertama yang pernah ditemukan.
Namun klaim ini diperdebatkan. Tim Kletter menemukan sebuah pemakaman di Yavne yang menurutnya berisi pemakaman Filistin. Selain itu, sebuah tim yang dipimpin oleh arkeolog Moshe Dothan yang terlambat menemukan sebuah kuburan di lokasi Azor pada tahun 1950an, yang juga mereka klaim adalah orang Filistin. Mazar juga mencatat bahwa seabad yang lalu Sir Flinders Petrie menemukan penguburan di Israel selatan yang dia klaim adalah orang Filistin.

Sumber :
https://www.livescience.com/55429-philistines.html

Senin, 16 Oktober 2017

MENTALITAS MENJADI KORBAN

Danz Suchamda,
Seperti kita ketahui bahwa sikap rendah-hati itu adalah sikap yang terpuji. Tapi manakala keliru menjadi rendah-diri maka itu menjadi sesuatu yang buruk. Bedakan antara rendah-hati (tidak sombong) dan rendah-diri (minder).
Perasaan rendah-diri ini tidak baik karena berasal dari batin yang berpusat pada ego. Ego yang selalu membanding2kan mengukur2 dirinya dengan orang / pihak lain. Dasarnya adalah rasa iri yang tersembunyi dan ter-represi. Apalagi apabila punya sikap mental "merasa selalu menjadi korban". Maka itu adalah egoisme yang sangat tinggi. Kegagalan menerima keadaan seperti apa adanya. Ia hanya mau mengasihani dirinya sendiri tanpa melihat adanya kepentingan orang-orang lain di sekitarnya.
Apalagi bila sikap "merasa jadi korban" ini lalu dibuat pembenaran-pembenarannya. Maka akibatnya adalah delusi. Dari delusi itu muncul kebencian kepada pihak lain yang dianggap menyebabkannya menderita. Maka alih-alih introspeksi diri untuk memperbaiki keadaan justru bisanya hanya menyalahkan pihak lain.
Karena dimatanya pihak lainlah yang selalu salah menjadikan dirinya 'korban', maka akibatnya muncullah kemarahan dan niat balas dendam.
Dengan kata lain, marah karena percaya kebohongannya sendiri. Lalu mengganggu orang lain. Akhirnya orang lain membalas. Lalu dia membenarkan kecurigaan bahwa orang lain itu membencinya. Lalu akhirnya berpusar-pusar saja pada niat2, pemikiran, sikap atau perbuatan yang negatif. Suatu lingkaran setan yang berpusar merosot ke jurang tanpa batas. Ini yang menyebabkan batinnya penuh kegelapan dan semakin merasa kekurangan. Ini yg disebut jurang tanpa dasar atau abyss atau Abaddon.
Sayangnya, sikap batin "merasa jadi korban" ini selalu dikembang-suburkan di lingkungan strata sosial tertentu yang memang terpuruk. Sadarlah, bahwa dengan sikap mental demikian anda tidak akan menjadi lebih baik tapi malah justru semakin terpuruk. Cobalah keluar dari lingkungan sosial yang beracun itu dan mencari lingkungan sosial yang membawa aura positif dan konstruktif. Jangan takut menerima kritik, karena hanya dengan mengoreksi dirilah kita bisa keluar dari pusaran jurang tanpa dasar tersebut. Anda tidak sendiri di dunia ini. Ribuan bahkan jutaan orang lain dengan problem yg sama bahkan lebih berat, tapi mereka menanggapi kehidupan ini dengan ceria dan penuh harapan, berjuang-keras tapi tetap rendah-hati karena bisa menerima apa adanya.

