Kamis, 12 Mei 2016

.:: SEKOLAH 'KNOWING' & SEKOLAH 'BEING' ::.

Djoko Madurianto Sunarto
SEKOLAH 'KNOWING' vs SEKOLAH 'BEING'
Kantor kami, Perusahaan PMA dari Jepang, mendapat
pimpinan baru
dari Perusahaan induknya di Jepang. Ia akan
menggantikan Pimpinan yang lama yang memang sudah
waktunya untuk balik ke negaranya.
Sebagai partner, saya ditugaskan utk mendampinginya
selama ia di Indonesia.
Saya menawarkan kepadanya selain perkenalan kpd relasi
juga, utk melihat2 objek wisata kota Jakarta dan
Bandung .
Pada saat kami ingin menyeberang jalan, teman saya ini
selalu berusaha utk mencari zebra cross. Berbeda dgn
saya dan org Jakarta yg lain, dgn mudah menyeberang
di mana saja sesukanya.
Teman saya ini tetap tdk terpengaruh oleh situasi. Dia
terus mencari zebra cross ataupun jembatan
penyeberangan, setiap kali akan menyeberang. Padahal
di Indonesia tidak setiap jalan dilengkapi dgn.sarana
seperti itu.
Yg lbh memalukan, meskipun sdh ada zebra cross tetap
saja para pengemudi tancap gas, tidak mau mengurangi
kecepatan guna memberi kesempatan pada para
penyeberang. Teman saya geleng2 kepala mengetahui
perilaku masyarakat kita.
Akhirnya saya coba menanyakan pandangan teman saya
ini mengenai fenomena menyeberang jalan tadi.
Saya bertanya, mengapa orang2 di negara ini
menyeberang tidak pada tempatnya, meskipun mereka
tahu bahwa zebra cross itu adalah sarana utk
menyeberang jalan. Sementara kenapa dia selalu
konsisten mencari zebra cross meskipun tidak semua
jalan di negara kami dilengkapi dgn sarana tsb..
Pelan2 dia menjawab pertanyaan saya, "It's all
happened because of The Education System."
Saya kaget juga mendengar jawabannya. Apa
hubungannya menyeberang jalan sembarangan dgn sistem
pendidikan?
Dia melanjutkan penjelasannya,
"Di dunia ini ada 2 jenis sistem pendidikan, yang
pertama adalah sistem pendidikan yg hanya menjadikan
anak2 kita menjadi mahluk 'Knowing' atau sekedar tahu
saja, sedangkan yg kedua sistem pendidikan yg mencetak
anak2 menjadi mahluk 'Being'.
Apa maksudnya?
Maksudnya, sekolah hanya bisa mengajarkan banyak hal
utk diketahui para siswa. Sekolah tidak mampu membuat
siswa mau melakukan apa yg diketahui sebagai bagian dr
kehidupannya.
Anak2 tumbuh hanya menjadi 'Mahluk Knowing', hanya
sekedar 'mengetahui' bahwa:
- zebra cross adalah tempat menyeberang,
- tempat sampah adalah utk menaruh sampah.
Tapi mereka tetap menyeberang dan membuang sampah
sembarangan.
Sekolah semacam ini biasanya mengajarkan banyak sekali
mata pelajaran. Tak jarang membuat para siswanya
stress, pressure & akhirnya mogok sekolah. Segala
macam diajarkan dan banyak hal yg diujikan, tetapi tak
satupun dr siswa yang menerapkannya setelah ujian.
Ujiannya pun hanya sekedar tahu, 'Knowing'.
Di negara kami, sistem pendidikan benar2 diarahkan utk
mencetak manusia2 yg 'tidak hanya TAHU apa yg benar
tetapi MAU melakukan apa yg benar sebagai bagian dr
kehidupannya'.
Di negara kami, anak2 hanya diajarkan 3 mata
pelajaran pokok:
1. Basic Sains
2. Basic Art
3. Social
Dikembangkan melalui praktek langsung dan studi kasus
dan dibandingkan dgn kejadian nyata di seputar
kehidupan mereka.
Mereka tidak hanya TAHU, mereka juga MAU
menerapkan ilmu yg diketahui dlm keseharian hidupnya.
Anak2 ini jg tahu persis alasan mengapa mereka mau
atau tidak mau melakukan sesuatu.
Cara ini mulai diajarkan pd anak sejak usia mereka
masih sangat dini agar terbentuk sebuah kebiasaan yg
kelak akan membentuk mereka menjadi mahluk 'Being',
yakni manusia2 yg melakukan apa yg mereka tahu
benar."
Betapa sekolah begitu memegang peran yg sangat penting
bagi pembentukan perilaku & mental anak2 bangsa.
Tidak hanya sekadar berfungsi sebagai lembaga
sertifikasi yg hanya mampu memberi ijazah kepada para
anak bangsa.
Karakter, perilaku dan kejujuran adalah landasan untuk
membangun anak didik yang lebih beradab dalam
berperilaku, Bukan sekadar angka-angka akademik
seperti yang tertera di buku-buku raport sekolah
ataupun Indeks Prestasi IPK..
Kejujuran dan etika moral adalah prioritas utama,
sedangkan kepintaran itu kita kembangkan kemudian,
karena setiap anak terlahir pintar dan pendidikan itu
sendiri adalah perkembangan
Oleh sebab itu, seyogyanya, kita tidak perlu terlalu risau
jika seorang anak belum bisa calistung ( baca tulis
hitung ) atau Pipolondo ( Ping Poro Lan Sudo ) saat
masuk SD atau bahkan setelah sekolah SD sekalipun,
Tapi mestinya kita "harus peduli jika sorang anak tidak
jujur dan beretika buruk".
Pendidikan itu bukan persiapan utk hidup, karena
pendidikan adalah kehidupan itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...