Rabu, 22 Februari 2017

POLITIK !?

Politik adalah suatu sistem tingkah-laku (behaviour) yg mengatur hubungan (kepentingan) dari pihak-pihak yang membuat suatu pola2 tertentu yang bersifat menetap untuk sementara waktu, tetapi mengalir dalam perubahan yang naturalistik untuk menghasilkan progressive mutual / public benefit dan order dari sebuah satuan masyarakat.
Dari sisi pengertian "sistem tingkah-laku yang
mengatur hubungan kepentingan dari pihak-pihak" maka seharusnya politik adalah sesuatu yang bermanfaat.
Jadi, kalau disini politik jadi salah kaprah dimaknai secara negatif...
--tidak bisa tidak--...diakibatkan karena kiprah para pelaku politikusnya yang tidak sesuai tujuan politik itu sendiri (bisa jadi malah mungkin tidak mengerti politik itu makna sebenarnya apa. Dianggapnya cuman jalan merebut kekuasaan).
Pantas AJURRR !
JADI,... Seorang pemimpin artinya harus bisa memberi public benefit kepada pihak-pihak yang dipimpinnya.
Kalau hanya kepada satu pihak saja, lha buat apa dia jadi pemimpin PARA pihak (jamak)? Cukup jadi pemimpin kelompoknya saja! Mentok! Belum bisa naik ke areal publik yg lebih luas dan tanggung-jawab yang semakin besar!

INGAT !!! CAMKAN!!!

"Ilmu politik adalah ilmu bagaimana menata HIDUP
KEBERSAMAAN".

Jadi BUKANLAH ilmu menang-menangan sendiri!
TERBALIK TOTAL MENGERIKAN !!!
Cepat koreksi pemahaman salah kaprah masyarakat (termasuk para calon "pemimpin" maupun yg sedang memimpin) !!!

Selasa, 21 Februari 2017

SUDAHKAH ANDA BERDIKARI – MANDIRI – SWASEMBADA ?

Danz Suchamda.

Istilah teknis term spiritualnya : self-sufficiency atau
aloneness. Bedakan antara aloneness dengan lonely
ya. Lonely itu misery (merana), tetapi aloneness itu
bahagia.
Bule-bule itu kalian pikir begini untuk nyari susah
dalam hidup? atau apa?
Zaman sekarang, freedom itu suatu kemewahan!
Kemewahan bukan karena kita tidak memilikinya,
tetapi karena kita selama ini telah membuang harta
azasi yang dimiliki oleh umat manusia. Karena selama
ini manusia telah LUPA dan MEREMEHKAN hal itu.
Sampai pada suatu titik dimana dunia mencapai titik
kritisnya masa kini, baru mereka mulai SADAR.
Dengan menyendiri itu, sebenarnya mereka juga
MENYELIDIKI...bagaimana cara hidup yang baru
(environmental-awareness for sustainable way of life
for the next stage of human evolution). Atau
setidaknya menyelidiki bagaimana hidup terlepas dari
ketergantungan jerat laba-laba modernitas, terutama :
uang.
http://www.becomingminimalist.com/the-man-who-
quit-money-an-interview-with-daniel-suelo/
Hidup manusia modern dikejar oleh rasa takut dan
angan-angannya sendiri. Sehingga tidak pernah
berhenti barang sejenak pun untuk menyadari telah
berdiri dalam pondasi yang goyah. Pengejaran
semakin menuntut kompetisi dan percepatan yang
semakin tidak manusiawi. Sadarkah anda, bahwa hidp
kalau tidak dikejar angan-angan itu sebenarnya
nyaman? Siapa yang menyuruh anda selama ini
mbulet sehingga akhirnya kusut sendiri? Hehehe
Saya sudah mengingatkan ini semenjak awal dimana
saya mulai melihat persoalan ini secara definitive
(2008).
http://primordialnature.blogspot.co.id/2008/03/
lepaskan-rantai-yang-membelenggumu.html
Tresna Wisnu Wardhana : Waduh..saya juga masih
terjerat tuh ma jaring laba-laba terutama yg namanya
UANG..hhh saya nyeletuk jika saja konsep hidup
adalah kebersamaan..menjalankan segala hal atas
dasar keahlian dan kesadarannya..lantas ditiadakan
yg namanya uang..menurut saya hidup masih tetap
bisa berjalan da tuh..hhh tapi eh malah
diketawain..tpi ga pa lah..namanya juga fikiran
nyleneh..wkkk
Danz Suchamda : Hmmmmm.....kebersamaan?
Ini hal lain lagi yg ingin saya kritik terhadap salah
kaprah pada bangsa kita ini. "Kebersamaan" seringkali
ditafsirkan sebagai hidup himpit-himpitan bau ketek.
Yang tak perlu menunggu lama lalu kotak sempit
'kebersamaan' itu menjadi menyengat aroma bau
politik tengik.
NO !
Kebersamaan itu tidak harus diartikan secara fisik.
Tetapi lebih merupakan suatu sikap batin yang
mampu sharing. Sharing tetapi sekaligus memberi
RUANG KEBEBASAN (private space) pada masing2
individunya. Tidak saling memaksa atau
menginterferensi!
Lihat bagaimana kenyataan hidup di perkampungan
kumuh ibukota dimana begitu buka mata bangun pagi
harus sudah naik darah dan adu keras kepala dengan
tetangga? Sudah pulang kerja kecapaian, baru dapat
tidur malam2 karena house musik alay sebelah yang
bangun 'pagi'nya jam 10 malam? Ehh,..baru sejenak
terlelap sudah dibangunkan suarat TOA yang lebih
ahoy daripada speaker diskotik? Belum lagi ditambah
teriakan2 amarah tetangga akibat urusan parkir yg
kurang mepet sehingga bikin macet? Apakah
kesehatan mental anda dapat terus dipertahankan
dalam sikon semacam itu??
Bahkan keheningan alami di pedesaan sekarang pun
sudah mulai terancam oleh bisingnya suara dangdut
koplo yang disetel dengan speaker mega-bomb di
tengah siang hari bolong. Saya tidak tahu apakah
penghuninya tidak pergi bekerja, ataukah karena
ortunya bekerja maka anaknya berkonaks ria?
Entahlah tapi saya merasa itu adalah suatu
kekonyolan dari modernisasi yang salah arah : gadget
modern tapi mental masih primitif. Akibatnya ya
Kumpul Kebo dalam artian sebenarnya. Dugem
konaks dengan para kebo yang bengong di
kandangnya (karena suara menguaknya sekarang
kalah menarik dan kalah keras dengan stereo-set
aduhai-berisik).
Lihatlah betapa ironinya mereka yang di desa
merasakan ketidakpuasan hidup lalu berbondong-
bondong urbanisasi ke kota tanpa bekal pengetahuan
dan kemampuan yang cukup. Akibatnya sama saja
bagai mencari belenggu penjaranya sendiri dengan
menggadaikan kebebasan hidup damainya di desa.
Lihatlah pula bagaimana pemerintah di masa lalu
menggalakan transmigrasi dan berbagai macam
upaya mengatasi urbanisasi tetapi tanpa hasil yang
efektif? Mengapa?
Saya jawab : Ya karena masyarakat kita tidak dibekali
dengan cara pandang dan pengertian yang memadai
tentang makna sesungguhnya hidup. Fenomena
urbanisasi, materialisme, dsb itu kan HANYA
MERUPAKAN BUAH dari CARA PANDANG dan POLA
PIKIR yang diagem masyarakatnya. Maka hanya
mengatasi gejala tanpa memahami AKARnya adalah
suatu perbuatan sia-sia (pemborosan dana anggaran)
.
Apakah mungkin meninggalkan modernitas?
Bagaimana dengan penyakit2 yg membutuhkan
obat2an mutakhir dengan peralatan kedokteran yg
canggih?
Coba selidikilah bagaimana kehidupan suku-suku
pedalaman yg masih pristine? Adakah penyakit2
modern yg kita alami diderita oleh mereka?
Penjelasan dari Dr.Bergman ini menjawab keheranan
kita :
https://www.youtube.com/watch?v=p3V3TITSDxc
Anda mungkin menganggap pandangan saya ini
adalah bersifat Utopian (ideal yg tak mungkin
tercapai).
Saya jawab : TIDAK !
Isue ini bukan sekedar mengambang di awang-awang,
tetapi adalah study dari REAL WORLD dari berbagai
belahan dunia. Apakah anda pernah mendengar
bahwa kemakmuran suatu negeri tidak lagi semata
diukur dari index GNP (Gross National Products/
Pendapat Domestik Bruto) melainkan dari GNH (Gross
National Happiness / Tingkat Kebahagiaan Nasional)?
Bhutan adalah negeri pilot project itu. Bhutan dikenal
sebagai negeri yang penduduknya paling bahagia di
atas bumi ini. Berdasar survey statistik, bukan klaim
cocology agamis.
https://www.oneworldeducation.org/bhutan-worlds-
happiest-country
Apa point-point penting yang membuat Bhutan
menjadi negeri yang penduduknya paling berbahagia
saat ini?
1. Memanage hal spiritual dan material secara
seimbang.
2. Mereka tidak terobsesi dengan modernitas.
3. Mereka melestarikan jati diri dan budaya mereka.
4. Peduli dengan lingkungan hidup. 50% dari arealnya
dipertahankan sebagai Cagar Alam
5. Mereka mengukur kebahagiaan bukan dari ukuran
luar.
6. Pemimpinnya dekat dengan rakyat. Jarak
kesenjangan antara yang diatas dan dibawah tidak
besar.
7. Mengambil cara hidup sesuai dengan Dharma ( =
fenonmena, natural law, kasunyatan).
8. Budaya yang mengajarkan bahwa kualitas sejati
yang di dalam lebih berarti daripada kualitas semu
dangkal dari apa yang tampak di permukaan.
Ingat! Bhutan adalah negeri kontinental di lereng
gunung Himalaya yang berbatu. Nusantara jauh lebih
kaya dan subur. Negeri ini dulu pernah menjadi negeri
yang berbahagia gemah ripah loh jinawi. Kenapa
sekarang menjadi negeri yang didera oleh penderitaan
bahkan menjadi salah satu negeri yang indeks
pengidap gangguan kejiwaan yang tertinggi? Sangat
menyedihkan sekali.
Bahkan seorang bekas presidennya, orang yang no.1
paling berkuasa di negeri ini pun mengeluh merasa
pihak yang paling dizholimi. Sungguh menyedihkan!
Adakah angkatan kita sekarang ini mau segera sadar
dan menata ulang mindset, cara pandangan dan cara
hidup kita saat ini sehingga dapat menyelamatkan
generasi anak cucu kita kelak? Ataukah kita bersikeras
dengan kebebalan kita untuk menghancurkan masa
depan mereka? Ingat! ketika berurusan dengan alam,
tidak ada jalan mundur! Menoleh ke belakang
menyesali tiada guna. Penyesalan hanya menjadikan
jiwa anda patung garam. Salah-salah malah
terjerumus makin dalam karena batin yang semakin
sakit. Batin yang sakit akan membayangkan masalah
secara keliru dan sudah pasti cenderung memilih
solusi yang keliru pula.
Ingat! kita memiliki sumber daya alam dan aset local
wisdom dalam bentuk budaya maupun tradisi yang
jauh lebih dulu daripada yang di Bhutan. Mengapa kita
melupakan ini? Sudah selayaknyalah pemerintah
memperhatikan hal ini : tidak untuk mengejar
modernitas ala Barat yang kini mereka sendiri sedang
berusaha meninggalkannya. Tetapi galilah potensi dan
kapabilitas leluhur kita ini agar bangsa Indonesia bisa
melakukan lompatan ke depan. Loncat satu langkah
di depan mereka bule-bule itu! Bukan menjadi konyol
karena turut tersesat akibat mengekor yg salah!
Sehatkan cara pandangmu dan wawasan
pengetahuanmu menjadi akurat terlebih dahulu. Ingat!
Batin yang sakit akan membayangkan masalah
secara keliru dan sudah pasti cenderung memilih
solusi yang keliru pula.
Rahayu!