Bagaimana dengan rendah-hati?
Jawab :
Justru sebaliknya. Rendah hati muncul dari KEPENUHAN atau keberlebihan yang meluber. Karena bisa mengecilkan ego dengan meninggikan prestasi, maka apa pun yang diterima merasa memenuhi lalu meluber keluar. Pada waktu dikecilkan oleh pihak lain , ia tidak lagi merasa kecil karena memang sudah kecil, dan tidak ada masalah untuk menempatkan diri sebagai kecil karena memang sudah terpenuhi. Jadi, dasar dari perasaan rendah-hati ini justru berasal dari perasaan kaya (abundance mentality). Tidak mungkin seorang yg mempunyai mental kekurangan (poor-mentality) bersuka cita dalam memberi tempat pada orang lain. Justru sebaliknya ia akan terus berusaha meminta dan meminta atau setidaknya minta imbal-balik (transaksional). Termasuk meminta respek dan penghargaan terhadap harga dirinya, statusnya atau identitasnya.
Tapi karena pengaruh budaya mental yang buruk (yg saya sebut diatas sebagai lingkungan kejiwaan yang beracun - poisonous psychological environment) maka sering terjadi dalam masyarakat kita yaitu penilaian terhadap orang yang merasa berlebih terutama BILA berlainan pihak (bukan satu kelompok) maka dipersepsikan sebagai kesombongan! Karena memang kesannya "Besar" sedang yang menerima merasa "dikecilkan" karena memang egonya dalam kondisi selalu menjadi victim. Pada akibatnya malah mencurigai macam-macam bukannya bersyukur berterimakasih. Nah terbalik kan???
Tapi sewaktu ditegur atas sikapnya yang tidak berterimakasih atau mensyukuri ybs malah kemudian merendahkan diri untuk minta dikasihani (misal : 'kami hanya orang kecil', 'kami orang2 tertindas', dst). Victimized complex! Ini namanya rendah-diri bukan rendah-hati. Akibatnya menggulung seperti saya jelaskan dalam status diatas tadi.
Maka dari keterbolak-balikan ini penanggapan secara negatif bisa menulari pihak yang tadinya positif itu turut menjadi negatif (misal : yg surplus berhenti memberi kepada yang minus). Bila ini terjadi maka bisa menjadi siklus yang akibatnya berpusar menggulung masyarakatnya itu menuju Anomie, yaitu masyarakat gagal! masyarakat yang miskin kebajikan spontanitas yang segar!

MENUJU SURGA ITU SEDERHANA

Dari keseluruhan ajaran agama dan berbagai macam tradisi dan aliran spiritual yang kemudian melalui laku praktek mendapatkan kekayaan insight, maka saya ingin menyederhanakan hal-hal yang tertimbun (bahkan kadang tersembunyi) di balik kerumitan ajaran falsafah / theologisnya. Satu hal untuk kali ini : mencapai surga itu sederhana.
Sederhana itu artinya tidak rumit, tidak berbelit-belit, tidak perlu teknik atau ritual ibadah aneh-aneh. Tapi sederhana juga bukan berarti mudah. Mudah ya mudah tapi sulit ya sulit. Mudah buat manusia, sulit buat yang belum jadi sepenuhnya manusia.
Bagi manusia, maka melakukan kebajikan kepada pihak lain, ..... tidak harus sesama manusia tetapi juga bisa hewan, tanaman atau alam lingkungan hidup (benda-benda mati) ..... adalah pasti menjadi hitungan untuk menghantar ke surga. Mengapa saya katakan demikan?
Karena sudah jelas dan nyata, bahwa setiap melakukan pengorbanan diri baik secara material maupun non-material kepada liyan, selalu menghasilkan perasaan kebahagiaan yang damai dan sukacita yg sangat2 halus, bersih, jernih dan indah. (Mohon bedakan antara : sukacita / bliss dan kesenangan / carnal desire. Sukacita ini bersifat batiniah, dimana justru tercapai bila diri berkorban untuk kesejahteraan liyan).
Tinggal seberapa banyaklah hal itu kita lakukan sehingga menjadi kebiasaan batin (mind habit) atau menjadi sifat karakter alami kita (becoming our spontaneous nature).
Sebaliknya, bila kita belum sepenuhnya menjadi manusia, maka sungguh sulit untuk melakukan kebajikan non-ego. Sekalipun disuruh-suruh atau diancam pun enggan. Kepada mereka yg ditaraf ini maka hanya bisa dilakukan pembinaan melalui cambuk dan hadiah, ancaman dan iming-iming. Kesadaran manusiawinya belum bersemi. Inilah akar alasan yg menyebabkan segala macam variasi dan kerumitan ajaran agama yg pada dasarnya adalah bagaimana 'memotivasi' atau kasarnya 'membujuk' para 'binatang' itu agar terangkat statusnya menjadi sepenuhnya manusia. Kerumitannya tergantung dari seberapa rumit batin 'binatang' yg hendak dikelola itu.
Semakin rendah maka aturannya semakin pada hal-hal yang kasar (carnal) dan sangat spesifik sehingga perlu mengatur dengan penuh lika-liku belat-belit seiring dengan kelicinan akal muslihatnya. Sebaliknya, makin tinggi tahap realisasi seseorang maka batinnya menjadi semakin luas, mendalam dan halus. Dirumuskan dalam kalimat-kalimat justru tampak seperti biasa-biasa saja tidak ada apa-apanya. Cukup prinsip dasar, yg walau tampak sederhana tapi bisa digali dengan sangat mendalam. Mendalam tapi sangat expansive selaras dengan pencapaian keluasan kesadaran (expansive awareness / sadar jagad-raya/ cosmic consciousness) yang berhasil dicapainya. Jadi pada dasarnya, taraf tertinggi batin mahluk yang telah menjadi sepenuhnya manusia adalah : nothing to do. Tidak ada satu hal pun yang harus / perlu diperbuat. Berbuat tanpa berbuat. Just Be.
Hidup di bumi ini adalah bagai membuat sebuah citra (image) yang cetakannya adalah kehidupan ini. Semasa hidup ini bila kita mengukir cetakannya bagus, maka ketika badannya mati dan cetakan itu dilepas, maka yg tertinggal adalah produk jiwa yang indah. Apa yang tercetak secara batiniah adalah tergantung mal-cetakan (molding) nya selama kita menggarapnya semasa berbadan kasar.
Bila cetakannya kasar, penuh keserakahan dan ratapan, maka sudah pasti alam berikutnya yg menanti adalah alam kasar, penuh keserakahan dan ratapan yang beribu kali lipat. Bila cetakannya halus, penuh keindahan dan kesukacitaan, maka kehidupan setelah kematiannya juga akan halus, penuh keindahan dan kesukacitaan yang beribu kali lipat. Inilah yang disebut Surga.
Maka apa yang engkau tanam dan pupuk dalam kehidupan di dunia ini sungguh sangat menentukan hasil akhirnya nanti.
Demikianlah sekilas. Mudah-mudahan bermanfaat.

