Jumat, 22 April 2016

.:: SELAMAT HARI BUMI, SELAMATKAN ::.

Kebetulan ada yang tanya dan pas di Hari BUmi, biarlah
status kali ini berkata tentang ibu BUmiku yang
tercinta.
sebagian orang menilai hidup kami (saya sekeluarga)
cukup ekstrim.
Ketika orang ramai-ramai mengejar financial freedom
dengan mendekat dipusaran uang, kami memilih tinggal di
desa.
disaat industri kesehatan dan farmasi juga pengelolaan
makanan telah maju kami malah meninggalkan obat,
dokter dan juga makanan yang diproses.
kami melahirkan anak kami dirumah, tidak menambahkan
vaksin dan produk kimia lainnya, juga termasuk televisi
yang memang tidak tersedia dirumah kami.
Sebagian orang terkejut, ketika mengetahui bahwa kami
telah bertahun-tahun tidak meletakan apa yang tidak
bisa kami makan ke tubuh, termasuk sabun, shampoo ,
pasta gigi atau produk kimia lainnya.
yang menarik adalah melihat respon banyak orang ketika
mendengar hal ini, kebanyakannya tidak bertanya apa
alasannya atau untuk apa saya berhenti memakai barang
-barang yang saat ini digolongkan wajib digunakan
tersebut namun "terus gantinya apa pak?" adalah
pertanyaan favorit.
Ribetnya jadi manusia ini ya kalau dipikir-pikir. makanan
harus dimasak, variasinya harus banyak, mandi harus
ada sabun, kalau punya rambut harus punya shampo,
belum lagi baju yang harus dicuci dengan detergent plus
pelembut, pewangi derta pelicin dan ribuan percikan yang
mebebani lan menghabiskan waktu.
Bila Anda cukup percaya diri, air saja sangatlah cukup
untuk mengganti sabun, shampoo dan pasta. kita
mengabaikan fakta bahwa air adalah pembersih tebaik.
Tentu untuk 'special case' kita memerlukan tambahan
zat lain, untuk membersikan minyak, kita menggunakan
baking soda misalanya.
Bila masih meragukan air, silakan tambahkan:
Garam laut natural yang tak beryodium tentunya adalah
salah satu penghilang kuman yang terbaik. Anda bisa
gunakan 2 kali seminggu. seperti kita ketahui bahwa di
dunia ini bakteri baik jumlahnya lebih banyak daripada
bakteri yang tidak menguntungkan, disaat orang
menggunakan sabun ia membunuh 5000 bakteri jahat
dan disaat yang sama 50.000 bakteri baik juga lenyap.
sementara garam hanya meghilangkan bakteri yang tak
menguntungkan.
air jeruk nipis bisa menjadi pengganti deodorant untuk
ketiak atau seluruh tubuh, lagi-lagi ini bukan untuk
harian, cukup seminggu 2 kali saja.
mecukur jenggot, saya menggantikan foam dengan lidah
buaya, pengganti pasta gigi sesekali garam selebihnya
menyikat dengan air liur yang sudah sejak nenek moyang
diketahui khasiatnya.
pengganti detergent tentu soap nut, yang bahasa
kerennya Lerak atau kelerak. sekarang sedang banyak-
banyaknya di eksport ke prancis, nanti kalau sudah
masuk ke Indo, baru kita membeli dengan harga mahal
Istri saya menggunakan pembalut yang dapat dicuci
ulang, begitupula anak kami menggunalkan popok pakai
ualang bila selama kami berada di rumah.
memisahkan sampah organik dan non adalah wajib
dirumah kami, sewajib membawa botol minum dan juga
tidak jarang kotak makan sendiri.
Yang paling menarik di komunitas kita adalah bahwa
hampir semua orang merasa bersalah ketika ada
makanan lebih yang harus di buang, seringkali kita
memaksakan memasukan makanan tersebut keperut yang
sudah sesak, namun tidak banyak orang yang merasa
bersalah ketika membuang plastik pembungkus makanan/
minuman dalam kemasan tersebut.
Padahal makanan yang dibuang akan hancur dan menjadi
pupuk dalam waktu seminggu namun plastik itu akan
tetap tak terurai sampai kita menjadi fosil 500 tahun
lagi.