ALGORITMA KEHIDUPAN

Akhir-akhir ini, gerakan masyarakat yang menolak
Ahok semakin membesar, terlebih setelah sikap
kasarnya kepada Ketua MUI, KH Ma’ruf Amin di
persidangan beberapa hari lalu. Ahok semakin
disudutkan. Dia yang sudah menjadi tersangka penista
agama, sekarang bertambah menjadi penghina ulama
NU. Meskipun Ahok sudah minta maaf dan dimaafkan,
namun tetap saja masih banyak orang yang tidak suka
dan marah padanya.
Di balik kemarahan banyak orang terhadap Ahok
dengan berbagai alasan, sebenarnya sikap mereka
tidak lepas dari peran algoritma yang bekerja
mempengaruhinya. Algoritma, atau dulu disebut
Aljabar, pertama kali diperkenalkan oleh Abu Ja’far
Muhammad Ibnu Musa Al-Khuwarizmi, dalam bukunya
al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala,
atau "Buku rangkuman untuk perhitungan dengan
menyelesaikan dan menyeimbangkan ”.
Peran Algoritma Dalam Kehidupan Sehari-hari.
Arti sederhana dari algoritma adalah susunan
langkah-langkah logis dan sistematis untuk
memecahkan suatu masalah atau untuk mencapai
tujuan tertentu. Pada era internet saat ini, algoritma
secara otomatis dan terus menerus dijalankan oleh
sebuah program. Sejak dari kapan harus mulai, arah
aliran program, input dan output data, proses,
decision , hingga pengahiran, untuk kemudian diulang
kembali.
Yang dimaksud program adalah rangkaian intruksi
yang ditulis untuk melakukan fungsi spesifik pada
komputer. Sedangkan metode dan tahapan sistematis
dalam program adalah algoritma.
Dengan algoritma, manusia dimudahkan untuk
melakukan segala aktivitasnya. Algoritma yang
terpasang pada Maps, bisa memberi tahu jalan
tercepat untuk pulang ke rumah. Kita juga mudah
mencari segala macam informasi dengan Search
Engine , hanya dengan memasukan beberapa input
kata saja.
Dalam dunia marketing, algoritma dipakai untuk
menyasar customer secara tepat. Sering kita
menerima bermacam penawaran masuk ke email kita.
Gadget kita mendapat kiriman iklan promo yang rasa-
rasanya pas dengan yang diinginkan. Saat membuka
sebuah halaman berita atau artikel pada sebuah situs,
muncul iklan yang terasa cocok dan bahkan kita
pernah melakukan transaksi.
Mengapa bisa terjadi? Hal ini terjadi karena,
sebelumnya kita telah melakukan aktivitas-aktivitas
digital yang terhubung dengan internet. Kita pernah
menginput data diri, mulai dari nama, jenis kelamin,
umur, tempat tinggal, hoby, alamat email, nomor
handphone dan lain-lain, sehingga terekam secara
digital di dunia maya.
Kebiasaan dalam beraktivitas di media sosial dan
kebiasaan browsing hal-hal tertentu, serta aktivitas
belanja dengan menggunakan kartu kredit adalah
merupakan input data bagi algoritma untuk
memprofiling diri kita. Selanjutnya, kita akan
mendapatkan kiriman-kiriman berupa penawaran
iklan, rujukan artikel, berita, fans page , aplikasi dan
lain-lain, yang sesuai dengan keinginan.
Namun, tanpa disadari algoritma juga berpotensi
mempersempit cara berpikir kita (BBC : Algorithms are
making us small-minded, by Sydney Flinkelstein)
. Ini disebabkan kita terus disodori hal-hal yang
disukai saja. Dalam jangka panjang, kita hanya akan
percaya pada ‘dunia’ kita saja. Informasi yang datang
dari luar akan langsung ditolak, karena kita sudah
terkungkung rapat dan terlena di zona nyaman kita
sendiri.
Algoritma Dalam Kasus Ahok
Kembali pada kasus Ahok. Awalnya, meskipun tidak
suka terhadap Ahok yang statusnya double minoritas
(suku dan agama), seseorang bisa saja menerimanya
sebagai Gubernur DKI. Ini sebagai bentuk
konsekwensi berdemokrasi.
Namun, seiring berjalannya waktu, kearoganan Ahok
dalam memerintah menjadi input awal bagi orang
tersebut untuk memutuskan ketidaksetujuannya pada
Ahok. Orang tersebut kemudian aktif mencari dan
membaca informasi tentang kejelekan dan
ketidakpantasan Ahok sebagai Gubernur.
Di sinilah algoritma berperan. Setiap informasi digital
yang dibaca, setiap status, like , share dan tweet di
media sosial, direspon oleh algoritma dengan
meyodorkan kembali informasi yang mendukung pola
pikirnya. Akan muncul artikel, berita atau tweet dari
tokoh tertentu yang menguatkan ketidaksukaannya
kepada Ahok.
Di samping itu, Ahok sendiri dengan sikap dan
ucapannya, juga ikut berperan menyuplai algoritma
dengan data negatif. Berita Ahok menista agama,
yang kemudian diperkuat dengan pendapat MUI dan
ancamannya terhadap KH Ma’ruf Amin, adalah data
yang oleh algoritma dialirkan ke orang-orang yang
tidak suka dan berpotensi menguatkan
ketidaksukaannya pada Ahok. Mindset bahwa Ahok
seorang yang jahat, penista agama dan pantas
dimusuhi akan semakin kuat tertanam.
Selanjutnya, orang tersebut akan digiring untuk
dipertemukan dengan fans page atau account medsos
yang sehaluan guna saling menguatkan. Pada
akhirnya, ketika emosi sudah terlibat terlalu dalam,
orang yang awalnya hanya tidak suka, namun masih
menerima Ahok sebagai Gubernur, tergiring oleh
algoritma dan berubah menjadi membenci. Ahok
dipandang sebagai musuh Islam yang pantas
dihukum.
Meskipun demikian, banyak juga orang yang terlepas
dari alur algoritma yang menyudutkan Ahok tersebut
dan tidak ikut-ikutan membenci. Hal ini disebabkan
memang banyak juga berita-berita tentang kebaikan
Ahok, yang bisa dijadikan second opinion , sebelum
memutuskan membenci, netral atau menyukai Ahok.
Anda termasuk yang mana??
Cara Bijak Agar Tidak Terjerat Algoritma
Algoritma, selain memudahkan aktivitas sehari-hari,
namun bila tidak hati-hati, bisa membuat pola pikir
menjadi sempit. Bahkan, di masa mendatang
diprediksi bisa mempertajam perbedaan, sekaligus
menyekat masyarakat dalam kelompok-kelompok.
Dalam aktivitas digital, setiap respon terhadap sebuah
berita atau status di medsos, akan diartikan pilihan
decision dari kita oleh sebuah alur algoritma yang
sedang berjalan. Selanjutnya, kita akan disodori data
lain untuk menguatkannya. Semakin kita respon
setuju, semakin banyak data mengalir untuk
menguatkan keyakinan kita, sehingga apabila emosi
sudah terlibat, tanpa sadar akan terjebak dalam alur
algoritma.
Untuk itu, saat emosi tinggi, kita perlu mengurangi
aktivitas digital, terutama media sosial, agar tidak
terjebak dalam alur algoritma yang berpotensi
mempersempit pola pikir. Kita harus selalu berpikiran
terbuka, dengan mengedepankan logika dan nurani
untuk menilai kebenaran dan manfaat suatu informasi
sebelum menanggapi.
Akhirnya, semoga bisa bijak dalam berinteraksi di
dunia digital, agar terhindar dari potensi dikerucutkan
oleh algoritma, yang bisa mempersempit ‘dunia’ kita
sendiri. Sekian. #Agus Suwanto, Kompasiana 4 Febuari 2017

LIHAT, SELIDIKILAH !

Danz Suchamda
PONDASI REALITAS YANG MERUPAKAN AKAR DARI
SEGALA KETIDAKPUASAN HIDUP

"misi saya adalah untuk menjadikan
masyarakat dapat ber-SWASEMBADA menyelesaikan
persoalannya sendiri tanpa harus bergantung pada
pihak lain.
Oleh karena itu, akar persoalan dari
SEGALA persoalan harus dipahami. Dan kali ini topik
kita adalah tentang itu.
Segala macam sumber persoalan yang dihadapi
adalah berpusat pada keinginan ego yang tidak
terpenuhi maka muncul ketidakpuasan , yang pada
lanjutnya memunculkan tindakan-tindakan yang
diakari oleh keserakahan , kebencian / kemarahan,
ataupun kedunguan (kegelapan batin / pandangan
salah)...yang pada akhirnya berujung pada
penderitaan. Itulah rumusan singkatnya.
Realitasnya adalah masih banyak anak bangsa ini yang
begitu bangga dengan kebodohannya...
Tidak mampu berpikir benar, tertib, sistematis.
Tidak memiliki sportifitas dan semangat keadilan untuk mengecek segala sesuatu dari berbagai sumber.
Tidak memiliki ketenangan dan kejernihan untuk
menunda kesimpulan yangg "melompat" / terlalu cepat.
Tidak mampu membedakan mana fakta dan mana
opini.
Semata-mata cuman didorong perasaan / sentimen /
emosi sesaat saja. Padahal hal demikian itu adalah
akarnya dosa. Di dunia ini sebenarnya tidak ada orang
jahat. Semua pada dasarnya niat baik atau demi
kebenaran, tapi karena KEBODOHAN lah maka tanpa
disadari melakukan kejahatan. Setelah kena batunya
atau dihukum baru sadar. Tapi telat, dosa sudah
digores.
Bagaimana negeri bisa makmur dan kuat kalau
rakyatnya diprogram agar tidak cinta bangsa tidak
cinta negeri. Pantas saja korupsi merajalela. Aset-
kekayaan negeri dijualin ke asing dengan komisi
masuk kantong sendiri. Rakyat dibikin semakin bodoh
dengan "pendidikan" salah kaprah alias cuci otak
dengan informasi yg keliru. Pantas ijazah lulusan
Indonesia tidak laku di luar wilayahnya. Lha wong
pengetahuan dasar-dasar saja banyak yang
dikelirumologikan!
Ibarat team kesebelasan bola mengambil pelatih dari team lawan. Akibatnya membuat goal ke gawang sendiri malah bangga dan sorak sorai.
Hadehhh!
Oleh karena itu, agar kalian bisa BERDIKARI dan ber-SWASEMBADA mengatasi persoalan kalian sendiri, maka sudah selayaknyalah MENGETAHUI kenyataan itu : bahwa sepanjang hidup ini manusia hanyalah mengejar cara mencapai pemuasan terhadap ketidak-puasannya. Sederhana, kan?
Mengapa saya menganjurkan BERDIKARI untuk dapat mengatasi problema yang sumber asal muasalnya dari dalam batin sendiri itu?
Tiada lain tiada bukan adalah karena tiap-tiap orang memiliki problema batinnya masing-masing, their own unsatisfactions and sufferings. Maka menggantungkan hidup pada orang lain untuk memecahkan masalah anda, sama saja anda mengimpor problemanya menjadi problem anda.
Maka jangan heran bila pada jangka panjangnya
selalu kusut.
Sebelum masuk ke bagaimana cara mengatasinya,
maka tentu kalian harus tahu terlebih dahulu sumber-sumber dari ketidakpuasan itu. Mengapa dan bagaimana mekanisme dari ego sehingga
memunculkan ketidakpuasan itu. Dan karena hal ini adalah UNIK untuk tiap orang, maka masing-masing harus mampu MENGAMATI dan MENYELIDIKINYA secara LANGSUNG pada kedalaman batin masing-masing.
Keterkondisian dari latarbelakang, kultur
budaya, tradisi, norma, kebiasaan, pendidikan formal maupun informal,...membentuk set kepribadian dan cara mendunia anda yang unik untuk masing-masing pribadinya...
Jadi, setelah tahu apa itu ketidakpuasan dan sumber-sumber dari ketidakpuasan, maka barulah anda seharusnya menanyakan dan mencari jawaban hakiki :

"Adakah jalan keluar dari semua itu?