Rahayu.
DS

Minggu, 15 Oktober 2017

PASOPATI SENJATA ARJUNA

Kita di Nusantara ini mengenal dari kisah perwayangan bahwa Pasopati adalah senjata pamungkasnya Arjuna untuk mengalahkan bala Kurawa (golongan Raksasa Brekasakan). Apakah sebetulnya makna rahasia dari senjata yg dinamakan Pasopati itu? Marilah kita simak.
Paso dari kata Pashu (sanskrit) yang artinya adalah ternak atau secara simbolik merujuk pada Ātman (soul, self, breath --> ingat Nefesh!). Pati adalah artinya gembala ternak atau dengan kata lain Tuhan (Brahman). Dengan kata lain Pasopati artinya adalah "Tuhan langsung menggembalakan umat manusia". Hubungan langsung antara manusia dan Tuhan inilah yang disebut juga dengan Yashar (hubungan langsung) dengan Tuhan (El) yang kita kenal dengan nama "Israel". Nah!
Dalam pengertian Shivaisme, maka ada 3 hal yang menggambarkan Realitas / Kasunyatan itu : Pashu, Pati dan Pasam. Pasam ini artinya adalah kuk (tali pengikat) ternak. Jadi, sang gembala menempatkan kuk pada kawanan ternaknya. Triangularitas antara ketiga crux itu membentuk Realitas kita saat ini dimanapun kapanpun. Suatu penggembalaan jiwa.
Mengapa digunakan metafori ternak dan gembalanya?
Ingat, manusia zaman 3000 tahun sebelum Masehi itu cara penghidupannya bagaimana? Tiada lain tiada bukan, hal-hal yang paling dapat dimengerti dan relevan dengan sikon nya adalah hal-hal yang berhubungan dengan ternak. Nah oleh karena itu digunakanlah metafora2 yg berasal dari alam penggembalaan, pertanian dan hubungan kekerabatan. Tapi zaman selalu mengalami perubahan. Dan setelah 6000 tahun kemajuan, maka manusia modern sudah seharusnyalah mengambil esensi (hakikat) maknanya dari segala cara tutur kuno itu. Tapi bagaimana caranya? Tiada jalan lain, haruslah kita gali sejarah dan meneliti secara anthropological cara manusia mengada dan bersosial pada masanya.
Anda perhatikan, bahwa cult sapi ini sudah ada semenjak zaman purba. Sementara dalam tradisi tertulis (literate culture), maka dikisahkan bahwa asal muasal peradaban dan penyebaran manusia di dunia adalah berasal dari daerah lembah subur Mesopotamia antara sungai Tigris dan Effrat, yg kala itu dikenal dengan Peradaban Sumeria. Disitulah pertama kali dikenal mitologis tentang cult terhadap Banteng (entah disebut kerbau atau sapi, yg jelas jenis sebenarnya adalah Auroch -- yg sudah punah). Dalam epic Gilgamesh maka dapat kita baca peperangan antara Gilgamesh dan Enkidu (Kerbau Langit). Itulah mengapa di tradisi Semit (yahudi) yg juga secara genetik berasal dari gen Sumer, mengenal kisah penyembahan Sapi Emas (Golden Calf). Di India Nandi (Lembu putih tunggangan Shiva), dan di budaya Mesir kuno disebut Apis yg merupakan manifestasi dari Ptah dan kemudian Osiris. Cult sapi yang disebut Taur itu dikenal di seluruh bagian muka bumi ini. Maka jangan heran bila anda kenal minuman "Krating Daeng" (atau Red Bull) yang berlambangkan banteng itu saya duga berasal karena mengandung zat aktif yg disebut Taurine. Maka jangan heran bila di Nusantara juga dikenal tradisi Suronan dengan mengarak kebo-bule (kerbau putih).
