Minggu, 05 Juni 2016

.:: SABAR ITU....::.

Gobind Vashdev
SATU LAGI TENTANG SABAR
Setiap posting atau berbicara kesabaran, selalu ada
yang berkata,
"kita manusia Pak, jadi namanya sabar kan ada
batasannya", "ngga bisa kita terus-terusan sabar
kan?" atau "kalau kita selalu sabar, nanti lama-lama
kita sendiri yang kecapekan."
Bila seseorang mau marah dan kemudian orang tersebut
bisa menahan emosi yang akan meledak tersebut, kita
sering menyebutnya sebagai orang sabar.
kata "sabar" sangat jauh dari arti menahan amarah,
seseorang yang sabar mempunyai mekanisme dalam
dirinya dimana gesekan ego yang menimbulkan api
kemarahan tidak terjadi.
Sebaliknya kata "Sabar" dan "Sadar" sangatlah
berdekatan, hanya manusia sedang sadar yang bisa
bersabar.
mereka-mereka yang menyadari gerak pikiran, mereka
yang menikmati proses dan juga mereka yang hidup di
saat ini (present moment) adalah orang orang yang
sadar, mereka tidak menuntut hidup harus terjadi sesuai
dengan keinginannya, namun ia tunduk dan mengalir
dengan hasrat dari semesta.
orang yang sabar bukan orang yang sekedar menahan
ketika tekanan datang namun memanfaatkan tekanan
untuk meningkatkan kemampuannya.
Mirip seperti pepatah Tiongkok yang berbunyi "ketika
badai datang, sebagian orang membangun tembok,
sebagian lagi mendirikan kincir angin".
mereka yang menahan juga pastinya membenamkan emosi
adalah bagaikan mereka yang menanam ranjau di hatinya
sendiri, yang suatu saat bila tercolek akan meledak.
seseorang yang sabar sangat menyadari bahwa
kemarahan tidak terjadi karena sebab dari luar,
kemarahan timbul 100% karena sebab dari dalam.
dengan kata lain tidak ada seorangpun atau kondisi
apapun yang mampu membuat seseorang marah, semua
kemarahan terjadi karena kita ingin dan bahkan
memaksakan kondisi tertentu, dan kita semua tahu
bahwa keinginan sumbernya dari dalam.
Disini bukan saya mengatakan kita tidak boleh
berkeinginan, kalau saya tidak punya keinginan maka
tidak mungkin tulisan status fb ini ada. Keinginan
adalah hal yang wajar dan alami, namun yang menjadi
tantangan adalah apakah kita mampu untuk tidak
melekat pada keinginan tersebut? Dengan kata lain
mampukah kita ikhlas menerima kejadian yang berbeda
bahkan bertolak belakang dari apa yang kita harapkan?
jika seseorang memahami pikirannya, tidak hanya
sekedar tahu atau mengerti secara intelektual, maka
orang tersebut juga akan mampu mengerti apa yang
terjadi disekitarnya. orang-orang ini tidak memerlukan
usaha mati-matian merubah hal diluar, ia hanya fokus
dan fokus untuk merubah didalam.
Ketika didalam beres maka tidak ada satu halpun diluar
yang bisa membuat kita marah, sebaliknya tatkala di
dalam kacaubalau maka apapaun yang terjadi diluar
akan terlihat amburadul.
Dibandingkan dengan diluar, memahami apa yang didalam
tentu jauh lebih sulit, karena kita tidak terbiasa melihat
kedalam, apalagi memahami tentang kesabaran. untuk
menjadi ahli sabar syarat utamanya adalah kita harus
memahami semua hal lainnya, dengan arti lain kita harus
sabar meniti satu-persatu bagian dalam diri.
kita bisa melihat sebuah simbolik sempurna didalam
Islam dimana Asma-Ul Husna atau 99 Nama Allah
yang dilambangkan dengan 99 butir yang membentuk
tasbih.
Kesabaran (As Shabuur) berada di paling akhir, yang
saya artikan bahwa untuk mencapainya kita perlu
perjalanan panjang yang memerlukan kesabaran untuk
melewati 98 lainnya.
dan satu lagi bahwa setelah As Shabuur, butir
selanjutnya kembali bertemu dengan yang pertama Ar
Rahman (Maha Pengasih). Sabar dan kasih sangatlah
berdekatan, maka itu tidak salah kalau ada pepatah
yang berbunyi bahwa "orang sabar itu dikasihi Tuhan."
_/|\_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...