Jawaban sederhanya adalah : ADA.
Tetapi tentu menjawab secara singkat begini tidak
memberikan suatu kedalaman pengertian yang akan bermanfaat untuk aplikasi praktisnya. Oleh karena itu, perlu dibahas dalam topik tersendiri, atau bisa juga dengan mempelajari dari tulisan-tulisan yang ada sebelum ini sebetulnya sudah tersirat. Dan cara mengatasinya pun sebetulnya sudah dituliskan, hanya saja semuanya tidak dirangkum dalam satu judul.
Oleh karena itulah, maka segala hal-ihwal yang pernah saya jabarkan dirumuskan dalam topik kali ini, yaitu :
1. Kenyataan adanya ketidakpuasan
2. Sumber-sumber dan mekanisme ketidakpuasan
3. Kenyataan adanya suatu tataran absolut dimana
keluar dari lingkaran ketidakpuasan itu.
4. Caranya / Jalan menuju pembebasan dari belitan
ketidakpuasan hidup.
Rumusan di atas dapat diaplikasikan pada hampir
setiap persoalan yang ada di dunia ini. Misalnya :
1. Kenyataan adanya kemiskinan
2. Sumber-sumber dan mekanisme kemiskinan
3. Kenyataan adanya tataran kemakmuran
4. Jalan menuju kemakmuran
atau,...
1. Kenyataan adanya kebencian
2. Sumber-sumber dan mekanisme mengapa
membenci atau dibenci
3. Kenyataan adanya dicintai dan mencintai
4. Jalan menumbuhkan rasa cinta.
dst dst...silakan gunakan template ini untuk
membedah 'glondongan' persoalan sehingga dapat
dicari jalan keluarnya.
Merajang brambang merah itu memang pedas
menyebabkan keluar air mata tapi menjadikan
masakan kehidupan anda jadi sedap. Dan kalau anda
kupas lapisan-lapisan dari brambang merah itu, maka
tidak akan menemukan intinya. Alias kekosongan atau
emptiness. Kalau anda telusuri, maka problem
kehidupan selalu melingkar bagai kulit bawang sulit
ditemukan ujung pangkalnya...pun berlapis-lapis. Satu
lingkaran penuh anda mengejar solusi hingga kembali
ke titik awal...tidak menemukan jalan keluarnya.
Ternyata ada lapisan persoalan di orde yg lebih tinggi,
dst. Meskipun demikian, permintaan akan brambang
merah terus meningkat seiring dengan semakin
banyaknya restoran yang muncul. Manusia memang
mahluk yang suka menciptakan problemanya sendiri
(self-inflicted suffering). Karena ketagihan, maka
sekalipun pedas dan harga brambang naik, orang
tetap tidak dapat meninggalkannya...walau marah2
pusing sendiri...hehe
Marsudi Utomo : Siap Ki, Wani Urip Kanti Kekuatane
Awake Dewe, Semoga semua makhluk berbahagia,
Rahayu, Waras
Danz Suchamda : Kebanyakan orang menjadi
menderita atau sumber penderitaan bagi orang lain
dikarenakan mengagem mental-korban (Victim
Mentality)...yg mana pada dasarnya adalah ego yang
menjalankan taktik defensive-aggresive (memelas
untuk menyerang). Yg pada aplikasinya berwujud
selalu menyalahkan pihak lain atas ketidakpuasan /
penderitaan yg dialaminya (tanpa mau bercermin diri,
karena bercermin itu menyakitkan ego). Dan itu
akibatnya fatal bagi dirinya sendiri, karena
menciptakan / mengabulkan doanya sendiri (self-
inflicted suffering / self-fulfilling prophecy). Ingat!
yang disebut doa itu bukan semata dalam sikap ritual
tertentu, tetapi APA YANG KAMU ULANG-ULANG
SECARA OBSESIF DALAM PIKIRANMU, itulah yang
menjadi doamu. Anda percaya sebagai pihak yang
selalu menderita dan jadi korban, ya terjadilah! Anda
meyakini sebagai orang kecil ya terjadilah terciptalah
sebagai manusia yang kerdil jiwa! Apa yang kamu
peram dalam hati yang kamu dapatkan. Jadi , bila
hidup dengan pandangan salah, maka jangan heran
bila hidup merana masalah datang silih berganti tiada
habis.
Sudah terlalu sering kita menemukan kejadian dimana
hendak ditolong malah menggigit. Istilah Jawanya :
ditulung menthung (ditolong malah mementung).
Bahkan tidak hanya mementung saja, tapi mementung
sambil teriak dizholimi.
Memang susah keluar dari belitan delusi mental-habit
(kebiasaan mental) itu. Makanya persoalan perlu
dirajang (diiris-iris tipis) sehingga kalian dapat melihat
isinya...walau harus kepedasan mengeluarkan air
mata..hehe.
Tapi percayalah, bila anda manut untuk menyelidiki
dan menguji sendiri segala sesuatunya ini, maka ada
harapan sembuh. Tapi sekali lagi saya ingatkan : ini
bukan persoalan enak-enakan (spiritual-trippings
which is false).

Rahayu!

NOTE : Yang perlu di sadari, "menyelesaikan masalah sendiri
dengan keputusan sendiri itu sangat baik asal tau
dasar pemikiran yg benar, laku/cara yg benar, dan
pemetaan/pengumpulan data yg benar.... tanpa itu
semua jadinya akan sak karep karepe dewe...
menuhankan pribadi itu sangat berbeda jauh dengan
mengenal sifat sifat ketuhanan yg bersifat pribadi...
Ketika dasar berpikirnya kacau bisa dipastikan
prilakunya akan kacau serta data yg diperoleh didapat
dari pengawuran...
semoga semuanya terhindar dari dasar pemikiranan
kacau...

Sabtu, 04 Februari 2017

FAKTA SEJARAH NKRI

Danz Suchamda
IMPERIALISME FEODAL
Masa-masa akhir-akhir ini dimana politik bergejolak yang santer dengan penghasutan isu SARA, maka bagi sebagian besar orang adalah suatu fenomena yang membingungkan. Apakah yang sedang terjadi di NKRI ini?
Apakah sebetulnya NKRI tersebut?
Oleh karena itu, marilah kita kilas secara singkat dan ringkas sejarahnya agar memahami fenomena akhir-akhir ini. Seperti kita ketahui bahwa Kerajaan Majapahit adalah kerajaan yang luasnya bahkan lebih luas dari NKRI saat ini. Wilayahnya hingga mencapai Filipina maupun
Kamboja saat ini. Majapahit adalah kerajaan besar dunia yang bahkan disegani oleh armada laut China.
Akan tetapi pada masa itu China bukanlah suatu
problem, karena antara kedua negeri ini terdapat
jalinan perdagangan dan budaya yang erat. Anda
tentu kenal dengan uang kepeng bolong kuno yang bertuliskan aksara China. Itulah uang yang digunakan pada era Majapahit.
Pada era itu (Abad 1 Masehi - 20 Masehi), dunia
berada dalam era adu kekuasaan Imperialisme silih berganti. Tak luput pula China dikuasai oleh bangsa Mongol yang terkenal dengan nama Kubilai Khan dan Jengis Khannya.
Kekuasaan Mongol mencapai puncaknya pada abad 13-14 Masehi, meliputi seluruh daratan Asia Tengah hingga negara-negara Balkan, Syria dan Persia. Terkecuali India dan Arab Saudi.
Mongol adalah Imperium besar yang membagi
wilayah kekuasaannya menjadi 3 wilayah besar
berdasarkan agamanya. Merekalah yang pernah
mengirimkan utusannya hingga ditebas telinganya oleh Kertanegara pada zaman Kerajaan Singosari.
Upaya aneksasi mereka tidak berhasil,, Nusantara
tidak mau tunduk.
Tapi rupanya peta politik dunia selalu berubah.
Bangsa Han (China) berhasil merdeka dari tangan
Mongol. Demikian pula daerah2 di pinggiran
wilayanya menjadi wilayah perdikan. Akibatnya
banyak para Jendral Mongol yang kehilangan wilayah kekuasaan menjadi pasukan liar (hordes) yang menyimpan dendam kesumat kepada China. Mereka berkeliaran di sepanjang wilayah selatan dari bentang Asia Barat hingga Asia Timur termasuk Indonesia.
Dan khususnya di Indonesia, mereka membangun
kekuatan dengan cara menghasut penduduk
Nusantara dengan politik simulacra yang dapat kita rasakan hingga sekarang. Para Jendral Mongol itu menggunakan kamuflase sebagai para penyebar agama (wali sanga). Suatu dinasti keluarga yang saling terkait secara genetik kekeluargaan berusaha menancapkan akarnya di Bumi Pertiwi ini. Disitulah asal muasal sentimen anti-China diciptakan -- sesuatu yang tidak pernah ada pada era kerajaan-kerajaan sebelumnya.
Tujuan mereka jelas, yaitu adalah untuk menghimpun tentara dari selatan ini untuk menyerang kembali ke China daratan. Tapi China cukup tanggap dengan melakukan politik isolasi (menutup diri terhadap orang dari luar), Demikian pula Jepang. Sehingga kekuatan
"Mongol" itu terisolir di wilayah Asia Tenggara,
Meskipun demikian, penguasaan mereka terhadap wilayah perairan selat Malaka menjadikan hubungan transportasi laut perdagangan antara negeri2 Timur
dengan negeri2 Barat terputus. Untuk itulah maka ada utusan dari China daratan yang kita kenal dengan nama Laksmana Cheng Ho.
Pendek kata, kekuasaan Majapahit akhir yang keropos akibat adu-domba yang menimbulkan perang saudara, menjadikan dengan mudah Raden Patah alias Jin Bun menundukkan Majapahit.
Raden Patah (Jin Bun)
adalah putra Raja Brawijaya V hasil perkawinan
dengan selir barunya berdarah Mongol yang sakit hati karena sempat dibuang ayahnya ke daerah
Palembang. Ibunya yg tentu masih merupakan
memiliki hubungan kekeluargaan dengan para Jendral Mongol itu telah mempersiapkan segala sesuatunya.
Demikianlah kisah super singkat sejarah keruntuhan
Kerajaan Majapahit.
Akibat runtuhnya Majapahit dan masuknya era
kesultanan. Maka di Nusantara terpecah-pecah
menjadi kerajaan-kerajaan feodal kecil yang saling bersaingan / berperang untuk menjadi yang paling berkuasa. Itulah sebabnya ketika 4 buah kapal dagang Belanda merapat di pelabuhan Batavia pada tahun 1496 dengan segera mendapatkan sambutan hangat dari para raja feodal : Belanda membawa Gulden dan barang-barang teknologi Barat.
Pertanyaannya : "Apakah masuk akal 4
buah kapal dagang menjajah wilayah Nusantara bila tanpa bantuan para penguasa feodal tersebut? Intinya,... awalnya Belanda hanya tertarik dalam soal perdagangan. Maka dari itulah setelah 106 tahun berdagang, Belanda kemudian mendirikan VOC (perusahaan dagang hindia-timur) alias kumpeni
(company atau istilahnya sekarang tidak lebih tidak kurang daripada = perusahaaan) pada tahun 1602.
Apakah masuk akal kalau mengatakan bahwa
Nusantara dijajah Perusahaan?
Tetapi tentu saja wilayah baru di negeri Timur ini
menjadikan orang Belanda berbondong-bondong
tertarik untuk bermukim di Indonesia. Itulah maka dikenal istilah "Kolonialisme" atau dengan kata lain
"datang berkoloni (menjadi penduduk)". Pendek kata, pengaruh-pengaruh politik dunia yang masuk ke Nusantara ditambah dengan raja-raja feodal berperang yang ada di negeri ini, menjadikan kondisi rakyat kecil sangat tertindas dan menyedihkan. Sudah tertimpa dengan masalah Imperialisme, masih tertimpa pula dengan Kolonialisme dan Feodalisme.
Oleh karena itu, tidak berlebihan bila Bung Karno
secara tegas meneriakkan sikap anti terhadap
penjajahan, kolonialisme dan imperialisme; seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Kalau kekuasaan Kolonialisme Belanda sudah berhasil kita atasi, lalu sebetulnya apakah yang dimaksudkan oleh Bung Karno sebagai Imperialisme???
Ingat, Bung Karno pernah berpidato mengatakan
demikian : "Perjuanganku adalah lebih mudah karena
mengusir penjajah, tetapi perjuanganmu akan lebih
berat karena melawan saudara sebangsamu sendiri".
Apakah maksudnya?
Dimanakah sisi Imperialismenya?
Kalau situasi politik belakangan ini di Indonesia
memanas karena para elite politik kita sibuk
melakukan "lobbying" kesana kemari. Maka saya
menangkap suatu pola yang sama sedang terjadi
dengan apa yang terjadi 71 tahun yang lalu. Ya, pada
era Kemerdekaan Republik Indonesia 1945.
Sederhananya begini :
Indonesia terjajah "Belanda" selama 350 tahun seperti
yang kita kenal dikarenakan politik "Divide et
Impera" (politik pecah belah). Pertanyaannya, apakah Belanda yang memecah belah ataukah Belanda hanya MEMANFAATKAN kondisi yang memang sudah terpecah belah?
Saya melihatnya, pernyataan yang
terakhir adalah lebih menggambarkan kenyataannya.
Itulah sebabnya mengapa muncul ketokohan para
pemuda yang berwawasan Nasional dimulai semenjak Soempah Pemoeda 1928. Munculnya kesadaran pendidikan melalui Taman Siswa,dst. Yang pada kulminasinya menghasilakn sosok Bung Karno yang BERSUSAH PAYAH menyadarkan para penguasa FEODAL untuk bersatu menggalang sebuah kesatuan POLITIK NASIONAL. Buah dari upaya itu adalah Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
Sejarah inilah yang mutlak diketahui oleh para
generasi muda sehingga paham mengapa Pantja Sila dan UUD 1945 dirumuskan demikian.
Silakan digali sendiri detailnya.
Hanya saja, kenyataan sejarah sungguh sangat
disayangkan bahwa ide mulia itu tidak berjalan
semulus dari apa yang dirancang oleh para Bapak
Bangsa kita. Baru 3 bulan menjadi Pemimpin Negeri, bung Karno sudah dikudeta secara halus pada bulan Oktober 1945. Secara de Jure tentu masih Presiden RI, tetapi secara de Fakto, ada pihak lain yang menyetir politik NKRI di masa itu. Itulah raison d'etre mengapa munculnya kemelut politik tak kunjung habis pada era-era setelahnya. Berbagai kabinet terbentuk dan segera bubar tanpa menghasilkan nilai produktif apa-apa. Bahkan sistem kenegaraan pernah berubah
menjadi Parlementer (kekuasaan di bawah DPR).
Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan
ekonomi hancur, rakyat melarat. Banyak yang mati kelaparan. Orang kelaparan yang berpenyakit kusta atau "kaki gajah" bukan pemandangan aneh pada masa itu. Orang yang dianggap cukup berada pun hanya mengenakan baju dari kain bekas karung terigu.
Kondisi inilah yang membawa Bung Karno untuk
menegaskan kepemimpinannya dengan mengeluarkan Dekrit Presiden tahun 1959 dengan sistem demokrasi terpimpin. Tapi sungguh sayang, penguasa bayang-bayang itu berhasil menjegalnya lagi melalui kerjasama intelijen Amerika dengan menggunakan isu menumpas komunisme. Kekuasaan Bung Karno jatuh, demikian pula tambang-tambang emas dan perusahaan minyak kita dengan segera menjadi konsesi asing. Siapakah sebenarnya tokoh dibalik G30S tersebut? Siapakah orang dibelakang Mafia Berkeley yg menjual konsesi tambang emas Freeport itu? Siapa yg menunjuk? Siapa yang ditunjuk?
Kalau melihat dari korbannya, sepertinya bukan
anggota PKI saja yang dibunuh, melainkan juga
budayawan, para spiritualis, orang-orang tionghua non-komunis, dan tokoh-tokoh tradisional. Kok aneh?
Terlebih aneh lagi manakala yang kita kenal sebagai pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948 dibawah pimpinan Amir Sjarifuddin. Ini sungguh mengherankan saya. Mengapa? Karena Amir Sjarifuddin adalah seorang KRISTEN ! Seorang kelahiran tanah Tapanuli walaupun orang tuanya adalah muslim tetapi mengenyam pendidikan prestisius di Haarlem dan Leiden di Belanda. Dialah pelopor organisasi GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen
Indonesia). Selidik punya selidik, ternyata pada masa ia menjabat sebagai PERDANA MENTERI pada kabinet Amir Sjarifuddin I dan II, ia sempat menentang restrukturisasi RERA (BKR / Badan Keamanan Rakyat menjadi TKR / Tentara Keamanan Rakyat, cikal bakal TNI).
Dalam restrukturisasi RERA itu rupanya para
tentara yang berwawasan nasionalis dipinggirkan
dengan alasan pendidikan, sementara Sultan
Hamengkubuwono IX yang memiliki gelar "Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah" sebagai raja wilayah provinsi bagian dari Kekhalifahan Ottoman Turki, yang sewaktu itu mendapat tugas restrukturisasi menyusupkan pasukan2 Jundullah, Hizbullah dsb menjadi bagian TKR.
Dalam kondisi kemelut itu, muncullah Letjen Soeharto, seorang bekas komandan Kodim yang sempat dimutasikan karena track-record korupnya yang buruk sebagai tokoh yang membawa Indonesia ke zaman Orde Baru. Sebenarnya bukanlah dia yang memiliki hajat untuk menjadi orang paling berkuasa di negeri
ini, tetapi Bung Karno berkata, "Le, sejelek-jeleknya Soeharto, NKRI masih tetap akan ada selama dia menjabat".
Siapakah bayang-bayang yang dimaksudkan oleh Bung Karno itu??