Yang jelas, semua kisah itu bertujuan menyampaikan bahwa realitas manusia ini adalah analogic dengan ladang penggembalaan. Antara Tuhan (Sang Penggembala) dan manusia (ternaknya). Akan tetapi, bila hubungan langsung itu dibajak (di-intermediasi) kan oleh simbolismenya yang diangkat melebihi dari maknanya, maka itulah jatuh pada pemberhalaan. Maka jangan heran, kisah Musa murka akibat bani Israel memuja Sapi Emas (Golden Calf) atau di Quran ada surah al'Baqarah (Sapi Betina) sebetulnya adalah --tidak dapat dipungkiri lagi-- mengkritik fenomena yang saya jelaskan di atas.
Oke, kita kembali lagi ke soal Pasopati.
Dalam mitologi Tantra pra-Veda (sebelum Veda), maka Pasopati adalah penjelmaan Shiva yang awal pertama, sebelum perubahan pada era selanjutnya dimana dikatakan Nandi (lembu putih) adalah kendaraan tunggangan Shiva. Ini mengingatkan kita pada kisah Lao Zi yang mana menunggang kerbau sembari duduk menghadap ke belakang , pergi menuju Gerbang Barat. Mereka yang di Barat mencari ke Timur, yang di Timur berjalan ke Barat. Luar biasa kan sinkronisitas dari seluruh kisah-kisah ini menganyam suatu makna keutuhan dari seluruh bagian dunia?
Perhatikanlah....jangan menganggap diri kita sekarang ini SUDAH modern apalagi sempurna. Kenyataannya...
dalam ladang penggembalaan jiwa ini...ternyata masih mengulang-ulang kembali pola-pola lama terjatuh dalam idolatry (pemberhalaan) itu.
Dan bila kita menyimak dari apa yg dikatakan dalam Upanishad ini :
"Atman (self, soul, jiwa) adalah tentu saja Brahman. Ātman juga berarti intelek, Manas (batin), dan nafas-vital (nefesh), dengan mata dan telinga, dengan bumi, air, angin dan ākāśa (sky, space, ruang), denan api dan yanb bukan-api, dengan desire (motivasi) dan tanpa desire, denan kemarahan dan tanpa kemarahan, dengan kebenaran dan dengan ketidakbenaran, dengan segala sesuatunya -- itu dikenali , atau terkenal sebagai, dengan ini (yang dipersepsikan) dan dengan itu (yang dipersangkakan). Karena ini [Ātman, self, soul] mengada dan bertindak, maka ia menjadi (dumadi) : dengan melakukan baik jadi baik, dengan jahat jadi jahat.
Ia menjadi baik melalui perbuatan yang baik, dan menjadi keji melalui perbuatan yang jahat. Lainnya, maka dikatakan, "Self (diri) dikenlai dari keinginan / motif semata. Apa yang menjadi motif nya itu yang didapat, maka ia menyelesaikan itu; apa yang ia selesaikan, maka itulah aksi (karma) nya; dan apa yang menjadi aksinya ia menuai reaksi".
— Brihadaranyaka Upanishad 4.4.5, 9th century BCE[28]
....maka jelaslah bahwa apa yang didefinisikan sebagai penyembahan berhala / musryik atau menduakan Tuhan...bukanlah sekedar urusan patung-patung atau citra saja,....tetapi lebih fundamental daripada itu...persis selaras dan relevant dengan apa yang dikatakan oleh Rabbi Dov Ber Pinson di TS ini :
Penyembahan berhala bukan sekedar berarti menyembah sesuatu, melainkan menyembah satu hal diatas yang lainnya--
(Not as worshiping something but one thing OVER the everything). Karena sesungguhnya, segala sesuatu adalah bagian dari Tuhan. Tapi manakala anda mulai mengatakan berhubungan hanya dengan satu hal, itulah dimulainya apa yg disebut PENYEMBAHAN BERHALA (IDOL WORSHIP).
~ Rav.DovBer Pinson
http://primordialnature.blogspot.co.id/2015/09/definisi-idolatry-penyembahan-berhala.html

