Minggu, 20 November 2016

BEKERJALAH, BIARKAN SEMESTA YANG AKAN MENUMBUHKAN

Muhammad Nurul Banan,
BEKERJALAH, BIARKAN SEMESTA YANG AKAN MENUMBUHKAN Anda hanya bekerja memberi makan bayi Anda, ternyata anatomi tubuh si bayi bertumbuh tanpa Anda upayakan. Anda yang bekerja memberi makan, semestalah yang menggarap ketumbuhan bayi Anda. Tanpa Anda minta, tanpa Anda rekayasa, tanpa Anda target, si bayi bertumbuh. Andai Anda mengusahakan pertumbuhan si bayi, misalkan, "Dalam 3 bulan ke depan bayiku harus bertambah tinggi 6 cm dan tambah bobot 6 Ons," saya yakin Anda tidak akan bisa. Anda bekerja menanam pohon, semesta menumbuhkannya. Tinggi pohon, besar pohon, usia pohon, kekuatan akarnya, semuanya telah diatur sinergi oleh semesta. Tugas Anda--setelah menanam--hanya merawat pohon tersebut. Tidak usah Anda campur tangan menumbuhkan pohon, semesta bekerja apik menumbuhkannya. Anda tentu bertanya, "Kenapa dia tersohor, saya tidak? Kenapa dia maju pesat, saya tidak? Kenapa dia berkembang, saya tidak? Kenapa dia ilmuwan, saya tidak. Bahkan, kenapa dia ma'rīfat bi-llāh, saya tidak?" Jawabnya karena semesta membukakan dirinya untuk dia sehingga karirnya bertumbuh, sementara untuk "saya", semesta tidak membukakan diri. Misal Anda bertetangga dengan Sule, dekat dan biasa ngobrol bareng, kepribadian Anda juga kocak dan lucu, tetapi Sule dikenal seantero Indonesia, sementara Anda tidak. Ini karena mekanisme ketetanggaan bukan mekanisme karir. Misal juga, Anda sama-sama di gedung Kementerian Kesehatan RI, Anda kenal baik dengan menterinya, tapi Anda hanya pekerja kebun, sehingga walaupun satu atap gedung, si menteri terkenal, sementara Anda tidak. Hal ini karena pertumbuhan karir yang dibukakan untuk si menteri, berbeda dengan pertumbuhannya untuk Anda. Sebab ini, karir tidak cukup dibangun hanya dengan relasi kenalan, karir terikat dengan berbagai hal, terikat dengan impian, dengan minat, eksekusi kerja, tapi tidak terikat dengan "kesempatan". Loh kok kesempatan ditiadakan? Iya. Kesempatan itu yang bisa membukakan hanyalah alam semesta. Dan kunci yang bisa membukanya hanya "diri Anda sendiri", kuncinya pada Anda, sehingga terjadi hukum "Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, sehingga si kaum merubahnya sendiri". Anda politisi jenius, banyak kenalan dengan politisi pesohor, tetapi diri Anda tidak kesohor, itu karena si politisi menggunakan dirinya untuk membuka kesempatan, sementara Anda tidak. Karena "pertumbuhan" adalah hak paten semesta, Anda tidak bisa menumbuhkan fisik Anda sendiri, menumbuhkan tanaman Anda sendiri, yang bisa Anda lakukan hanya merawat, mengusahakan memberi makanan bernutrisi agar pertumbuhannya baik. Anak Anda dapat tinggi 125 atau 150 meter dengan bobot 65 atau 60 kg, terserah semesta yang menentukan. Menerima mekanisme pertumbuhan dari alam semesta, Anda seperti menerima sistem random, sistem acak dan kebetulan. Anda dagang, tiba-tiba digeruduk pelanggan begitu saja, sehingga Anda berkembang. Di orang lain, biasa-biasa saja dagangnya. Anda akan jadi orang populer, kesempatannya terbuka begitu saja, tiba-tiba datang, mirip sistem random dan kebetulan, hingga Anda mencapai titik pertumbuhan yang dijatah oleh semesta. Anda mau kaya raya juga begitu. Semesta terus menumbuhkan sampai Anda mencapai titik jatahnya. Saya suka berpikir, menyukai pemikiran spiritual, menyukai kajian-kajian ilmiah. Lalu facebook jadi trand, saya ikut facebook-an. Karena kesukaan saya berpikir, isi status saya tentu renungan ilmiah, eeh tanpa saya sangka digeruduk followers. Akhirnya saya memulai kehidupan baru. Penerbitan buku, undangan mengisi workshop, motivasi, dan seminar spiritual dari kampus-kampus, intansi pemerintah, swadaya masyarakat mulai berdatangan. Semesta yang membuka dirinya, semesta yang menumbuhkan saya. Seolah random? Jokowi, orang kampung, tukang kayu, jadi presiden. Apa nalar, seumpama ingin jadi presiden karirnya ditempuh dari kampung? Seharusnya niat jadi presiden jalannya ditempuh dengan mendirikan partai politik, pasang iklan di televisi, bangun koneksi dengan para