Mayjen.Soeharto dilantik menjadi Pejabat Presiden pada 1 Juli 1966 berdasarkan Tap MPRS No.XXXIII/1967 pada 22 Februari 1967 dengan Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Menteri Pertahanan Keamanannnya. Selaku pemegang Ketetapan MPRS No XXX/1967, Soeharto kemudian menerima penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno. Dan saat-saat itulah operasi pembersihan (pembantaian) mulai dilakukan. Musuh Soekarno itu
yang paling berat ya Sultan dan komandan RPKAD Sarwo Edi, itu bapaknya siapa? Dan mulai saat itulah maka penafsiran Pantja Sila diubah menjadi Pancasila, terlebih dengan kamuflase alasan penyempurnaan Ejaan (EYD). Tetapi sesungguhnya makna Ketuhanan YME sudah dipelintir menjadi sila Kewajiban Beragama dari 5 yang diakui oleh pemeriintah. Ini adalah politik adu domba yang lestari dan menjadi sumber masalah kronis hingga sekarang.
Selama era ORBA dibawah kekuasaan presiden
Soeharto yang sangat sadar bayang-bayang di
belakangnya, maka dia dengan cerdik mengakomodir setiap kepentingan permintaannya. Itulah alasan mengapa budaya korupsi mulai --terpaksa-- tumbuh
pada era ORBA. Dan kepada mereka diberdirikanlah organisasi-organisasi yang megah bersifat nasional.
Antara lain MUI pada tahun 1975, HPK (Himpunan Penghayat Kepercayaan), BKOK, dsb. Bagi Soeharto, mewadahi akan lebih mudah untuk mengawasi, mengontrol dan mengendalikannya. Tetapi dibalik tindasan pemerintahan otoriter Soeharto, bayang-bayang itu pun terus bergerak merasuk menyusup kesana kemari untuk menggalang kekuatan. Termasuk menjadikan ekstrimis2 wahabi seperti Tengku Imam Bonjol yg membantai kaum sukunya sendiri, dsb sebagai pahlawan Nasional. Itulah makanya jangan
heran bila timbul anomali-anomali dalam fenomena "Kejawen".
Salah satu upaya menjatuhkan Soeharto adalah
melalui peristiwa kerusuhan Malari padah tahun 1974 pada saat HB IX yang pada masa pra-kemerdekaan adalah Letjen.KNIL (Tentara Belanda) yg pangkatnya diatas Mayjen Soeharto yg cuma lulusan SD, menjabat sebagai Menteri Pertahanan Keamanan. Oleh karena itu, setelah itu Soeharto menyingkirkannya hanya sebagai Ketua Nasional Pramuka.
Puncak kulminasinya adalah penggulingan rezim ORBA akibat adanya Krisis Moneter 1998. Maka kerangkeng Tyrannosaurus-nya terbuka. Jadi, apakah Krismon'98 itu alamiah, ataukah rancangan jebakan???
Siapakah yang menjadi direktur BI yang turut menggulirkan program BLBI tersebut? Mengapa orangnya hingga kini masih hidup bugar tapi tampaknya bebas dari sorotan penyelidikan sama sekali??? Bahkan menjadi Wakil Presiden pada era rezim SBY? Sungguh aneh!
Jadi, apakah sebenarnya gerakan Reformasi itu?
Apakah sekedar untuk menggulingkan Soeharto yang korup dan super kaya-raya itu?
Wallahu'alam bissawab.
Marilah kita soroti dengan lebih teliti hal-hal yang dimata saya tampak janggal ini. Marilah kita urai kebingungan kita tentang sikon politik kekinian kita dimana para elite politik sepertinya sangat sibuk membangun lobby kesana kemari kasak
kusuk menghantam dari belakang dengan cara pinjam tangan.
Apakah ada yang khawatir bahwa misteri di
balik skandal BLBI dan CENTURY terbongkar? Bapak-bapak yang terhormat, mohon janganlah adu domba kami rakyat kecil yang untuk makan saja susah dikorbankan kembali demi nafsu kekuasaan Imperialisme Feodal. Toh bapak2 juga sering mengkotbahkan bahwa buat apa mengumpulkan harta duniawi, buat apa pamrih kekuasaan toh semuanya tidak dibawa mati, bukankah begitu pak? Alangkah berduka-citanya kami hingga pada akhirnya mengetahui bahwa dalam kenyataannya ada yang telah membangun negara di dalam negara selama ini.
Pantas saja rakyat Indonesia tidak pernah makmur dan korupsi tidak pernah dapat diatasi. Lebih menyedihkan lagi, generasi muda dibuat amnesia sejarahnya sendiri. Buta wawasan manca negara dan sejarah dunia sehingga mudah ditipu daya untuk diperalat. Mau dibawa kemana bangsa ini??
Rahayu!

Jumat, 03 Februari 2017

WALI 9 (RUNTUHNYA KERAJAAN HINDU-JAWA DAN TIMBULNYA NEGARA-NEGARA ISLAM DI NUSANTARA)


Banyak sekali fakta sejarah yang menarik untuk diungkit kembali. Sebagai kerajaan tua di tanah Jawa, Majapahit bukan saja menjadi ikon dari puncak kemajuan peradaban Hindu-Jawa, tetapi juga bukti sejarah tentang PERGULATAN POLITIK (Internasional, Nasional dan Regional) yang terjadi di tengah proses Islamisasi pada masa peralihan, menjelang dan sesudah keruntuhannya.

Para sejarawan benar2 menguras energi untuk
mengungkap latar dan motif dibalik kehancuran
Majapahit. Tetapi sungguh amat disayangkan, belum banyak sejarawan yang mencurahkan perhatiannya pada peran orang-orang Cina Mongol (Yuan) dalam Islamisasi yang turut mengantar Majapahit ke ambang berakhir kejayaannya. Arus utama penulisan sejarah
masih dikuasai oleh kecenderungan untuk
menganggap Islam Nusantara sebagai derivat dari
Islam "Arab" -- varian Islam yang dianggap lebih
otentik dan "murni".

Prof. Slamet Muljana adalah salah satu di antara yang sedikit itu. Kegigihannya melacak asal muasal keruntuhan Majapahit, membawanya pada sebuah tesis penting tentang kontribusi muslim Mongol dalam sejarah masuk dan berkembangnya Islam dikawasan ini. Sebuah upaya yang jelas dan tak mudah dan (mungkin) tak populer. Betapapun kita tahu, tesis
yang telah lazim diterima oleh banyak sejarawan
menyatakan bahwa Islam Nusantara adalah prototipe lain dari Islam yang berkembang di jazirah Arab.

Temuan Muljana membantah sekaligus mengkritik bahwa yang terjadi tidaklah demikian adanya. Berbagai anasir juga terlibat dalam proses tersebut sehingga Islam yang terbentuk di Nusantara, dan di Jawa pada khususnya,, bukanlah Islam yang "murni", melainkan Islam hibrida yang memiliki banyak varian.

Dalam konteks sejarah pasca-Majapahit, tidak mudah menebak alasan di balik dominannya konstruk Islam yang "Arab-sentris" itu. Tapi sedikitnya ada dua hal mendasar yang bisa dijadikan pijakan guna membaca asumsi ini lebih jauh : politik segregasi kolonial dan ideologi otentisisme Islam. Sejak meletus tragedi Chineezenmoord (pembantaian orang-orang Cina) di Batavia pada 1740, yang menyebabkan lebih dari 10.000 jiwa melayang orang-orang Cina disekap dan dikonsentrasikan pada titik-titik ghetto yang belakangan dikenal sebagai dengan "Pecinan".

Pengucilan ini, selain mengakibatkan retaknya
hubungan Jawa-Cina yang sebelumnya begitu
harmonis, juga memunculkan sentimen anti-Cina
dalam banyak hal, termasuk penulisan sejarah.
Puncaknya adalah saat rezim Orde Baru berkuasa,
ketika berbagai hal yang berbau Cina akhirnya
disingkirkan secara sistematis. Faktor kedua, ideologi otentisisme Islam, juga turut menyumbang pada penghilangan jejak sejarah Cina di Nusantara.
Ideologi ini, harus diakui, telah "memiskinkan" pengalaman Islam Nusantara yang sangat majemuk dan kaya nuansa. Pelenyapan ini tentu bukan tak disengaja. Di belakangnya ada sekian motif dan kepentingan politik yang turut bermain.

Dr. Asvi Warman Adam :
Pada tahun 1968, terbit buku Prof. Slamet Muljana, "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara." Buku ini dilarang oleh Kejaksaan Agung karena mengungkapkan hal-hal yang kontroversial pada waktu itu, yakni sebagian walisongo berasal dari Cina.
Tidak ada salahnya bila benar bahwa sembilan penyebar agama Islam itu dari Cina atau dari belahan dunia mana pun.
Yang menjadi persoalan adalah saat itu rezim ORBA telah menetapkan Cina sebagai musuh karena negara itu dituduh membantu G30S. pemerintah Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Beijing, dan segala yang berbau Cina dilarang.

Pada era reformasi ini, ada baiknya pendapat Prof. Slamet itu dikaji ulang dengan pikiran yang lebih tenang.

Slamet Muljana membandingkan atau--lebih
tepatnya-- melakukan kompilasi terhadap tiga sumber, yaitu : Serat Kanda, Babad Tanah Jawi, dan naskah dari kelenteng Sam Po Kong yang ditulis Poortman dan dikutip Parlindungan.
Residen Poortman th.1928 ditugasi pemerintah
kolonial untuk menyelidiki apakah Raden Patah itu orang Cina. Raden Patah bergelar Panembahan
Jin Bun dalam serat kanda, dan Senapati Jin Bun dalam Babad Tanah Jawi. Kata jin bun dalam salah satu dialek Cina berarti "orang kuat". Maka, sang Residen itu menggeledah Kelenteng Sam Po Kong di Semarang dan mengangkut naskah berbahasa Tionghua yang ada disana -- sebagian sudah berusia 400 tahun - sebanyak tiga cikar (pedati yang ditarik lembu).

