Senin, 15 Februari 2016

.::ADA APA DENGAN CINTA::.

jatuh cinta adalah jawabannya.
Tidak perlu mendefinisikan Cinta atau pentingnya
mengetahui alasan kenapa cinta bisa jatuh,
yang jauh lebih penting ditanyakan adalah "kemana kah
Cinta merangkak naik meninggalkan kejatuhannya setelah
beberapa lama berselang?"
bukan hanya kehambaran saja yang mengisi kekosongan
hati setelah ditinggalkan Cinta namun kemarahan dan
kebencian sering sekali menjadi penghuni tetapnya.
Semua ini sangat wajar terjadi, karena apa yang
dianggap Cinta oleh sebagian besar Pecinta bukanlah
Cinta, melainkan kriteria yang terpenuhi.
saya mempunyai kriteria di otak saya tentang wanita
yang akan menjadi pendamping hidup saya, tatkala saya
bertemu dengan wanita dengan tinggi badan, warna
kulit, panjang rambut, cara berbicara, cara berpikir,
agama dan ratusan hal lainnya sama dengan kriteria
yang saya inginkan maka "Cinta" hadir.
begitu kriteria ini berangsur-angsur lenyap , "Cinta" pun
memudarkan dirinya.
Rumi pernah mengatakan "From Understanding Comes
Love "
"Dari Pemahaman, Cinta hadir"
"Pemahaman tentang apa?" itu pertanyaan plus
kebingungan saya ketika pertama membaca kalimat Rumi
tersebut, berbulan -bulan kemudian titik terang mulai
terlihat ketika membaca apa yang di sampaikan Albert
Eistein “Our separation of each other is an optical
illusion of consciousness.”
"Keterpisahan dengan yang lain adalah ilusi dari
kesadaran"
Siapa yang memisahkan kita dengan yang lain? Ego
adalah jawabannya.
Ketika ego menyelinap, ia memisahkan antara diri sendiri
dan lain, dan keterpisahan ini pelahan-lahan
memudarkan energi yang sebelumnya terhubung.
Untuk mempertahankan energinya, ego menciptakan peran
agar mendapat penghargaan, pengakuan, penerimaan
atau jenis-jenis energi dari luar lainnya.
ketika ego tidak mendapatkan energi, ia mulai menekan
dan menuntut.
Bila sebelumnya kita membiarkan orang lain tumbuh
secara organik, setelah hadirnya ego kita mulai melihat
pasangan, anak atau orang lain dengan keharusan yang
kita inginkan, disini biasanya terjadi gesekan dan luka
yang mendalam.
Selama luka ini belum tersembuhkan selama itulah
kemarahan dan kebencian menggenangi bathin ini.
Disaat seseorang mampu terlepas dari segala egonya dan
merasakan keterhubungan dengan orang lain bahkan ia
kehilangan dirinya sendiri , disanalah Cinta menjemput
seperti yang pernah diceritakan oleh Attar dari
Neishapur :
Seseorang yang sedang jatuh cinta mengetuk pintu rumah
kekasihnya. 'Siapa?' tanya sang kekasih dari dalam.
'Aku,' kata orang itu, 'Pergi sajalah! Rumah ini tidak
akan muat untuk kau dan aku.'
Orang yang cintanya ditolak ini pergi ke padang gurun.
Di sana ia merenung selama berbulan-bulan, memikirkan
kata-kata kekasihnya. Akhirnya, ia kembali dan
mengetuk pintu rumah kekasihnya lagi.
Siapa yang mengetuk itu?
'Engkau!'
Segera pintu dibukakan.
Bunda penuh Welas Asih, Mother Theresa pernah berujar
"If we have no peace, it is because we have forgotten
that we belong to each other"
Jikalau kita tidak memiliki kedamaian, itu karena kita
telah melupakan bahwa kita saling memiliki"
senada dengan apa yang di katakan Muslih –Ud-Din
Saadi "Semua putra Adam adalah anggota tubuh yang
sama."
kesadaran terhubung ini membawa kita pada level yang
tak mungkin terjangkau oleh kebencian, mirip seperti
tangan kanan yang menggaruk tangan kiri hingga luka.
Tangan kiri tidak mungkin marah pada tangan kanan,
karena ia sadar bahwa tangan yang menggaruk adalah
bagian dari dirinya sendiri.
Di India ada istilah Vasudhaiva Kutumbhakam, semua
makhluk bersaudara. Ya kita semua diciptakan oleh
tangan yang sama, tangan yang penuh dengan Kasih,
kita semua tanpa terkecuali adalah percikan dari Cinta
Ilahi yang tak terhingga, oleh karenanya sangat tidak
masuk akal bila kita tidak saling mencintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...