petinggi wakil rakyat. Tapi Jokowi memulai dengan tukang kayu di kampung untuk jadi presiden. Alam semesta yang membuka dirinya untuk Jokowi, semesta yang menumbuhkan. Seolah random? Random jelas tidak, karena semesta tidak mengenal sistem random, prilaku partikel quantum hingga prilaku besaran galaksi-galaksi semesta semua terhitung memakai rumus pasti (bi husbān). Karena penciptaan semesta dengan bi husbān (hitungan rumus), maka ketika Anda belajar fisika, astronomi, kimia, geologi, dan ilmu-ilmu alam lain, Anda hanya akan menemukan rumus. Rumus salah, matematikanya salah, hasilnya salah semua. Sebab ini tidak ada sistem random di semesta ini. Termasuk pertumbuhan karir Anda. Bertumbuh hak paten semesta, Anda tidak dapat memilih dan menentukan pertumbuhan Anda, tetapi Anda pemegang kunci pertumbuhan tersebut. Artinya tugas Anda berusaha, baik usaha fisik (ketekunan, kerja keras, manajemen, operasional, dll.) maupun usaha ruhani (impian, minat, cita-cita, ketidakputusaan, keikhlasan, dll.), selanjutnya semesta hitung-hitungan rumus dengan usaha Anda tersebut. Bahkan semesta menghitung pula data DNA Anda, kakek-nenek Anda dalam berupaya, datanya terendap dalam DNA Anda, lalu dijadikan komposisi rumus oleh semesta. Setelah ditemukan jumlahnya, semesta entah secara kontan ataupun kredit, memberikannya kepada Anda. Pemberian semesta itulah pertumbuhan. Karena semesta yang hitung-hitungan pemberian untuk jatah pertumbuhan Anda, ketika semesta mendatangkannya seolah di luar perhitungan Anda. Anda memperhitungkan pertumbuhan kecil, ternyata yang wujud dalam kenyataan perwujudan besar, Anda seolah memperhiyungkan besar, ternyata yang wujud kecil, hal itu terjadi karena jatah pertumbuhan itu hak paten semesta, semesta yang menghitung, bukan Anda, dan Anda menerimanya seolah random dan kebetulan. Sahabat saya, dr. Febi Sanda , dia dokter umum biasa, untuk menjadi Kepala Rumah Sakit Umum Daerah seharusnya mengantongi ijazah S2, dokter spisialis, tetapi semesta menghitungnya sebagai kualitas baik, point penjumlahan hitungan rumusnya tinggi, walau hanya dokter umum, semesta menetapkannya menjadi kepala sebuah RSUD. Jadi untuk gemilang tidak perlu ijazah, dukungan ini dan itu. Semesta menghitung berbeda dengan persyaratan formal yang ada. Emha Ainun Najib cuma lulus SMA, secara karir keilmuwan dia tidak memenuhi syarat, Menteri Susi Pujiastuti hanya lulusan SMP, untuk jadi pejabat selevel menteri, dia tidak memenuhi, Ahok kafir China yang secara budaya SARA di Indonesia tidak bisa berkuasa di Jakarta, tapi begitulah, peluang pertumbuhan, semestalah yang mengeksekusi. Kalau semesta telah menetapkan, tidak ada lagi yang mampu membatalkan. Jadi, sebenarnya di semesta ini tidak perlu ngos-ngosan ingin maju, ambisius, serakah, hanya untuk hasil berlimpah. Bekerja saja yang baik, semesta akan mendatangkannya sendiri. Misal, ingin jadi penulis terkenal, tidak perlu Anda hijrah ke Jakarta yang gudang penerbit, lakukan saja dari kampung, asal kualitas usaha Anda baik, peluang dan kesempatan datang sendiri. Dan untuk wujud pertumbuhan keduniawiaan, Anda jangan tertipu. Semesta tidak menghitung kebaikan Anda untuk mendapat jatah wah-wahan dengan duniawi. Tapi Anda bisa mengusahakannya dengan maksiat. Fir'aun kebaikannya sedikit, tapi kekuasaannya kokoh dan luas. Maria Ozawa, Sora Aoi, para artis yang jualan kemaluan secara on line, mereka semua mendapat jatah duniawi yang banyak dengan usaha maksiat. Jadi banyak kedurhakaan juga menjadi komposisi merumuskan pertumbuhan untuk Anda. Nah yang harus diusahakan dengan kebaikan adalah pertumbuhan pada derajat kemuliaan, derajat ahsani taqwīm, derajat karakter, derajat akhlak, derajat spiritual, termasuk di dalamnya mencapai ma'rīfat bi-llāh. Sehingga untuk bertumbuh, promosi dan iklan tidak begitu pengaruh, tetapi kualitas usaha diri itulah yang menentukan hitungan semesta untuk memberikannya kepada Anda. Berusaha saja, lalu berserahlah, semesta yang mengeksekusi pertumbuhan Anda dari jalan yang tidak disangka.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...