Arsip Poortman ini dikutip Mangaraja Onggang
Parlindungan yang menulis buku yang juga
kontroversial Tuanku Rao. Slamet Muljana banyak
menyitir buku ini.
Slamet menyimpulkan, Bong Swie Hoo -- yang datang di Jawa tahun 1445 -- sama dengan Sunan Ampel.
Bong Swie Hoo ini menikah dengan Ni Gede Manila yang merupakan anak Gan Eng Cu (mantan kapitan Cina di Manila yang dipindahkan ke Tuban sejak tahun 1423). Dari perkawinan ini lahir Bonang yang kemudian dikenal sebagai Sunan Bonang. Bonang diasuh Sunan Ampel bersama dengan Giri yang kemudian dikenal sebagai Sunan Giri.
Putra Gan Eng Cu yang lain adalah Gan Sie Cang yang menjadi kapitan Cina di Semarang. Tahun 1481, Gan Sie Cang memimpin pembangunan Mesjid Demak dengan tukang-tukang kayu dari galangan kapal Semarang. Tiang penyangga mesjid itu dibangun dengan model konstruksi tiang kapal yang terdiri dari kepingan2 kayu yang tersusun rapi. Tiang itu dianggap lebih kuat menahan angin badai daripada tiang yang
terbuat dari kayu yang utuh.

Akhirnya Slamet menyimpulkan, Sunan Kalijaga yang masa mudanya bernama Raden Said itu tak lain dari Gan Sie Cang. Sedangkan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, menurut Slamet Muljana adalah Toh A Bo, putra Sultan Trenggana (memerintah di Demak tahun 1521-1546).

Sementara itu, Sunan Kudus atau Jafar Sidik yang tak lain dari Jay Tik Siu.
-----------------------------
Pada tahun 1350 M, Rajasanagara (Hayam Wuruk)
sedang aktif-aktifnya menyatukan dan mengembangkan wilayah Nusantara. Di sekitar era yang sama pulalah Dinasti Yuan (Mongol) yang menjajah Cina Daratan sedang sibuk-sibuknya menguasai wilayah Nusantara, dan itu benar-benar menguras tenaga dinasti Yuan. Ini
pulalah tercatat dalam sejarah kita ketika pada
jamang Singosari, Kertanegara didatangi oleh utusan dari Cina (Cina-Mongol / Yuan) yang kemudian dipotongnya telinganya )utusan itu.

Th.1352, Zhu Yuanzhang (bangsa Han) mulai
melakukan pemberontakan terhadap bangsa Yuan.
Pada tahun 1356, ia berhasil merebut kota Nanjing
yang dikemudian hari menjadi ibukota kerajaan dinasti Ming.
Th.1357, mengetahui penarikan-penarikan dari tentara Yuan, Pajajaran Nagara (Perserikatan kerajaan2 yang tak pernah bernaung di bawah Majaraja-Majakerta) menyerbu basis militer Yuan yang ada di kota Gajah (pelabuhan militer di tepi sungai Bengawan Solo), dan kota Modo (gerbang militer basis pertahanan administrasi di kota Yungyang). Penyerbuan tertahan di kota Babad (Jatim). Pelemahan kekuasaan Yuan di Nusantara ini berkorelasi langsung dengan kondisi keruntuhan kekuasaannya di China daratan yang
direbut oleh Dinasti Ming.

Kekuasaan Mongol yang di tahun 1294 mencapai
puncaknya yg wilayahnya membentang dari Eropa Timur, bagian selatan Russia, Iran-Irak (wilayah Persia-Sumeria) hingga ke Timur sampai
semenanjung Korea, termasuk berusaha ke selatan menganeksasi India tetapi tidak berhasil, walau cukup berhasil mengubah kultur Hindu-Buddha di wilayah-wilayah barat India (sekarang Afghanistan, Pakistan). India sendiri terancam pembantaian besar-besaran oleh dinasti Moghul (Mughal). Tentu anda pernah mendengar kisah Syah Jehan. Salah satu dari 7 keajaiban dunia Taj Mahal, itulah salah satu buahnya.

Tetapi pergerakan bangsa Han untuk memerdekakan diri di China Daratan yang meruntuhkan hegemoni Yuan selama ratusan menyebabkan pasukan dari Kubilai Khan (turunan dari Jengis Khan) terpukul secara drastis pada pusatnya. Ini pulalah yg menyebabkan wilayah-wilayah vassalnya di berbagai belahan
dunia juga dipukul oleh gerakan2 kemerdekaan dari berbagai negeri tersebut. Sehingga sisa pasukan dan para panglimanya yang tersebar di berbagai wilayah dunia menjadi lontang-lantung kehilangan tanah pijakan. Inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan mengapa orang-orang Yuan itu berusaha menjadikan Nusantara sebagai basis pasukan selatan (Nan Yang) untuk memukul balik China Daratan (Dinasti Ming) dengan cara-cara perkawinan maupun propaganda hasutan2 membenci bangsa2 musuhnya.

Salah satu cara retaliasi mereka adalah dengan
meruntuhkan kerajaan-kerajaan kecil di sekitar China, termasuk meruntuhkan Majapahit dan Pajajaran, untuk kemudian menjadi penguasa-penguasa daerah untuk MEMBLOKADE jalur perdagangan darat "Jalur Sutera" maupun jalur perairan laut. Ini sungguh menghambat perdagangan China, India dsb, sehingga Kaisar Yung Le mengirimkan armada Ming yg dipimpin
oleh Laksmana Ceng Hoo untuk membersihkan rute-rute perdagangan itu dari gangguan keamanan.

Kondisi ketegangan antara Yuan dan Ming inilah yang mengawali upaya penghasutan kepada rakyat Nusantara untuk membenci etnis Cina (Han), India, Champa, Persia, Bule (barat) yang pada jaman sebelum-sebelumnya sangat harmonis dan terjadi akulturasi budaya melalui perdagangan ataupun perkawinan silang secara natural. Konflik internal dikalangan para Sunan sendiri, semisal Islam abangan dipelopori oleh Sunan Ampel dan yang garis keras (kiblat ke Islam Arab) dipromotori oleh Sunan Giri maupun Raden Samudera yang keturunan putri Blambangan dengan syekh Samudera Pasai (adik Syekh Ibrahim) yang dibuang kakeknya karena menolak diislamkan oleh menantunya itu ke seorang janda Islam kaya di Gresik. Hal ini memunculkan konflik internal di kalangan masyarakat Majapahit sendiri sehingga terjadi pengeroposan kohesi masyarakat, yang akhirnya pecah dalam perang besar (Paregreg) akibat serangan Pangeran Blambangan (Bhre Wirabumi) dari Kraton Timur ke Kraton Barat yang sangat melemahkan kekuatan Majapahit pada masa sesudahnya. Jadi keruntuhan Majapahit adalah akibat diadu-domba dikalangan para bangsawannya sendiri dengan iming-iming tahta, kuasa, harta, wanita yang tentu saja memberi angin 'surga' kepada mereka yang berambisi tinggi.

Topik yang relevan MAJAPAHIT, SEJARAH YANG DI SEMBUNYIKAN

Semoga Indonesia modern dimasa kini dapat memetik hikmah dari pelajaran sejarah ini.

Rahayu!

Note : Bila dirasa bermanfaat, mohon bantu share.
Terimakasih.
------------------------------------------
Note : Prof.Dr.Slamet Muljana memperoleh gelar BA
dari Universitas Gajah Mada 1950 dan MA dari
Universitas Indonesia 1952. Doktor Sejarah dan
Filologi dari Universitas Louvain, Belgia, tahun 1954,
serta menjadi profesor pada Universitas Indonesia
sejak tahun 1958. Selain itu ia juga pernah mengajar
di luar negeri, antara lain, Wolfgang Goethe Universitat
(Frankfurt, Jerman), State University of New York
(Albany, Amerika Serikat), dan Nanyang University of
Singapore (Singapura). Ia menyelidiki thesis yg
dituliskan dalam bukunya itu dikarenakan atas
perintah Presiden RI kita yang pertama, Ir.Soekarno,
untuk menyelidiki kenyataan sejarah Nusantara yang
obyektif diluar segala macam simpang siur
pembiasan politisasi yang terjadi sepanjang jaman.

SEJARAH SINGKAT POLITIK DUNIA

Tapi cobalah simak dengan kecerdasan cukup dari
perubahan2 wilayah geopolitk dari bangsa2 yang
saling bersaing ini.
Perhatikan peta kawasan Eropa dan Timur Tengah
pada kisaran permulaan masehi hingga kini.
Akan terlihat pertarungan kekuasaan antara
kekaisaran2 selama 2 millenia ini. Itu pulalah yang
menyebabkan munculnya politik dengan
menggunakan agama-agama.
Kalau anda jeli tentu paham apa yang saya maksud.
Dan tentu imbas pengaruh langsung maupun tidak
langsungnya kepada penduduk negeri nun jauh di
Nusantara ini.
Sehubungan dengan politik agama, maka bisa saya
tuturkan sebagai berikut :
- Masa sebelum masehi, dimana Yunani (jaman
Alexander the Great) menjajah Israel, maka disitu
pulalah ajaran Judaism mulai masuk ke Yunani dan
kitab2 diterjemahkan ke bahasa Yunani, disebut
Hellenistic Judaism.
Alexander the Great pula yang sampai ke India dan
mempengaruhi Buddhism sehingga membuat patung
Buddha dalam style Greeka.
Sebaliknya, pasukan Alexander the Great pula yang
membawa pemahaman Buddhism sampai ke Yunani
dan Alexandria (Mesir).
- Yunani dikalahkan kekaisaran Romawi, dan Israel jadi
provinsi jajahan Romawi dipimpin oleh Raja-vassal.
Agama asli Romawi adalah MIthraism. Timbul
benturan budaya (krn kepercayaan) antara Romawi
dan Yahudi. Orang yahudi mengadakan gerakan
kemerdekaan yg dilandasi semangat kedatangan
Messiah. Romawi kewalahan krn sudah lama sekali
tidak berhasil menundukkan orang Yahudi. Maka atas
taktik Dinasti Flavius yg saat itu berkuasa di Roma,
diciptakanlah kisah kabar angin bahwa Messiah sudah
datang dengan tujuan agar orang yahudi mau nurut.
Tapi apa boleh buat, yahudi tidak mau percaya.
Akibatnya Temple of Jerusalem dihancurkan pada
67CE oleh Kaisar Titus. Orang yahudi mulai diaspora
ke seluruh bagian dunia.
- Tapi pada masa itu, kekaisaran Romawi mulai surut
kekuasaannya. Kabar2 angin tentang datanya
Messiah itu menjadi gerakan semangat baru di areal
tersebut. Muncul banyak aliran kekristenan (Greeka,
Koptik, Orthodox, Roman, dsb). Yg menjadi terbesar
sekitar abad ke-2 adalah Orthodox Christianity yg
berpusat di Konstantinopel. Maka di atas Temple of
Jerusalem itu didirikan Gereja Byzantium.
Dan percaturan politik antar aliran kristiani sangatlah
sengit. Sampai pada puncaknya yaitu 325 Masehi,
yaitu Konsili Nicea dimana doktrin Trinitas menang.
Saat itulah Yesus dituhankan. Timbul konflik keras
antara Romawi dengan Byzantium.
- Tapi Byzantium terlalu kuat, maka dibuatlah pasukan
dari selatan agar bisa menghantam Byzantium dari
selatan. Diprovokasilah bangsa arab oleh Romawi
sehingga muncul kebangkitan nasionalisme arab,
tentu dengan topeng2 religius sama seperti pola yg
digunakannya di Romawi. Muncullah gerakan Islam.
Disitulah ditanamkan doktrin2 kebencian terhadap
yahudi. Agar dikemudian hari bisa mengejar dan
membunuh yahudi yang sudah tersebar ke seluruh
dunia.
Tujuan Romawi adalah menciptakan pasukan bayaran
agar bisa menghantam Byzantium dan merebut
Jerusalem utk diserahkan kepada Roma.
- Pada saat yg sama dinasti Sassanid dari Persia
berhasil menguasai wilayah Byzantium. Itulah yang
disebut Neo-Persian Empire.
- Rencana Romawi semakin bulat untuk menggunakan
tentara bayaran ciptaan mereka menyerang Persia.
Bangsa Persia menganggap remeh, tapi alangkah
diluar dugaan ternyata dengan cepat bangsa Arab
berhasil menaklukan Persia yg beragama
Zoroatrianism. Darimanakah jumlah pasukan Islam yg
besar itu? Tiada lain adalah dari taktik "maju satu
jengkal konversi atau bunuh" sehingga orang-orang
Persia lebih memilih konversi karena pada dasarnya
ajarannya mirip. Hal ini membuat Romawi terkejut.
Alangkah diluar dugaan ternyata kekuatan baru arab
ini sangat cepat menjadi besar dan tidak mau tunduk
pada tuannya. Kekuasaan mereka semakin besar
bahka mengancam hegemoni Romawi yang pernah
menjadi kekuatan Adi Daya di wilayah tersebut.
Bangsa underdog terpencil yg tak diperhitungkan tiba-
tiba bisa menaklukan Persia.
- Wilayah tersebut dikuasai oleh pasukan Islam.
Akibatnya menghambat jalur perdagangan orang-
orang Eropa. Pada khususnya, orang2 kristiani Eropa
yang hendak ziarah ke Jerusalem sering dirampok
oleh orang-orang arab. Oleh karena itu dibentuklah
pasukan dari Ordo Templar. Ini berlanjut hingga
terkenal sebagai perang salib.
- Pada saat itu, Mongol yg sedang jaya2nya hendak
menguasai dunia di bawah Jengis Khan, melihat
bahwa strategi islam ini sangat efektif. Maka jadilah
bangsa Mongol satu2nya bangsa yang secara
SUKARELA masuk islam.
Dengan keperkasaan di pasukan fisik dan strategi
religiusnya yg baru ini, maka Mongol sempat
menguasai daerah dari Asia tengah hingga Eropa
Timur.
- Penguasaan Mongol di perairan asia tenggara
khususnya di Nusantara ini bertujuan memutus jalur
perdagangan antara negeri-negeri timur (China,
Jepang, dsb) dengan daerah asia barat. Oleh karena
itu Kekaisaran China mengirimkan utusan dan
pasukan beberapa kali ke Nusantara seperti tercatat
dalam sejarah Singosari, dan Majapahit.
- Kemunduran kekaisaran Mongol karena berhasil
dikalahkan di pusat kekuasaannya yaitu di daratan
China manakala dinasti Ming berhasil
mengalahkannya dan mengusirnya.
Pasukan Mongol yang berkeliaran ini kehilangan
teritori kekuasaan, sehingga berusaha menyusun
kekuatan kembali untuk menghantam China daratan.
Disinilah ia masuk ke Nusantara utk membangun
pasukan selatan itu. Dihasutlah penduduk Nusantara
utk masuk ke pihaknya serta menanamkan doktrin
kebencian kepada golongan China yg sebetulnya
sudah eksis dari semenjak jaman Sebelum Masehi di
Nusantara.
Baca buku Prof.Dr.Slamet Muljana, seorang guru
besar sejarah UI yg meneliti itu untuk disertasinya.
Dituliskan dalam format buku umum berjudul :
"RUNTUHNYA KERAJAAN HINDU-JAWA DAN
TIMBULNYA NEGARA-NEGARA ISLAM DI
NUSANTARA"
- Sampai akhirnya kekaisaran Ottoman Turki yang
wilayahnya dari Eropa timur hingga afrika utara. Pada
perang dunia I, Turki kalah perang dengan tentara
sekutu. Wilayah kekuasaan jajahannya diambil oleh
sekutu dan kemudian dibagi-bagi. Inilah yg terkenal
dengan Perjanjian Balfour 1917, dimana wilayah tak
bertuan Palestina dibagi menjadi 2 areal : sebelah
timur utk orang yahudi, sebelah barat utk orang arab
(yg sekarang bernama Jordan).

