Selasa, 17 Mei 2016

.:: KETIKA MENDIDIK ANAK ADALAH DILEMA ::.

Gobind Vashdev
MENDIDIK ANAK ADALAH DILEMA
"Pak, anak saya itu malas sekali, teknik apa yang perlu
saya lakukan agar dia rajin?"
"Pak, anak saya itu susah sekali dibilangi, trus gimana
dong supaya dia bisa nurut?"
"Pusing saya pak, tolong bapak aja yang nasehatin dia
,siapa tau bisa berubah?"
Hampir semua orang tua pingin anaknya berubah karena
melihat atau merasa ada yang salah di anaknya dan
menariknya hampir tidak ada orangtua yang merasa
bahwa ada yang salah dalam caranya melihat anak
tersebut.
Terus terang saya mendambakan orangtua datang dengan
pertanyaan seperti
"Pak bagaimana saya bisa menguasai diri saya ketika
saya berhubungan dengan anak saya?"
atau "saya sadar bahwa ada kemarahan dan ketakutan
yang besar dalam diri saya dalam mendidik anak saya,
apakah bapak punya saran untuk saya?"
kita yang berjuluk manusia dewasa, bertitel orangtua
adalah insan yang penuh luka, penuh trauma, ada begitu
banyak kebencian, kemarahan, iri, dengki, gelisah, cemas
,takut dan ratusan lainnya.
Pada tubuh yang berat ini dengan percaya diri kita
berani memberi label bahwa "salah satu tugas saya
adalah 'mendidik' anak"
Bagi saya kata 'mendidik anak' adalah dilema besar.
Bagaimana kita dengan pikiran yang sudah terkotak-
kotak, penuh penghakiman, rasis, gender berani mendidik
seseorang yang hadir dengan kemampuan melihat apa
adanya?
Ya memang kita lebih pintar dalam calistung, kita
mampu mendelegasikan, berkomunikasi, memanjat,
mengetik, naik motor dan jutaan hal lainnya namun
sadarkah kita bahwa semua kemampuan yang kita
pelajari adalah berujung pada sebuah kata yang kita
ingin capai yaitu bahagia, sementara anak yang kita
ingin didik kualitas bahagianya jauh diatas kita.
Bagaikan tangan kotor ingin membersihkan tangan yang
steril
Pikiran ruwet vs pikiran polos
Hati semrawut vs hati sempurna
Anak-anak hadir dengan kebijaksanaan jauh, sekali lagi
jauh lebih tinggi daripada kita sementara ego kita tidak
terima, ia ingin tampil dan terlihat lebih hebat, lebih
tinggi, lebih berpengalaman, lebih bisa dan lebih-lebih
yang lain.
sampai kapankah kita ingin mengontrol, menguasai
mencekoki Guru besar dalam raga kecil yang hadir untuk
menyadarkan kita ini?
Lihatlah ia, hanya lihat ... hanya Lihat .. tanpa
meletakan apapun, seperti yang pernah ia lakukan ketika
ia melihatmu untuk pertama kalinya,
Lihatlah apa adanya ... dan engkau tak mungkin salah
_/|\_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...