Sabtu, 04 Februari 2017

FAKTA SEJARAH NKRI

Danz Suchamda
IMPERIALISME FEODAL
Masa-masa akhir-akhir ini dimana politik bergejolak yang santer dengan penghasutan isu SARA, maka bagi sebagian besar orang adalah suatu fenomena yang membingungkan. Apakah yang sedang terjadi di NKRI ini?
Apakah sebetulnya NKRI tersebut?
Oleh karena itu, marilah kita kilas secara singkat dan ringkas sejarahnya agar memahami fenomena akhir-akhir ini. Seperti kita ketahui bahwa Kerajaan Majapahit adalah kerajaan yang luasnya bahkan lebih luas dari NKRI saat ini. Wilayahnya hingga mencapai Filipina maupun
Kamboja saat ini. Majapahit adalah kerajaan besar dunia yang bahkan disegani oleh armada laut China.
Akan tetapi pada masa itu China bukanlah suatu
problem, karena antara kedua negeri ini terdapat
jalinan perdagangan dan budaya yang erat. Anda
tentu kenal dengan uang kepeng bolong kuno yang bertuliskan aksara China. Itulah uang yang digunakan pada era Majapahit.
Pada era itu (Abad 1 Masehi - 20 Masehi), dunia
berada dalam era adu kekuasaan Imperialisme silih berganti. Tak luput pula China dikuasai oleh bangsa Mongol yang terkenal dengan nama Kubilai Khan dan Jengis Khannya.
Kekuasaan Mongol mencapai puncaknya pada abad 13-14 Masehi, meliputi seluruh daratan Asia Tengah hingga negara-negara Balkan, Syria dan Persia. Terkecuali India dan Arab Saudi.
Mongol adalah Imperium besar yang membagi
wilayah kekuasaannya menjadi 3 wilayah besar
berdasarkan agamanya. Merekalah yang pernah
mengirimkan utusannya hingga ditebas telinganya oleh Kertanegara pada zaman Kerajaan Singosari.
Upaya aneksasi mereka tidak berhasil,, Nusantara
tidak mau tunduk.
Tapi rupanya peta politik dunia selalu berubah.
Bangsa Han (China) berhasil merdeka dari tangan
Mongol. Demikian pula daerah2 di pinggiran
wilayanya menjadi wilayah perdikan. Akibatnya
banyak para Jendral Mongol yang kehilangan wilayah kekuasaan menjadi pasukan liar (hordes) yang menyimpan dendam kesumat kepada China. Mereka berkeliaran di sepanjang wilayah selatan dari bentang Asia Barat hingga Asia Timur termasuk Indonesia.
Dan khususnya di Indonesia, mereka membangun
kekuatan dengan cara menghasut penduduk
Nusantara dengan politik simulacra yang dapat kita rasakan hingga sekarang. Para Jendral Mongol itu menggunakan kamuflase sebagai para penyebar agama (wali sanga). Suatu dinasti keluarga yang saling terkait secara genetik kekeluargaan berusaha menancapkan akarnya di Bumi Pertiwi ini. Disitulah asal muasal sentimen anti-China diciptakan -- sesuatu yang tidak pernah ada pada era kerajaan-kerajaan sebelumnya.
Tujuan mereka jelas, yaitu adalah untuk menghimpun tentara dari selatan ini untuk menyerang kembali ke China daratan. Tapi China cukup tanggap dengan melakukan politik isolasi (menutup diri terhadap orang dari luar), Demikian pula Jepang. Sehingga kekuatan
"Mongol" itu terisolir di wilayah Asia Tenggara,
Meskipun demikian, penguasaan mereka terhadap wilayah perairan selat Malaka menjadikan hubungan transportasi laut perdagangan antara negeri2 Timur
dengan negeri2 Barat terputus. Untuk itulah maka ada utusan dari China daratan yang kita kenal dengan nama Laksmana Cheng Ho.
Pendek kata, kekuasaan Majapahit akhir yang keropos akibat adu-domba yang menimbulkan perang saudara, menjadikan dengan mudah Raden Patah alias Jin Bun menundukkan Majapahit.
Raden Patah (Jin Bun)
adalah putra Raja Brawijaya V hasil perkawinan
dengan selir barunya berdarah Mongol yang sakit hati karena sempat dibuang ayahnya ke daerah
Palembang. Ibunya yg tentu masih merupakan
memiliki hubungan kekeluargaan dengan para Jendral Mongol itu telah mempersiapkan segala sesuatunya.