Kamis, 02 Februari 2017

BE YOUR OWN LIGHT ( JADILAH CAHAYA BAGI DIRIMU SENDIRI )

Danz Suchamda
BE YOUR OWN LIGHT
(JADILAH CAHAYA BAGI DIRIMU SENDIRI)
Sebetulnya, bila ingin menuliskan lengkapnya adalah
begini "Be your own light to yourself to find
humbleness". "Jadilah cahaya bagi dirimu sendiri
untuk menemukan kerendahan hati".
Saya rasa, semua agama / ajaran spiritual pada
umumnya akan setuju bahwa kerendahan-hati
(bedakan dengan rendah-diri yg artinya minder),
adalah suatu jalan untuk mencapai keberhasilan
spiritualitas. Tapi sayangnya yang terjadi justru
sebaliknya. Nah, tulisan saya kali ini hendak
membedah persoalan ini.
Seperti kita ketahui bahwa pada umumnya ajaran2
rohani selalu menekankan pentingnya kerendah-hatian
. Karena kerendah-hatian adalah suatu sikap
mengalahkan ego. Dimana ego selalu adalah sentral /
sumber-permasalahan dari segala macam problema
yg dibicarakan dalam spiritualitas. Dan ego itu
mendapat nama / istilah khusus dalam alkitab yaitu
Setan (HaSatan). Akan tetapi sayangnya yang banyak
terjadi adalah suatu peniruan mekanis atau upaya diri
untuk menjadi rendah hati. Dengan kata lain ,
mengeraskan ego untuk mengalahkan ego. Tentu saja
ini adalah hal yang musykil, bagaikan anjing yang lari
berputar-putar untuk menggigit ekornya sendiri. Suatu
hal yang tidak mungkin akan berhasil. Oleh karena itu,
kepada para pemula digunakan 'jembatan keledai'
berupa obyek (sosok) diluar dirinya yang disebut
"Tuhan" ataupun "Dewa" dsb. Dengan cara itu, maka
ego si praktisi diarahkan untuk diletakkan dibawah
suatu stratum yg ditinggikan di atas dirinya.
Sayangnya, banyak yang melakukan itu dengan buta.
Artinya, tidak memahami bagaimana gerak-gerik /
lipatan batin yg sesungguhnya terjadi di dalam proses
penundukan ego tersebut. Walhasil, seseorang
mengandalkan cahaya dari orang lain untuk
menunjukkan kepadanya dimana tempat yg rendah
itu. Karena kebutaannya maka ia tidak tahu bahwa
tempat yg "rendah" itu adalah tinggi (maklum buta).
Dan orang yg anda andalkan untuk memberitahu anda
itu PUN melakukan hal yg sama melalui pengandalan
pada generasi2 yg sebelumnya....yg bila ditarik
alurnya akan bersumber dari si tokoh pertama sentral
dari agama / ajaran spiritualitas itu.
Andaikata, proses pencelikan mata itu terjadi secara
generasi ke generasi tanpa terputuskan maka tidak
akan terjadi kebutaan itu. Karena setiap generasi pasti
ada yang menjadi "mata" bagi angkatannya. Akan
tetapi proses sejarah yg kompleks, seringkali
menjadikan estafet tersebut terputus. Walhasil, yg
terjadi adalah fenomena orang buta menuntun orang
buta, walaupun semuanya selalu berteriak
"Cahaya...cahaya...."
Semua berteriak jargon "merendahkan diri", "berserah",
"tawakal", "ikhlas", dsb tapi pada dasarnya hanyalah
slogan kosong. Ketika ditegur kawannya bahwa kursi
yang didudukinya itu terlalu tinggi maka ia segera
marah dan mengatakan bahwa tempatnya adalah
paling rendah. Jadi sebuah ironi "kerendahan yang
tinggi-hati". Itulah yg terjadi!
Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah yang
rendah dan apakah yang tinggi, seseorang harus
melihatnya langsung melalui mata batinnya yang
sudah dicelikkan (disembuhkan dari kebutaannya).
Dengan melihat, ia tidak perlu berteori. Ia dapat
menilai sendiri secara otomatis tanpa perlu petunjuk
dari orang lain / buku. Seperti anda melihat buah jeruk
sekejap saja, tentu jauh lebih paham daripada
bervolume2 buku penjelasan tentang jeruk tanpa
pernah melihatnya. Itulah yang saya maksudkan
sebagai "Jadilah cahaya bagi dirimu sendiri". Yang
mana artinya adalah direct understanding
(pemahaman langsung) tentang segala fenomena
(Note : fenomena = dharma (sanskrit); non-
phenomena = adharma).
Tetapi saya tahu, beberapa di antara saudara pasti
protes dengan menuduh saya bahwa statement itu
berarti menuhankan diri atau bahkan
"atheis" (pandangan tiadanya Tuhan). Tunggu dulu!
Bagi seorang buta, maka apa yg disebut sebagai
"Tuhan" itu tiada lain hanyalah bayangan mental
intelektualnya sendiri. Tapi bukan Tuhan pada dirnya
sendiri (God as it is). Kebutaannya menghalanginya
untuk mendapatkan pemahaman langsung (jnana). Di
Islam kebutaan ini disebut 'hijab' atau tirai. Di sufism
disebut sebagai 'dinding jalal'. Tentu adalah absurd
untuk memerintahkan orang buta dapat melihat.
Sementara perintah itu tertulis turun temurun dalam
kitab sucinya. Sehingga pada akibatnya, yang terjadi
adalah seseorang hanya mendengar dari apa yg
dikatakan oleh pihak lain tentang melihat. Dan
kebutaannya menyebabkan dia beranggapan telah
melihat (padahal cuman mendengar dari pihak lain).
Oleh karena itu, sistem keorganisasian yg bersifat
hirarki. Menempatkan satu orang diatas orang lain
DALAM URUSANNYA DENGAN TUHAN (ini banyak yg
kepleset juga, lalu menuntut sama rasa sama rata.
Komunis donk?). Dimana pihak Ulama dianggap lebih
berhak mendikte apa yg dilakukan oleh orang di
bawahnya. Ini sendiri adalah hal yang dikritik oleh
semangat Alkitab (Bible) maupun ajaran2 yg bersifat
Dharmic (jangan bandingkan dengan kenyataannya di
lapangan yg tentu sudah mengalami dekadensi).
Tuhan hanya satu bagi seluruh bangsa. Dan tiap-tiap
insan manusia harus memiliki hubungan pribadinya
masing2 dengan Tuhannya langsung. Tanpa
perantara. Tidak melalui imam ataupun ulama. Imam
atau ulama hanyalah perangkat keorganisasian
duniawi, tapi tidak berhak mendikte kata hati orang.
Jadi dengan kata lain,....ideal ketauhidan (Echad /
ESA) barulah bisa tercapai apabila MASING-MASING
ORANG MAU MENJADI CAHAYA BAGI DIRINYA
SENDIRI. Yaitu manakala tiap hati mau mendengar /
melihat / membaca (Iqra) realitas yang digelar Tuhan
dihadapannya langsung. Kitab hanya sebagai alat
pandu, tapi GURUNYA adalah TUHAN LANGSUNG ke
HATI dan PIKIRANMU. Hubungan langung bahasa
Ibraninya adalah "Yashar". Dan Tuhan dalam bahasa
Ibraninya adalah "El". Maka setiap insan yang memiliki
hubungan langsung dengan Tuhannya dapat disebut
YasharEl atau lebih umum disebut YishraEl atau
Israel. Jadi, Israel bukanlah sekedar nama suku yg
tinggal di suatu wilayah Mediteran sana, melainkan
sebutan bagi kaum (dari bangsa-bangsa apa pun) yg
memiliki hubungan langsung dengan Tuhan!
Disinilah suatu kelucuan terjadi...banyak yg
menanyakan persoalan ini di inbox yg mengeherankan
mengapa banyak kemiripan atau minimal kesearahan
antara Kawruh Jawa dan ajaran Israel? Ada yg
menanyakan apakah zaman dulu terjadi migrasi dari
sana ke sini (atau sini ke sana)? Saya belum
menyelidiki karena pemuasan intelekutal semata
semacam itu sangat kecil manfaatnya. Tetapi melalui
penjelasan di atas tentu anda sudah bisa
menyimpulkan jawabannya : kesamaan / kemiripannya
jelas terjadi karena SAMA-SAMA MENEMPUH
HUBUNGAN LANGSUNG KE TUHAN! Yang kalau di
Nusantara ini rumusannya terungkap dalam istilah
BHINNEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DHARMA
MANGRWA , yang kemudian di masa pasca
kemerdekaan NKRI dirumuskan dalam semangat
PANTJA SILA !
Demikian juga anda akan menemukan kesamaan
kemiripan pada tradisi2 di berbagai belahan bumi yg
lainnya! Fenomena (Dharma) itu dimana-mana sama.
Dari beberapa ratus ribu tahun yang lama, manusia
Homo Sapiens ini masih tetap menempati bumi yg
sama....live in one reality called EARTH ! (Entah kalau
ada dharma dari planet Klingon dimana kuda
makannya besi...haha)
Akan tetapi, bagi yang masih setengah matang atau
buram-buram belum mendapat keahlian langsung
untuk merealisasi hal ini secara langsung, maka
pengaruh akal pikiran (konsep) akan selalu menjadi
pengotor (pollutant) / pengganggu (distractor)
sehingga disini diperlukanlah suatu peran senioritas.
Disinilah sebenarnya letak dan peran mengapa para
Imam dan Ulama itu ada : kematangan hasi
realisasinya yg dibutuhkan. Dimana juga berfungsi
sebagai buffer, stabilisator dan pemersatu para
praktisi lain yg lebih yunior sekaligus intermediator
kepada kelompok diluarnya.
Meskipun demikian, melalui hubungan langsung
dengan Tuhan, maka sikap reflektif dan introspektif ini
akan memampukannya untuk --setidaknya secara
konseptual-- meraba-raba apa yang sejati dan apa