"Kenapa kamu membuat hidup kamu sulit Bin?" tanya
seseorang, "hidup kok ngga mau yang praktis-praktis
aja?" lanjutnya
"Mungkin saya punya hati yang lemah" jawaban saya.
saya tidak tega melihat plastik yang bukan hanya
menggunung di TPA tapi juga terbenam di tanah
penghasil makanan yang biasanya disebut sawah.
Kalau banyak orang takut menggunakan bahan kimia di
tubuhnya demi alasan kesehatan, itu bukan hal utama
bagi saya, alasan jawara bagi saya tidak menggunakan
kimia adalah karena saya mencintai ibu BUmi ini, saya
ingin sesedikit mungkin meninggalkan limbah di BUmi ini,
syukur-syukur apa yang saya lakukan selama dibekali
nyawa ini bisa membuat dunia ini menjadi lebih baik.
lebih dari ini semua, satu hal yang ingin saya sampaikan
di hari BUmi ini adalah saat ini kita makhluk yang
mendiami BUmi ini mendapat ancaman
yang sangat serius yang jutaan kali lebih serius dari bom
atom Hiroshima, yaitu Perubahan Iklim (Climate
Change).
Di hari Istimewa ini Jakarta di hadiahi hujan es, dan
bagi saya ini adalah satu contoh nyata kecil bahwa kita
sedang menuju dari dari siaga menjadi awas
Dan penyebab terbesar dari pemanasan global ini
bukanlah transportasi atau industri berat namun apa
yang ada didepan kita, tepatnya ada di piring kita.
Menurut data yang dikeluarkan Badan Pangan Dunia
FAO, Perternakan adalah penyumbang terbesar dari
pemanasan global, lebih dari itu perternakan juga salah
satu penyebab utama penebangan hutan dan juga
kelaparan di dunia ini.
untuk memproduksi satu kilo daging diperlukan 16 kilo
sayur / biji-bijian.
85 % biji-bijian di amerika digunakan untuk pagan
ternak, bukan unttk mereka yang kelaparan.
Bila seluruh sapi di Amerika tidak diberi makan, maka
makanan tersebut bisa menghidupi 1,3 milyard orang.
tidak pernah terjadi ketimpangan yang luar biasa di
dunia ini seperti saat ini, di negara maju begitu banyak
orang meninggal karena penyakit pembuluh darah yang
diakibatkan kolestrol yang berasal dari makanan hewani,
sementara didunia ke tiga ada 40.000 orang mati
karena kelaparan.
Dahulu saya sering merasa kesal karena sepertinya
semua orang cuek alias tidak banyak orang yang perduli
dengan hal ini, sekarang saya menyadari bahwa kita
semua telah masuk dalam sebuah sistem pendidikan yang
membuat kita berpikir kotak-kotak, terpisah, terbelah.
ketika seseorang menyalakan lampu kemungkinan ia
hanya berpikir tentang imbas tagihan listrik yang akan ia
bayar, bukan pada penghematan energi dari hulu, begitu
juga ketika kita menggunakan tissue atau membuang
bateray bekas, pembalut dan lainnya.
kita cenderung tidak mau ambil 'pusing' dengan semua
itu .
'hidup sudah susah kok malah dibuat mikir yang ruwet-
ruwet" kata seorang teman yang mendegar ulasan saya
di atas.
Memang kita mungkin sudah dipeluk BUmi saat bencana
besar itu datang, Betul kita sudah tidak mempunyai
badan yang mampu merasakan apapun yang telalah kita
lakukan, namun apakah benar kita tidak memikirkan
anak-anak kita yang akan mewarisi dunia ini?
kapan kita akan berhenti dari pesta-pesta memabukkan
ini?
tidak ada yang bisa jawab, mungkin jawabannya ada di
pepatah suku Cree
“Only when the last tree has died and the last river has
been poisoned and the last fish has been caught will we
realize that we can't eat money
“ketika pohon terakhir telah ditebang , sungai terakhir
telah tercemar dan ikan terakhir telah terpancing,
manusia mulai tersadar kalau ia tidak bisa makan uang”
Please Share _/|\_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...