Yang mana saya ulang katakan agar lebih sederhana dan mudah dimengerti :
Penyembahan berhala adalah manakala anda terjatuh pada simbol-simbol dianggap sebagai tujuan, ketimbang menyelami untuk memahami makna hakiki-nya.
Btw, sekedar info : Keris yang diagem pak Jokowi adalah berdapur Pasopati.
Rahayu!
Danz Suchamda
------------------------------

DIALOG PENTING
> Danardono Wisnu Prabu : tali kekang itu apakah bisa di ibaratkan iman atau agama?
> Danz Suchamda : BUKAN.
Tali kekang = kuk = yuj...yg jadi asal kata yoga. Bahasa Jawanya "LAKU"...(lakuning urip)...eg: Ilmu tinemune kanthi laku. Alias PRAKTEK.
BUKAN teori agama.
Pelihara kerbau untuk bajak sawah apa untuk disekolahin kerbaunya jadi pendeta tapi gak pernah dibawa turun ke sawah? hahahaha
Ini lagi-lagi plokotho bahasa :
Yoga.....orang diplokotho bahasanya sehingga memahami yoga itu sekedar urusan senam stretching. Itu adalah super-super dangkal.
Yoga itu adalah PRAKTEK LAKU.
Kalau di tradisi Hindu pada umumnya dikenal 4 jalur praktek laku mencapai pencerahan :
1. Bhakti Yoga (laku dengan bakti / devosi)
2. Karma Yoga (laku dengan praktek amal, berbuat kebajikan, dll)
3. Jnana Yoga (laku dengan penyelidikan analitis)
4. Raja Yoga (laku dengan bhavana , mis : meditasi, tapa, puasa, dsb dsb) . Memang hal yg terakhir inilah yg kebanyakan orang mengira adalah "yoga", padahal itu hanya satu sub bagian.
> Danardono Wisnu Prabu : katanya lho ini kalau romo atau pendeta itu kepanjangan dari Tuhan.
Tuhan kan butuh Kuk untuk mengarahkan jemaatnya. kalau gak ada kuk gimana mengarahkan sapinya?
> Danz Suchamda : Kan katanya si tukang klaim? Betul? hehe
Yang ngarahin sapinya??
Walah walah NGELUNJAK!
Gembalanya itu ya TUHAN LANGSUNG !
Gini....
Antara pendeta / ulama dsb dengan umat biasa terendah sekalipu.... itu SAMA DERAJATNYA di mata Tuhan.
Bedanya adalah : mereka yang menempatkan diri berdiri di barisan paling depan gol.manusia sesamanya itu dianggap bertekad melaksanakan LEBIH.
Jadi...motivasi LEBIH besar.
Upaya LEBIH besar.
Pengorbanan LEBIH besar.
Ujian LEBIH besar.
Beban LEBIH besar.
Tapi semua itu dalam rangka menggembleng jiwanya sendiri!
Ingat rumus yg pernah saya jelaskan di TS dulu :
The greater the desire, the greater the light will be absorbed.
Jadi, artinya...the greater the desire maka the greater pula the YOKE (beban) !...
Bukan untuk menempatkan diri LEBIH dari sesamanya! Tettottt BESAR !
Karena seharusnya dia mampu menempatkan dirinya justru lebih rendah daripada sesamanya manusia! Itulah pengertian MELAYANI (service to God)!
------------------------------

Pranala luar untuk mengkaji :
https://en.wikipedia.org/wiki/Pashupati#Pashup ati_seal
-https://en.wikipedia.org/wiki/Pashupati_seal
https://en.wikipedia.org/wiki/Sacred_bull#Mesopotamia
https://en.wikipedia.org/wiki/Nandi_(bull)
https://en.wikipedia.org/wiki/%C4%80tman_(Hind uism)
https://en.wikipedia.org/wiki/Pasam_(Saivism)
https://en.wikipedia.org/wiki/Shiva

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...