yang palsu. Termasuk apa 'kerendahan' maupun
'ketinggian' yang nyata. Dengan bekal sikap
introspektif dan kerendahan hati ini maka otomatis
akan tercipta suatu kemenyatuan (cohesiveness) yang
mengarah pada Unity. Jadi tanpa peran Imam secara
formal pun dalam setiap situasi sosial yang terdiri dari
beberapa orang yg berbeda-beda pun otomatis akan
bisa membentuk suatu kemenyatuannya
(cohesiveness) nya sendiri. Dan ini adalah dinamika
pengajaran Tuhan secara langsung dari DiaNya
sendiri.
Ini adalah posisi TENGAH antara ekstrim
individualisme dan ekstrim komunalisme.
Posisi TENGAH antara ekstrim kebebasan dan ekstrim
kekakuan hukum.
Posisi TENGAH antara ekstrim eternalisme dan
ekstrim nihilisme.
Oleh karena itu, kita bisa melihat mengapa bangsa
Israel sangat menghargai kebebasan individu tetapi
tetap kohesif sebagai sebuah kelompok yang sukses
melestarikan jatidiri leluhurnya dengan tetap mampu
mengadaptasikannya dengan kekinian modernitas.
Tetap cerah ceria tetapi tidak kebablasan. Tetap
penuh kasih dan nurture tetapi tidak menjadi lemah.
Tulus tapi tidak dungu (cerdik)......Walau tentu Sang
Penghasut (Setan) selalu berupaya untuk
menjatuhkan manusia sehingga menjadi batu
sandungan bagi yang lainnya. Maka jangan heran bila
pernyataan-pernyataan indah diatas selalu tidak
pernah ideal. Cacat-cela itu selalu akan ada selama
manusia belum menjadi utuh (integritas). Dan PUN
harus diingat bahwa bukan kecacatan yg harus
dihindari (secara paksaan / artifisial), melainkan suatu
keniscayaan sebuah proses pembentukan dari Sang
Illahi sendiri....untuk ku dan untuk mu belajar.
Semua yang saya jelaskan disini , sebetulnya
terangkum dalam syahadat ini :
SHEMA ISRAEL, ADONAI ELOHEINU, ADONAI ECHAD.
Terjemahan bebasnya gini :
SHEMA ISRAEL
Simak (Iqro) hai engkau yang memiliki hubungan
langsung dengan Tuhan
ADONAI ELOHEINU
Kata 'Adonai' digunakan untuk melisankan kata
'YHVH' yg tidak boleh disebut (maka ada perintah
"Jangan sebut nama Tuhanmu dengan sembarangan).
Kadang tidak digunakan kata 'Adonai', melainkan
'Hashem' (The Name) khususnya dari para yahudi yg
berasal dari negara2 tetangga timur tengah. 'Elohim"
juga nama Tuhan.
Jadi apa bedanya?
YHVH adalah transenden. Elohim adalah HaOlam ,
yang imanen.
Jadi ADONAI ELOHEINU artinya 'Yang Transende dan
Yang Imanen"...."Yang melampaui segala sesuatu
tetapi juga sekaligus hadir disini kini".
ADONAI ECHAD
'Adonai' spt penjelasan di atas
ECHAD itu artinya Maha Esa.
Dan manakala SETIAP orang dapat melihat secara
langsung, tahu tanpa berteori, menilai tanpa perlu
petunjuk orang lain / buku; maka itu adalah kondisi
yang ada pada Yerusalem Baru (New Jerusalem).
Yerusalem berasal dari bahasa Ugaritic : Ursalimmu
kemudian secara Greeka disebut Hiero Soluma. Hiero
artinya sacred dan Soluma (Shalom) artinya utuh /
whole / tamim. (Wahyu 21:1-7)
21 :11 Jerusalem turun dari langit // Apakah yang
dimaksud turun dari langit? Itulah yang kukatakan
padamu.
21:15 Tongkat pengukur. // Apakah tongkat pengukur
itu? Itulah yang kukatakan padamu.
21: 24 Dan tiap bangsa akan berjalan dalam
cahanaya // Apa maksudnya cahanya? Setiap bangsa?
21: 25 Dan pintu2 gerbangnya tidak akan ditutup.
Tidak ada lagi malam. // Semua bisa mengakses
kapan saja. Tidak ada lagi kegelapan batin.
22:5 Dan malam tidak ada lagi disana, dan mereka
tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya
matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi
mereka // Itulah yang kukatakan bahwa setiap orang
akan diterangi oleh cahaya Intelligence (Budhi) yang
telah menjadi terang dalam dirinya masing-masing
menjadi penuntun hidup masing2. Tidak perlu lagi
bantuan orang lain dan kitab (lampu dan matahari).
Persoalan memahami Revelasi ini adalah manakala
"ITU" dimatikan dalam sebuah sosok individu. Yang
akhirnya selalu menjadikan mencari diluaran. Menatap
langit dengan mata daging untuk menanti-nanti. Gagal
paham untuk mencari dengan mata batin menghadap
ke langit dalam. Gagal paham karena
"YHSh" (HaMoshiach) dalam PL dikooptasi secara
maknawiahnya. Jadi disini saya bicara Original
Messiach, bukan the simulacra ataupun the
simulation of Messiah.
Bagaiman caranya merealisasikan semua itu?
Self Inquiry. Mengenal diri. Mengenal diri bukan
berarti diri ini sebagai batu penjurunya, tapi mengenali
diri untuk mengenali yang palsu. Dengan demikian
melampaui. Saya maklum kalau dari kamus ego, kata
mengenali ini berhubungan dengan kata menguasai /
mendapat keuntungan. Seperti mengenali seorang
perempuan yg ditaksir artinya si ego ingin
memilikinya. Tetapi KASIH tidaklah seperti itu, karena
Kasih yg sejati mengenali untuk melampaui yg palsu
menggapai yg sejati 'dibelakang'nya (kualitas yg tak
terlihat). Maka dikatakan tidak ada pernah ada Kasih
yang terpisah (dipisahkan) dengan WISDOM (hikmat).
Dan bagaimana mencapai WISDOM? Tiada lain adalah
melalui mengenali sifat / nature dari batin itu sendiri
(khususnya pikiran), yg tiada lain hanya bisa diakses
langsung melalui : MEDITASI !
Melalui meditasi engkau akan mengenali siapa yang
selalu mengetuk-ketuk pintu hatimu melalui
kegalauan, kecemasan, kebimbangan, dsb. Siapa
yang terkadang memenuhi hati dan pikiranmu dengan
kepenuhan air kehidupan yang terang dan sejuk?
Carilah maka kau akan menemukan. Ketuklah maka
pintu akan dibukakan. Itulah artinya menjadi cahaya
bagi dirimu sendiri. Cahaya itu bukan kamu, tetapi
yang menyinari kamu. Menjadikan kamu hidup,
mampu mengenali rasa, pikir dan segala sesuatunya.
Kalau kalian tidak memiliki pengertian iman yang
paling mendasar ini...entahlah saya tidak tahu harus
berkata apa lagi.
Begitulah cukup yg perlu saya sampaikan dalam tema ini.
"Caesar Ibe : Tanpa agama pun, seseorang bisa yg
mengengenal TUHAN !!!
"Danz Suchamda : Inilah yg sesungguhnya. Tapi
manusia memang bebal, selalu mengulangi kesalahan
yg sama berkali-kali sepanjang zaman.
Mungkin akan ada yg membantah, "Ohh tidak betul
itu, zaman waktu itu juga ada Sanhedrin...dst dst".
Benar.
Tapi kita manusia selalu hanya mampu meniru
cangkang luarnya saja. Tidak memahami esensi
makna hakikatnya.
Institusi memang diperlukan.
Diperlukan untuk apa?
- untuk mengorganisir agar orang bisa belajar /
melatih diri secara optimal.
- mewadahi agar orang bisa saling asih-asah-asuh.
Tahu kepada siapa kalau hendak menimbah
pengetahuan / tauladan.
- mempreservasi (melestarikan) aset2 yg dalam bentu
material maupun non-material (budaya, oral teaching,
dsb).
Tetapi, semua itu hanyalah PRASARANA.
Seringkali manusia terjatuh menjadikan institusi itu
TUJUAN. Itu artinya pemberhalaan. Penyekutuan sang
Khalik dengan yg bukan, karena sudah memutakkan
yang tidak mutlak.
Kedua,
Apakah struktur penempatan personel2nya sudah
memenuhi persyaratan : bahwa yang diatas adalah
yang lebih bijak dan tercerahkan batinnya? Tanpa itu
hanya akan terjadi fenomena si buta menuntun oang
buta.
Ketiga,
Apakah institusi itu menjadi penghalang , atau
mewakili, atau mengkooptasi bahkan memanipulasi
hati nurani masing-masing insan yang mendapat
pengajaran langsung dari Tuhannya?
Ilustrasi visualisasi dengan simbolisme
"PENGGEMBALAAN" itu sudah tepat. Karena
menggembalakan artinya berbeda dengan
mengandangi atau merantai atau membelenggu!
Dalam penggembalaan tidak ada pemaksaan,
ancaman, penakut2an apalagi kekerasan (fisik,
verbal, maupun psikologis/sosiologis).
Penggembalaan artinya hanya memantau dan
memperhatikan dari kejauhan dengan sikap sigap
untuk segera MENOLONG jika diperlukan oleh domba-
domba yang dibiarkan bebas di ladang kehidupan
untuk mencari / memilih makanannya sendiri. Domba-
domba itu akan belajar dari pengalamannya sendiri
melalui cahaya Hidup yang ada di dalamnya.
Keempat,
Seorang penggembala yang baik tentu akan bertemu
dengan penggembala2 lainnya di padang yg luas.
Manakala ia melihat seekor domba gembala lain yang
terjatuh ke dalam juram sempit diluar sepengetahuan
penggembalanya, maka ia tak segan menolongnya
keluar dari jepitan batu. Tetapi ia akan
membiarkannya kembali ke kawanannya, bukan
membawanya pulang ke kandang menjadi miliknya
sendiri. Itu namanya mencuri!
Rahayu!