Demikianlah kisah super singkat sejarah keruntuhan
Kerajaan Majapahit.
Akibat runtuhnya Majapahit dan masuknya era
kesultanan. Maka di Nusantara terpecah-pecah
menjadi kerajaan-kerajaan feodal kecil yang saling bersaingan / berperang untuk menjadi yang paling berkuasa. Itulah sebabnya ketika 4 buah kapal dagang Belanda merapat di pelabuhan Batavia pada tahun 1496 dengan segera mendapatkan sambutan hangat dari para raja feodal : Belanda membawa Gulden dan barang-barang teknologi Barat.
Pertanyaannya : "Apakah masuk akal 4
buah kapal dagang menjajah wilayah Nusantara bila tanpa bantuan para penguasa feodal tersebut? Intinya,... awalnya Belanda hanya tertarik dalam soal perdagangan. Maka dari itulah setelah 106 tahun berdagang, Belanda kemudian mendirikan VOC (perusahaan dagang hindia-timur) alias kumpeni
(company atau istilahnya sekarang tidak lebih tidak kurang daripada = perusahaaan) pada tahun 1602.
Apakah masuk akal kalau mengatakan bahwa
Nusantara dijajah Perusahaan?
Tetapi tentu saja wilayah baru di negeri Timur ini
menjadikan orang Belanda berbondong-bondong
tertarik untuk bermukim di Indonesia. Itulah maka dikenal istilah "Kolonialisme" atau dengan kata lain
"datang berkoloni (menjadi penduduk)". Pendek kata, pengaruh-pengaruh politik dunia yang masuk ke Nusantara ditambah dengan raja-raja feodal berperang yang ada di negeri ini, menjadikan kondisi rakyat kecil sangat tertindas dan menyedihkan. Sudah tertimpa dengan masalah Imperialisme, masih tertimpa pula dengan Kolonialisme dan Feodalisme.
Oleh karena itu, tidak berlebihan bila Bung Karno
secara tegas meneriakkan sikap anti terhadap
penjajahan, kolonialisme dan imperialisme; seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Kalau kekuasaan Kolonialisme Belanda sudah berhasil kita atasi, lalu sebetulnya apakah yang dimaksudkan oleh Bung Karno sebagai Imperialisme???
Ingat, Bung Karno pernah berpidato mengatakan
demikian : "Perjuanganku adalah lebih mudah karena
mengusir penjajah, tetapi perjuanganmu akan lebih
berat karena melawan saudara sebangsamu sendiri".
Apakah maksudnya?
Dimanakah sisi Imperialismenya?
Kalau situasi politik belakangan ini di Indonesia
memanas karena para elite politik kita sibuk
melakukan "lobbying" kesana kemari. Maka saya
menangkap suatu pola yang sama sedang terjadi
dengan apa yang terjadi 71 tahun yang lalu. Ya, pada
era Kemerdekaan Republik Indonesia 1945.
Sederhananya begini :
Indonesia terjajah "Belanda" selama 350 tahun seperti
yang kita kenal dikarenakan politik "Divide et
Impera" (politik pecah belah). Pertanyaannya, apakah Belanda yang memecah belah ataukah Belanda hanya MEMANFAATKAN kondisi yang memang sudah terpecah belah?
Saya melihatnya, pernyataan yang
terakhir adalah lebih menggambarkan kenyataannya.
Itulah sebabnya mengapa muncul ketokohan para
pemuda yang berwawasan Nasional dimulai semenjak Soempah Pemoeda 1928. Munculnya kesadaran pendidikan melalui Taman Siswa,dst. Yang pada kulminasinya menghasilakn sosok Bung Karno yang BERSUSAH PAYAH menyadarkan para penguasa FEODAL untuk bersatu menggalang sebuah kesatuan POLITIK NASIONAL. Buah dari upaya itu adalah Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
Sejarah inilah yang mutlak diketahui oleh para
generasi muda sehingga paham mengapa Pantja Sila dan UUD 1945 dirumuskan demikian.
Silakan digali sendiri detailnya.
