Sabtu, 14 Mei 2016

.:: SIAPA YANG DAPAT MENYAKITI (2) ::.

Gobind Vasdev,
Ijinkan saya meneruskan berbagi pelajaran kedua dari
gigitan semut yang amat berjasa itu.
Ia bagaikan seorang Guru yang menjelma menjadi semut,
ia seolah tahu bahwa bagian yang ia gigit adalah bagian
yang sedang meregang, bagian yang sedang saya
perhatikan.
Ada jeda antara gigitan hingga memindahkan semut yang
membuat saya mempunyai waktu untuk merasakan dan
berpikir sejenak.
saya membandingkan, biasanya kalau semut menggigit,
seluruh atau paling tidak salah satu bagian tubuh
langsung bereaksi keras, tidak jarang pula teriakan
'Aouuuww' terlontar, namun kali ini sakitnya sangat
terlokalisir.
Ketika saya memperhatikan lebih dalam pada titik gigit
tersebut rasa sakit tidaklah se-mengerikan sebelumnya.
saya yakin hal yang sama juga terjadi dalam sisi
kehidupan yang lain, ketika muncul masalah yang dirasa
besar, seketika kita merasa dunia runtuh.
Reputasi hilang lah, tidak mungkin bisa mendapatkan
kesempatan yang sama kembali, atau merasa percuma
dan putus asa.
padahal kalau mau jujur, masalahnya cuma satu saja,
dan tidak nyata alias ilusi, yaitu ego.
ada bagian diri (ego) yang tidak bisa menerima
keadaan, lalu dengan lihainya ia menunjukan gamba-
gambar mengerikan tentang masa depan atau apa yang
akan terjadi.
walau saya sudah pernah bangkrut lalu bangkit kembali,
kebangkrutan kedua masih saja menakutkan, saya
merasa hidup saya hancur dan tidak mungkin bisa
bangkit lagi.
Bayangan, para sahabat menjauh, kembali akan
menjalani rutinitas pagi sampai malam bekerja pada
orang lain, tidak bebas, tidak punya tabungan untuk
membeli yang diinginkan, cicilan tidak akan bisa
dilanjutkan dan benda akan disita dan ratusan lainnya.
Walau semua bayangan itu akhirnya terjadi (faktanya
tidak pernah), hidup yang dijalani tidak akan se-
mengerikan bayangan.
Bahkan tidak jarang di suatu masa kita akan
berterimakasih pada kejadian-kejadian itu.
Mirip seperti apa yang dikatakan komedian Jenius
Charlie Chaplin “Life is a tragedy when seen in close-
up, but a comedy in long-shot. To truly laugh, you must
be able to take your pain, and play with it!”
Kalau kita mau memperhatikan lebih dalam ke dalam,
sekali lagi 'ke dalam' bukan seperti bayangan diatas,
maka kita akan menemukan hal yang sederhana dan tak
heran kita pun tertawa sambil tepok jidat.
Apalagi kalau kita mau melihat dengan pespektif lebih
luas, kalau kita bisa membayangkan bahwa bumi yang
besar ini hanyalah debu diangkasa semesta ini, maka
seberapa besar masalah kita sampai berani-beraninya
berkata 'saya punya masalah besar'
Lagian sebesar apapun masalah, sejatinya Anda jauh
lebih besar daripada masalah apapun, selalu sadari yang
digigit bukan seluruh tubuh tapi hanyalah bagian kecil
dari tubuh.
Dunia ini mempunyai dua kutub, satu pisau bisa untuk
berbuat baik juga berbuat jahat.
Di Tiongkok ada pepatah, 'ketika angin datang, sebagian
orang membangun tembok dan sebagian lagi mendirikan
kincir angin.'
Begitupula Sebuah masalah yang datang memang bisa
menumbuhkan ego baru yang lebih kekar, namun bagi
mereka yang kebijaksanaannya sudah tinggi, masalah
yang datang adalah kesempatan emas untuk melepaskan
ego yang melekat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...