Minggu, 20 November 2016

KARAKTER ORANG LAIN SEBAGAI SUMBER KEREZEKIAN

Muhammad Nurul Banan, KARAKTER ORANG LAIN SEBAGAI SUMBER KEREZEKIAN Beberapa bulan lalu saya menaikan daya listrik rumah saya, menjadi 3800 watt. Petugas PLN yang mengerjakan proyek terlihat sangat terobsesi duit. Saya sebagai konsumen merasakan getaran obsesi itu, karena semua sisi proyek meraka cari-cari peluang duitnya, seolah prinsip mereka, "Bagaimana mengambil uang sebanyak-banyaknya dari saya." Saya tahu mereka demikian, tetapi karena saya kebutuhan tambah daya sudah mendesak, dan tidak ada lagi orang yang bisa saya mintai bantuan selain petugas PLN area daerah saya tersebut, mau tidak mau saya harus meminta bantuannya, tidak ada pilihan lain. Dari model pungli, modusnya ada, model menumpang harga dari penjualan kabel, modusnya ada, model mengakal-akal agar yang tidak perlu harus dibeli, modusnya juga ada. Saya sendiri sampai sekarang tidak tahu, di sisi mana saya kena, tapi pasti kena proyek modus, karena tidak begitu saya pedulikan. Tahu gelagat mereka yang "rai duit", saya siapkan diri melepas uang, daripada urusan listrik rumah saya jadi mudarat di kemudian hari. Bersama itu si petugas PLN tersebut juga melirik bangunan di seberang rumah saya, mereka tahu bangunan itu terkait dengan proyek Yayasan Pondok Pesantren Darul Abror untuk mendirikan Rumah Al-Qur'an Darul Abror yang dikelola istri saya. Tahu proyek terkait dengan saya, mereka merayu-rayu agar proyek pemasangan listriknya diserahkan pada mereka. Tapi karena proyek bangunannya saja baru terpasang bata, artinya belum begitu mendesak kebutuhan listriknya, saya tolak tegas. Sampai akhirnya mereka merayu-rayu di SMS dan WA, tapi akhirnya malah saya menyueki mereka, masa bodoh, sama sekali tidak saya gubris. Saya jadinya menolak keras berbagi rezeki dengan mereka, ini disebabkan hati mereka menginformasikan kepada saya, "Banan, kamu akan saya ambil uangnya, saya akan memungut keuntungan sebesar-besarnya dari kamu." Karakter manusia sangat mulia, ahsani taqwīm, tidak bisa direndahkan dengan cara apapun dan dengan perangkat apapun yang ada di alam semesta ini. Matahari yang penuh dengan energi nuklir mematikan saja tunduk kepada manusia, ia dengan sopan melayani seisi Bumi, saat fajar ia terbit, saat Maghrib ia tenggelam, ia aktif dan koperatif melayani manusia. Matahari berkenan demikian bukan karena apa-apa, itu disebabkan Matahari hormat dan tunduk kepada karakter mulia manusia, karakter ahsani taqwīm. Yang dilakukan petugas PLN area saya dalam mengais rejeki adalah mereka "ingin mengambil keuntungan besar dari para konsumen PLN". Ketika Anda punya uang didompet, lalu uang didompet Anda akan saya ambil untuk kepentingan saya, apa Anda rela? Anda pasti geram terhadap saya. Atensi "mengambil keuntungan dari orang lain" itu atensi menistakan karakter orang lain. Seolah, hidupnya dia sendiri, orang lain yang harus sempoyongan menguntungkannya. Si petugas PLN kehilangan peluang rezekinya yakni menggarap proyek instalasi Rumah Al-Qur'an Darul Abror. Karena belum begitu terdesak waktunya, saya mencari alternatif orang lain untuk menggarapnya, dan nemu. Saya merasa sangat malas berbagi rezeki lagi dengan mereka, sebab apa? Karena saya punya kehormatan karakter, kalau saya harus Dan begitulah, jika Anda menistakan karakter manusia, rezeki Anda yang terpampat, karena karakter manusia adalah sumber rezeki Anda. Menistakan karakter orang lain yang paling ekstrem adalah merampas rezeki dari orang lain dengan cara kriminal, sehingga para pelaku kriminalitas tidak lebih dari orang yang sedang memusnahkan sumber rezekinya sendiri. Di bawah level kriminalitas ialah mencari keuntungan dari orang lain. Anda dagang, melayani para pembeli, atensinya untuk mengambil keuntungan dari mereka. Anda sebagai pejabat politik, atensinya memuaskan kepentingan politik pribadinya. Anda menjadi pejabat pemerintah, atensinya meraup keuntungan dari rakyat, dan seterusnya. Katakter manusia itu mulia, sehingga kehormatan karakter orang lain menjadi sumber rezeki Anda, bila Anda berani menistakannya, itu sama saja Anda mematikan sumber rezeki Anda. Karena ini, mengais rezeki dengan profesi Anda masing-masing atensinya harus "membahagiakan orang lain", bukan bagaimana Anda untung dari orang lain. Dengan atensi membahagiakan, itu artinya Anda memuliakan karakter orang lain. Dan kehormatan karakter orang lain itulah sumber rezeki Anda. Cukup dengan membahagiakan orang lain dalam menjalankan profesi Anda, rezeki semesta akan mengalir. Perusahaan Facebook membahagiakan Anda semua, pemilik perusahaannya menjadi kaya raya. Tukul Arwana hanya membahagiakan pemirsa televisi lewat acara Bukan Empat Mata, dia langsung menjadi selebriti kaya raya. Dan Anda amati semua pelaku usaha, mereka yang berkemajuan adalah mereka yang bisa membahagiakan para konsumen dan pelanggannya. Mereka berkreativitas untuk membahagiakan orang lain. Anda pedagang, melayani pembeli, itu membahagiakan mereka. Anda pejabat pemerintah melayani rakyat itu membahagiakan mereka. Anda pemuka agama melayani umat itu membahagiakan mereka. Anda pekerja buruh, melayani bos itu membahagiakan mereka. Anda guru melayani siswa itu membahagiakan mereka. Membahagiakan itu hakikatnya memuliakan karakter orang lain. Manusia adalah ahsani taqwīm, karakter termulia, Matahari saja yang merupakan nuklir paling mematikan sujud untuk berbagi rezekinya kepada Anda, maka jika sampai Anda menistakan karakter orang, itulah jalan semua kematian.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...