Hanya saja, kenyataan sejarah sungguh sangat
disayangkan bahwa ide mulia itu tidak berjalan
semulus dari apa yang dirancang oleh para Bapak
Bangsa kita. Baru 3 bulan menjadi Pemimpin Negeri, bung Karno sudah dikudeta secara halus pada bulan Oktober 1945. Secara de Jure tentu masih Presiden RI, tetapi secara de Fakto, ada pihak lain yang menyetir politik NKRI di masa itu. Itulah raison d'etre mengapa munculnya kemelut politik tak kunjung habis pada era-era setelahnya. Berbagai kabinet terbentuk dan segera bubar tanpa menghasilkan nilai produktif apa-apa. Bahkan sistem kenegaraan pernah berubah
menjadi Parlementer (kekuasaan di bawah DPR).
Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan
ekonomi hancur, rakyat melarat. Banyak yang mati kelaparan. Orang kelaparan yang berpenyakit kusta atau "kaki gajah" bukan pemandangan aneh pada masa itu. Orang yang dianggap cukup berada pun hanya mengenakan baju dari kain bekas karung terigu.
Kondisi inilah yang membawa Bung Karno untuk
menegaskan kepemimpinannya dengan mengeluarkan Dekrit Presiden tahun 1959 dengan sistem demokrasi terpimpin. Tapi sungguh sayang, penguasa bayang-bayang itu berhasil menjegalnya lagi melalui kerjasama intelijen Amerika dengan menggunakan isu menumpas komunisme. Kekuasaan Bung Karno jatuh, demikian pula tambang-tambang emas dan perusahaan minyak kita dengan segera menjadi konsesi asing. Siapakah sebenarnya tokoh dibalik G30S tersebut? Siapakah orang dibelakang Mafia Berkeley yg menjual konsesi tambang emas Freeport itu? Siapa yg menunjuk? Siapa yang ditunjuk?
Kalau melihat dari korbannya, sepertinya bukan
anggota PKI saja yang dibunuh, melainkan juga
budayawan, para spiritualis, orang-orang tionghua non-komunis, dan tokoh-tokoh tradisional. Kok aneh?
Terlebih aneh lagi manakala yang kita kenal sebagai pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948 dibawah pimpinan Amir Sjarifuddin. Ini sungguh mengherankan saya. Mengapa? Karena Amir Sjarifuddin adalah seorang KRISTEN ! Seorang kelahiran tanah Tapanuli walaupun orang tuanya adalah muslim tetapi mengenyam pendidikan prestisius di Haarlem dan Leiden di Belanda. Dialah pelopor organisasi GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen
Indonesia). Selidik punya selidik, ternyata pada masa ia menjabat sebagai PERDANA MENTERI pada kabinet Amir Sjarifuddin I dan II, ia sempat menentang restrukturisasi RERA (BKR / Badan Keamanan Rakyat menjadi TKR / Tentara Keamanan Rakyat, cikal bakal TNI).
Dalam restrukturisasi RERA itu rupanya para
tentara yang berwawasan nasionalis dipinggirkan
dengan alasan pendidikan, sementara Sultan
Hamengkubuwono IX yang memiliki gelar "Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah" sebagai raja wilayah provinsi bagian dari Kekhalifahan Ottoman Turki, yang sewaktu itu mendapat tugas restrukturisasi menyusupkan pasukan2 Jundullah, Hizbullah dsb menjadi bagian TKR.
Dalam kondisi kemelut itu, muncullah Letjen Soeharto, seorang bekas komandan Kodim yang sempat dimutasikan karena track-record korupnya yang buruk sebagai tokoh yang membawa Indonesia ke zaman Orde Baru. Sebenarnya bukanlah dia yang memiliki hajat untuk menjadi orang paling berkuasa di negeri
ini, tetapi Bung Karno berkata, "Le, sejelek-jeleknya Soeharto, NKRI masih tetap akan ada selama dia menjabat".
Siapakah bayang-bayang yang dimaksudkan oleh Bung Karno itu??

