Oleh : Gobind Vashdev
Banyak yang bertanya pendapat saya baik di Inbox,
Comment atau langsung tentang LGBT,
Jawaban saya seperti biasa selalu 'ngambang' , jika
Anda berharap mendapatkan jawaban setuju atau tidak,
LGBT itu benar atau salah, mungkin Anda akan kecewa.
Sama sekali tidak keberatan bila seseorang mengatakan
saya tidak punya pendirian, plin plan atau tidak berani
bersikap.
100 % saya bisa mengerti label yang diberikan pada
saya, semengerti saya pada sikap kelompok yang
mendukung dan menolak LGBT.
Kita menyetujui sesuatu atau sebaliknya, mengatakan
benar atau salah, semuanya tergantung data dan
program yang tertanam di dalam diri. Lingkungan,
budaya, kepercayaan, nilai di masyarakat dan berbagai
hal lainnya turut membentuk penilaian kita.
Sehingga mengatakan orang yang setuju itu salah atau
yg tidak setuju itu tidak benar adalah sesuatu dilema.
"Tapi Bin ini masalah kodrat, bukanya Tuhan
menciptakan kita berpasangan-pasangan, kalau mereka
melakukannya dengan sejenis maka itu kan sudah pasti
salah" kata seorang sahabat."
Saya juga punya pandangan dan meyakini bahwa
manusia itu kodratnya adalah herbivora, dari bentuk
gigi, enzim yang ada di air liur, gerakan mengunyah,
asam di lambung, panjang usus dan berbagai hal lainnya
cocok dengan makhluk lain yang memakan tetumbuhan.
Saya mempraktekkan untuk diri saya namun saya juga
mengerti sahabat yang lain yang menganut pola hidup
omnivora.
Dari pengertian ini muncul sikap tidak menyalahkan,
memaksa apalagi menakut-nakuti sahabat yang lain
dengan dosa atau hukuman yang datang dari Tuhan.
Saya tidak mau wajah Tuhan yang penyayang dan
pengasih saya ubah menjadi wajah yang seram dan kejam
hanya untuk orang lain menurut pada apa yang saya
ucapkan.
Tujuan menjadi vegetarian sama seperti tujuan seseorang
membaca kitab suci, berhijab atau bermeditasi, yaitu
agar hati ini menjadi lebih Welas asih.
Kalau kita setelah membaca kitab suci, bervegetarian,
memakai busana tertutup atau melakukan duduk hening
merasa lebih suci, lebih bersih lalu menghakimi atau
menakuti orang lain yang tidak melakukan seperti yang
kita lakukan maka kita semakin menjauh dari apa yg
diajarkan para suci.
Kita perlu menengok kebelakang, belajar dari yang sudah
berlalu, juga meluaskan pandangan kita, menyalahkan
seseorang atau menghukumnya bukan serta merta
membuat seseorang berubah, yang ada ia semakin kuat
dan hubungan kita dengan orang yang ingin kita ubah
menjadi jauh.
Kalaupun ia berubah, perubahan itu lebih sering hadir
dari trauma atau rasa bersalah bukan dari kesadaran.
Untuk yang mendukung atau tidak , lakukan sesuatu
pada apa yang Anda yakini, buatlah kampanye,
pelatihan,sosialisasi, konseling, atau apapun namanya,
namun sebelum melakukan alangkah baiknya mengadakan
dialog dengan pihak yang tidak sepaham agar kita
mendapat pengertian lebih dalam.
Lewat pengertian yang dalam akan muncul sikap rendah
hati, terbuka, welas asih dalam tindakan yang akan kita
gelorakan.
Manusia di manapun akan lebih gampang tersentuh
hatinya dengan cara-cara lembut.
Kemarahan dan kekerasan bukan hanya berpotensi
melukai pihak lain, membuat musuh namun juga
merugikan batin ini. Tindakan dan penghakiman yang kita
lontarkan bukan menunjukkan siapa pihak lain itu,
melainkan kita sedang menelanjangi diri kita sendiri.
Saya menghormati makhluk hidup apalagi manusia yang
disebut yang termulia.
Sifat-sifat mulia ini lah yang selayaknya menjadi
pedoman kita dalam berpikir, berucap bersikap, dan
bertingkah laku.
saya menghormati mereka yang memilih beragama juga
menghormati yang memilih tidak percaya Tuhan, karena
manusia lebih penting daripada apa yang dia percayai.
saya menghormati homoseksual juga heteroseksual
,manusia lebih penting daripada orientasi sex nya.
Yang mendukung dan tidak mendukung, keduanya saya
hormati seperti saya menghormati mereka yang setuju
dan tidak setuju dengan status ini, saya tidak akan
membiarkan kebencian merampas kedamaian di dalam,
hanya karena seseorang atau sekelompok orang
mengkritik tulisan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar