Kamis, 28 April 2016

.:: MENGAPA KAU INGIN KAYA ? ::.

Gobind Vasdev,
"kalau saya kaya kan, bisa bantu banyak orang"
Jawabnya yang terdengar Klise namun masih terasa
efektif untuk dipakai sebagai pendorong seseorang
bekerja mengkoleksi harta.
Saya tidak anti kekayaan apalagi orang kaya harta.
Orang super kaya bukanlah sasaran tembak rasa iri
kita, bukan pula pertambangan yang perlu di keruk.
Saya percaya pada hukum Nya, mereka sedang
mengkoleksi banyak pasti sebelumnya telah memberi
banyak.
"Mengapa Anda ingin kaya materi?" Adalah pertanyaan
yang perlu direnungkan lebih dalam daripada sekedar
menjawabnya dengan jawaban di atas.
Darimana uang yang Anda kumpulkan?
Apakah Anda yakin bahwa uang yang menyokong
tabungan Anda adalah anda dapatkan dari orang yang
lebih kaya dari Anda atau sebaliknya dengan kepintaran
kita memanfaatkan yang miskin?
Apakah Anda yakin setelah mendapat uang banyak
secara presentase Anda menjadi lebih dermawan pada
orang lain?
Dan saat ini berapa persen dari penghasilan Anda yang
Anda sumbangkan?
Kalau sekarang saja jarang menyumbang, apa jaminanya
nanti kalau kaya akan menyumbang lebih banyak.
Bukannya Fakta yang terjadi selalu semakin kaya
semakin banyak keinginan serta ketakutan sehingga
semakin sedikit menyumbang?
Lalu bila Anda jadi membantu orang, perasaan apa yang
muncul ?
Apakah anda merasa bahagia karena tangan Anda
berposisi di atas?
Apakah Anda yakin itu bukan ego mu yang ingin terlihat
lebih hebat dan superior dibanding orang yang menerima
pemberianmu?
Jujurlah, Apakah engkau ingin kaya karena ingin
mendapatkan penghormatan, penghargaan, penerimaan,
pengakuan atau pujian?
Apakah Anda punya batasan untuk mengatakan "cukup"
Apakah Anda yakin kalau sudah mencapai impian dan
akan mengatakan cukup?
Kalau kau sudah menjawabnya dan yakin mampu
melaksanakan semua itu, pergi dan kumpulkan pundi-
pundi itu, namun selalu sadarilah bahwa tidak pernah
harta membawamu pada kepuasan melainkan sikap bathin
seperti pertapa di cerita dibawah inilah yang membuatmu
berkelimpahan.
Sebuah berita berembus di penduduk desa tentang sebuah
batu permata bernilai selangit yang dimiliki seorang
petapa sederhana yang tinggal di pinggiran hutan.
Setelah bertahun-tahun, seorang pemuda pemberani
mendatangi petapa tersebut, bukan hanya ingin bertanya,
namun juga ingin meminta batu mulia itu. “Ini ambil, ini
untukmu,” kata petapa itu tanpa beban.
Pemuda itu kegirangan dan pergi setelah mengucap
terima kasih. Malam datang, namun pemuda yang
beruntung ini tidak bisa tidur, pikirannya tidak bisa
diam.
Tanpa mampu menunggu matahari terbit, pemuda ini pergi
kembali ke tempat petapa itu dengan batu di tangan dan
kesesakan di pikirannya.
Di depan petapa itu, dia menyodorkan kembali benda
yang belum genap 24 jam menjadi miliknya itu, sambil
berkata, “Hai orang suci, ambillah permata ini kembali,
namun berikan hati penuh ikhlas yang mampu memberikan
intan ini.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...