MENCAPAI KESEMPURNAAN ?

MENCAPAI KESEMPURNAAN ?
Manusia dari berbagai macam komunitas merayakan
hari besar tokoh kesempurnaannya.
Buddha mencapai kesempurnaan.
Kwan Im mencapai kesempurnaan.
Arjuna mencapai kesempurnaan.
Muhammad manusia sempurna.
Yesus, kesempurnaan yang menjadi manusia
Rama Krishna, Radoswami, ...dst.
Masalahnya, apakah kita sekarang sadar bahwa ideal-
ideal kesempurnaan itu justru yang menjadi akar
penyebab munculnya segala macam permasalahan
cacat-cela di dunia kita saat ini???
Ketahuilah,...bahwa sebuah peniruan pencapaian
kesempurnaan akan selalu berakhir menjadi suatu
kejahatan, kekejian, cacat cela yang luar biasa
sempurna tersembunyi tertutupi. Pure Evil. Dosa yang
mencapai kesempurnaaannya! Perfectionism, Self-
righteousness, Truism, Justice, dsb adalah akar dari
kekerasan, kekejaman-kekejaman para tiran yang
telah menghiasi dunia dengan cucuran darah korban
yang tumpah membasahi lembaran sejarah
kemanusiaan.
Kesempurnaan bukanlah dicapai dengan jalan
BERUSAHA menjadi sempurna, melainkan dengan
mampu menerima segala sesuatu sebagai-mana
adanya : kecacat-celaan kita, kelemahan, kegagalan,
kemarahan, kecemburuan, sakit hati dsb segala
macam seluk-beluk derita dan keluh kesah diri kita
sebagai individu manusia dalam hubungannya dengan
manusia-manusia lain.
Tidak ada kesempurnaan di dunia ini. Segala
sesuatunya adalah ilusi. Bagaimana mungkin
mencapai kesempurnaan dari ilusi? Yang anda
temukan pada akhirnya hanyalah kesempurnaan-de
lusional. Karena sudah menjadi kodrat bahwa apa
yang ada di alam bawah (Under World) ini hanyalah
sebuah bayangan atau ilusi yang pecah, yang tidak
sempurna dari pola-pola yang ada di alam atas (Upper
World). Maka manakala kita sebagai darah dan
daging atau sebagai mahluk di dunia alam bawah
yang material ini memaksakan diri untuk mencapai
kesempurnaan, maka hasilnya adalah bencana.
Karena kesempurnaan bukanlah suatu yang material di
dunia bawah ini, melainkan UNDERSTANDING
terhadap apa yang terjadi sebagai manifestasi
ketidaksempurnaan dari apa yang sempurna di Alam
Atas. Jadi dengan kata lain, janganlah mengejar
kesempurnaan, melainkan pahamilah
ketidaksempurnaan di dunia bawah ini sebagai
sebuah kesempurnaan sistem yang lebih tinggi. Bila
anda bisa menembusi itu, maka dikatakan anda
mencapai "kesempurnaan". Tokoh-tokoh yang saya
sebutkan di atas bukan mendunia dengan
kesempurnaan dalam anggapan kalian, mereka
menjadi sempurna karena penembusan BATIN-nya.
Karena dengan penembusan itu, anda akan terbebas
dari dera ketidakpuasan di alam bawah ini. Dengan
demikian, manusia dapat belajar untuk hidup secara
bersama harmonis dalam ketidak-sempurnaannya
masing-masing untuk saling mengisi dan melengkapi.
Mulai mampu untuk menata ketidak-sempurnaan
yang ada di alam bawah ini dengan pendekatan-pend
ekatan yang bijak dan welas asih sesuai dengan sikon
dan tuntutan zamannya. Mampu untuk memberikan
pengarahan dan pemahaman sesuai kemampuan dari
rombongan masyarakatnya untuk memahami dan
menerapkan...secara tidak sempurna....sebagai batu
pijakan ke tahapan yang berikutnya. Setahap demi
setahap menuju tatanan yang lebih mulia tanpa
mengorbankan / meninggalkan seorang/sebuah pihak
pun (step by step toward Higher Order without
abandoning someone left behind). Dengan kata lain,
selama jiwamu bertumbuh untuk memahami
kehidupan
...selama jiwamu tidak menyerah menghadapi
hidup....
...selama jiwamu senantiasa belajar untuk
mengasihi...
...selama jiwamu mampu bangun lagi setelah jatuh...
...selama jiwamu bisa menemukan hikmah di dalam
setiap kemelut...
...selama jiwamu tetap tenang berimbang dalam
ombang-ambing gelombang samudera kehidupan...
... selama jiwamu mampu menemukan kejernihan
dalam tiap kekeruhan...
... selama jiwamu mampu melihat pengajaran-Nya
dalam setiap musibah...
... selama jiwamu mampu mengalahkan keinginan /
kepentingan dirimu sendiri,
... selama dirimu mampu merasa berimbang di
tempat yang goyah... lapang di tempat yang
sempit....ringan di tempat yang berat.... merasa
mantab di tempat yang rendah....kemuliaan dalam
kegagalan....tetap dihormati dalam kekalahan....ke
sederhanaan dalam kerumitan,
...artinya anda sudah satu langkah berjalan menuju
kesempurnaan itu.
Karena realisasi hal-hal di atas baru akan terjadi bila
batin telah menembus. Maka dikatakan sebuah
pengertian yang menembus lebih berharga dari hapal
ribuan kalimat.
Just be (Its fruit is wisdom)
Aware (Its fruit is knowledge)
...and feel BLISS anytime anywhere.
=Sat-Chit-Ananda=
and KNOW....
I AM THAT ! (Tat Twam Asi)
I AM WHO I AM ! ( YHVH ; Ehyeh asher ehyeh)
Ingsun iku urip sejati, sejatining urip ya iku Ingsun.
Dan resepnya
sudah pernah saya tuliskan : skeptisisme sehat = tidak
100% percaya dan tidak 100% tidak percaya. Terus
menyelidik. Secara lieteratur, lapangan dan laku
praktek. Pisahkan fact dan opinion. Pisahkan
fraudulent opinion dan posiible opinion. Always keep
open mind.
Itulah maka target akhir saya bukankah nyembah A
atau nyembah B. Bukan pula kasih, keadilan atau pun
bahkan "pencerahan" (personal emancipation).
Melainkan INTEGRITAS, TAMIM. Apa bahasa arabnya
kalau bukan TAUHID?
Nur Jagad
Hanya butuh 1 langkah lagi saja manusia dpt melihat
realitas permukaan.
Krana pada dasarnya manusia pandai utk menilai org
lain atau ajaran agama lain ... sangat pandai malah.
Contoh org yg beragama islam sangat pandai melihat/
menilai ajaran kristen ... bgt juga org yg beragama
kristen sangat pandai melihat/menilai ajaran islam.
Semua celah kekurangan/penyimpangan mereka
sangat ahli mengkritiki.
Nah cobalah melangkah 1 langkah lagi utk melihat/
menilai ajaran agama sendiri dan menilai diri.
Disini akan keliatan mana yg bisa belajar dan
menggarap utk melihat realitas.
Sulit? Tidak juga ... hanya butuh mencari kedalam dan
di renungkan saja.
Rahayu !

MANUSIA INDONESIA

SARLITO W SARWONO
Salah satu tulisan yang cukup menohok mengenai
manusia Indonesia ini adalah tulisan Prof. Sarlito
Wirawan Sarwono, Guru Besar Psikologi Universitas
Indonesia. Begini tulisan dan penelaahannya:
Beberapa waktu yang lalu, ketika melintasi jalan
Kapten Tendean, Jakarta, yang sedang direnovasi,
saya terkejut ketika melihat salah satu backhoe (alat
berat penggali tanah) bermerek “Samsung” (Korea),
karena selama ini yang saya ketahui Samsung adalah
produser HP, smart phone, gadget dan barang-barang
elektronik, yang sudah jauh menggusur posisi Sonny
dan Nokia (Jepang), tetapi bukan produsen alat-alat
berat. Tetapi bukan itu saja, di Indonesia para Korea
ini sudah mulai menggusur Jepang di bidang kuliner
(Resto Korea versus Resto Jepang), budaya pop (K-
pop, Gangnam style, Boys band, Sinetron Korea dll),
dan otomotif (“H” dari Hyundai versus “H” dari Honda)
. Padahal Korea pernah “dijajah” Jepang (1876-1945)
dan orang Korea punya dendam kesumat kepada
orang Jepang. Tetapi dendam itu tidak dibalaskan
dengan perang lagi atau agresi politik, melainkan
dengan kerja keras yang menghasilkan prestasi di
bidang teknologi, ekonomi dan budaya. Dalam waktu
70 tahun kita sama-sama melihat hasilnya.
Indonesia juga pernah dijajah Jepang, tidak lama,
hanya 3,5 tahun, tetapi rakyat sangat menderita
selama masa penjajahan yang singkat itu. Anehnya,
walaupun akhirnya Jepang kalah Perang Dunia II dan
Jepang diwajibkan membayar pampasan perang
kepada Indonesia, setelah 70 tahun Indonesia tidak
berhasil mengimbangi Jepang hampir di segala
bidang. Malah di tahun 1974 terjadi peristiwa Malari
(15 Januari), saat mahasiswa dan massa membakari
mobil-mobil bermerk Jepang. Orang Indonesia
bukannya bekerja lebih giat untuk menyaingi Jepang,
tetapi menyalahkan dan menyerang si pesaing. Dalam
psikologi mentalitas seperti ini disebut “ekstra-punitif
” (menghakimi pihak lain) yang bersumber pada
“pusat kendali eksternal” (external locus of control).
Menurut teori Pusat Kendali (locus of control: J.B.
Rotter, 1954), ada dua macam tipe manusia, yaitu
yang Pusat Kendalinya Internal dan Eksternal. Orang
dengan Pusat Kendali Internal (PKI) percaya bahwa
dirinya sendirilah yang menentukan apa yang akan
terjadi dengan dirinya, bahkan lingkungan di sekitarnya
pun bisa dia kendalikan sesuai dengan kebutuhannya.
Sedangkan orang dengan Pusat Kendali Eksternal
(PKE) jika terjadi sesuatu, cenderung menyalahkan
pihak lain, bukannya mengoreksi diri sendiri.
Sebagian besar orang Indonesia, menurut hemat saya,
tergolong PKE. Bukan hanya dalam kasus Malari,
tetapi hampir pada setiap peristiwa sehari-hari. Kalau
dalam Pilkada ada calon Bupati/Walikota yang
dinyatakan gugur karena tidak memenuhi persyaratan
maka kantor KPU-nya dibakar. Kalau kebanjiran
menyalahkan pemerintah, kalau kekeringan minta
bantuan pemerintah. Si pemerintah juga lebih senang
menyalahkan alam yang tidak bersahabat. Bahkan
ketika perekonomian nasional mengalami
perlambatan seperti sekarang ini, para menteri di
pemerintah pusat lebih senang menyalahkan faktor-
faktor luar negeri (menggiatnya perekonomian dan
kenaikan suku bunga di AS dll), ketimbang
merekayasa perekonomian dalam negeri untuk
mendongkrak laju perekonomian nasional.
Pengendara motor yang melawan arus, ketika
ditangkap polisi, akan membantah, “Loh, tiap hari
saya liwat sini. Ada polisi, tetapi tidak pernah diapa-
apakan. Kok sekarang saya mau ditilang?”
Salah satu dampak dari sifat bangsa Indonesia yang
KPE ini adalah mencari jalan pintas. Tidak punya
ijasah, ya beli ijasah Aspal saja. Mau menang Pilkada,
beli suara. Mau main di pengadilan beli hakimnya.
Kalau tidak bisa dibeli, liwat kekerasan. Termasuk
Tuhan pun dijadikan faktor yang dijadikan sarana
untuk mencapai sesuatu. Ingin lulus Ujian Nasional,
sholat Istigozah rame-rame. Demo anti kenaikan
harga BBM, teriak “Allahu Akbar”. Tetapi karena
Tuhan tidak bisa dibeli, maka yang menikmati (yang
terima duit) adalah para pemain di balik agama,
termasuk para da’i komersial (yang sering masuk TV
dan honor tausyiahnya 10 kali lipat dari ceramah
profesor), Biro perjalanan haji dan Umroh, dan para
pemain politik yang menggunakan agama sebagai
kendaraannya.
Akhir-akhir ini bahkan makin kuat kecenderungan
untuk lebih menuhankan agama ketimbang
menuhankan Tuhan (Allah) itu sendiri. Agama sudah
dianggap jauh lebih penting dari pada negara,
pemerintah, bendera dan lagu kebangsaan,
kewarganegaraan, dsb. Kalau Kartosuwiryo yang
memproklamasikan NII (Negara Islam Indonesia) di
tahun 1949 (isterinya tidak berjilbab), masih mencita-
citakan sebuah negara yang bernama Indonesia, JI
(Jamaah Islamiah) dan ISIS (Islamic State of Iraq and
Syria) tidak lagi mempersoalkan wilayah, dia maunya
seluruh dunia adalah daulah Islamiah, yang dipimpin
oleh seorang Amir atau Khalifah saja. Berita mutakhir,
ISIS telah mengeksekusi 19 perempuan yang menolak
bersetubuh dengan para pejuangnya, atas nama
agama, atas nama daullah Islamiah. Padahal Allah
sendiri tidak pernah mengatakan begitu. Bukankah ini
menuhankan agama lebih dari pada menuhankan
Allah itu sendiri? Apa namanya kalau bukan musyrik?
Dampak yang serius dari mentalitas PKE adalah orang
jadi malas kerja. Orang PKE yang tidak berorientasi
agama memilih hidup hedonis, mumpung muda hura-
hura, tua foya-foya, mati masuk alam baka (surga
atau neraka? Emang gue pikirin?). Mereka terlibat
Narkoba, seks berisiko, kenakalan dan kriminal untuk
memenuhi kebutuhuan hedonisnya. Sementara PKE
yang orientasinya agama lebih rajin berdoa (rukun
Islam tidak pernah terlambat, termasauk berumuroh
berkali-kali), tetapi tetap enggan bekerja serius.
Bahkan mereka pikir tidak apa-apa sedikit bermaksiat
juga, karena mereka pasti sudah diberi pahala dan
ampun oleh Allah yang Maha Pengampun, karena
ibadah mereka sudah berpuasa yang pahalanya lebih
dari seribu bulan dan sudah sholat Arbain di Medinah,
yang pahalanya entah berapa juta kali lipat
dibandingkan shalat di masjid lain. Itulah sebabnya
Indonesia tidak pernah lepas dari korupsi dan maksiat,
walaupun mayoritas penduduknya adalah muslim
terbanyak di dunia. Itulah sebabnya Indonesia tidak
pernah lepas dari STMJ (Sholat Terus, Maksiat Jalan).
Padahal Indonesia sedang dalam era Bonus
Demografi (2010-2045), yaitu saat penduduk usia
produktif (15-64 tahun) berjumlah dua kali lipat dari
penduduk non-produktif. Para pakar menamakannya
peluang emas untuk menggenjot kemajuan di segala
bidang, guna menyejahterakan dan memakmurkan
bangsa, khususnya karena negara-negara lain sudah
meliwati masa ini bertahun-tahun yang lalu (negara-
negara maju seperti Kanada dan AS sudah
mengimport imigran untuk mengisi kekurangan tenaga
kerja mereka) dan Indonesia sendiri akan kehilangan
peluang itu juga pasca 2045. Peluang emas inilah
yang ingin direbut oleh Presiden Jokowi dengan
seruannya “Kerja, kerja, kerja!!!”. Maka kabinetnya pun
dinamakan Kabinet Kerja. Tetapi kalau bangsa
Indonesia lebih suka berhura-hura atau hanya berdoa
saja, jangan-jangan setelah tahun 2045 terlewati (100
tahun setelah kemerdekaan), Indonesia bukannya
menandingi Korea atau Tiongkok (Cina) melainkan
makin terpuruk. Naudhubillah min dzalik.
Sudah sepatutnya kita bercermin diri dan sadar, agar
kita bisa bangkit dan tidak lagi bermental inferior.
(Manusia Indonesia, 15 Agustus 2015 oleh Sarlito W.
Sarwono

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...