Mayjen.Soeharto dilantik menjadi Pejabat Presiden pada 1 Juli 1966 berdasarkan Tap MPRS No.XXXIII/1967 pada 22 Februari 1967 dengan Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Menteri Pertahanan Keamanannnya. Selaku pemegang Ketetapan MPRS No XXX/1967, Soeharto kemudian menerima penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno. Dan saat-saat itulah operasi pembersihan (pembantaian) mulai dilakukan. Musuh Soekarno itu
yang paling berat ya Sultan dan komandan RPKAD Sarwo Edi, itu bapaknya siapa? Dan mulai saat itulah maka penafsiran Pantja Sila diubah menjadi Pancasila, terlebih dengan kamuflase alasan penyempurnaan Ejaan (EYD). Tetapi sesungguhnya makna Ketuhanan YME sudah dipelintir menjadi sila Kewajiban Beragama dari 5 yang diakui oleh pemeriintah. Ini adalah politik adu domba yang lestari dan menjadi sumber masalah kronis hingga sekarang.
Selama era ORBA dibawah kekuasaan presiden
Soeharto yang sangat sadar bayang-bayang di
belakangnya, maka dia dengan cerdik mengakomodir setiap kepentingan permintaannya. Itulah alasan mengapa budaya korupsi mulai --terpaksa-- tumbuh
pada era ORBA. Dan kepada mereka diberdirikanlah organisasi-organisasi yang megah bersifat nasional.
Antara lain MUI pada tahun 1975, HPK (Himpunan Penghayat Kepercayaan), BKOK, dsb. Bagi Soeharto, mewadahi akan lebih mudah untuk mengawasi, mengontrol dan mengendalikannya. Tetapi dibalik tindasan pemerintahan otoriter Soeharto, bayang-bayang itu pun terus bergerak merasuk menyusup kesana kemari untuk menggalang kekuatan. Termasuk menjadikan ekstrimis2 wahabi seperti Tengku Imam Bonjol yg membantai kaum sukunya sendiri, dsb sebagai pahlawan Nasional. Itulah makanya jangan
heran bila timbul anomali-anomali dalam fenomena "Kejawen".
Salah satu upaya menjatuhkan Soeharto adalah
melalui peristiwa kerusuhan Malari padah tahun 1974 pada saat HB IX yang pada masa pra-kemerdekaan adalah Letjen.KNIL (Tentara Belanda) yg pangkatnya diatas Mayjen Soeharto yg cuma lulusan SD, menjabat sebagai Menteri Pertahanan Keamanan. Oleh karena itu, setelah itu Soeharto menyingkirkannya hanya sebagai Ketua Nasional Pramuka.
Puncak kulminasinya adalah penggulingan rezim ORBA akibat adanya Krisis Moneter 1998. Maka kerangkeng Tyrannosaurus-nya terbuka. Jadi, apakah Krismon'98 itu alamiah, ataukah rancangan jebakan???
Siapakah yang menjadi direktur BI yang turut menggulirkan program BLBI tersebut? Mengapa orangnya hingga kini masih hidup bugar tapi tampaknya bebas dari sorotan penyelidikan sama sekali??? Bahkan menjadi Wakil Presiden pada era rezim SBY? Sungguh aneh!
Jadi, apakah sebenarnya gerakan Reformasi itu?
Apakah sekedar untuk menggulingkan Soeharto yang korup dan super kaya-raya itu?
Wallahu'alam bissawab.
Marilah kita soroti dengan lebih teliti hal-hal yang dimata saya tampak janggal ini. Marilah kita urai kebingungan kita tentang sikon politik kekinian kita dimana para elite politik sepertinya sangat sibuk membangun lobby kesana kemari kasak
kusuk menghantam dari belakang dengan cara pinjam tangan.
Apakah ada yang khawatir bahwa misteri di
balik skandal BLBI dan CENTURY terbongkar? Bapak-bapak yang terhormat, mohon janganlah adu domba kami rakyat kecil yang untuk makan saja susah dikorbankan kembali demi nafsu kekuasaan Imperialisme Feodal. Toh bapak2 juga sering mengkotbahkan bahwa buat apa mengumpulkan harta duniawi, buat apa pamrih kekuasaan toh semuanya tidak dibawa mati, bukankah begitu pak? Alangkah berduka-citanya kami hingga pada akhirnya mengetahui bahwa dalam kenyataannya ada yang telah membangun negara di dalam negara selama ini.
Pantas saja rakyat Indonesia tidak pernah makmur dan korupsi tidak pernah dapat diatasi. Lebih menyedihkan lagi, generasi muda dibuat amnesia sejarahnya sendiri. Buta wawasan manca negara dan sejarah dunia sehingga mudah ditipu daya untuk diperalat. Mau dibawa kemana bangsa ini??
Rahayu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...