Jumat, 22 April 2016

.:: UNTUK MU YANG MAU TERLIHAT CANTIK ::.

Gobind Vasdev,
Sudah tidak terhitung jumlah uang yang dikeluarkan oleh
manusia untuk mendandani dirinya agar keliatan cantik.
Bila dibandingkan, konon jumlah ini melebihi dari jumlah
uang yang dikeluarkan untuk pendidikan.
Ini menyedihkan sekali, ya tentu tidak ada salahnya
dengan tampil cantik, walaupun banyak yang tahu bahwa
apa yang disebut cantik, jelek, bagus atau buruk adalah
bentukan sosial yang merupakan semacam kesepakatan
dari komunitas.
Sebelum saya meneruskan bahasan ini, ijinkan saya
berbagi sebuah cerita pendek yang sarat makna.
Seorang pemuda sedang melihat matahari yang terbenam
ketika seorang petani datang dan menghampiri seraya
berkata "Apa yang kamu lihat? Kamu kelihatannya
seperti terpesona." Dan Pemuda itu menjawab, "Saya
memang terpesona oleh keindahan."
Dan Petani yang malang itu datang setiap senja hari
mencari keindahan; "dimana keindahan", tanyanya.
Ya, dia dapat melihat matahari, dia dapat melihat
awan, dia dapat melihat pohon-pohon, tetapi tidak
melihat keindahan.
Dia tidak sadar bahwa keindahan itu bukan benda,
keindahan adalah cara untuk melihat benda.
Cerita ini mengingatkan saya pada iklan Dove terbitan
luar negeri, walau saya sudah bertahun-tahun
meninggalkan semua produk kimia termasuk sabun, saya
sangat mengapresiasi iklan ini.
iklan ini bercerita tentang beberapa wanita yang diminta
untuk menggambarkan dirinya dengan kata-kata pada
seorang pelukis yang tidak melihat wanita yang dilukisnya
tersebut.
Beberapa saat kemudian seseorang yang lain diminta
menggambarkan wanita yang sama yang sebelumnya
dilukis juga dengan kata-kata pada pelukis yang tetap
tidak melihat objek lukisannya tersebut.
lalu hasil lukisan tersebut dibandingkan, dan hasilnya
adalah hampir semua lukisan yang digambarkan orang
lain memiliki kemiripan lebih tinggi dan lebih cantik
secara normatif daripada yang digambarkan oleh sang
pemilik wajah.
Dalam kesimpulan sederhana, iklan itu ingin menunjukkan
bahwa kita seringkali melihat diri kita lebih rendah atau
lebih jelek daripada orang lain memandang diri ini.
Stephen Covey pernah berujar "The way we see problem
is the problem"
Cara kita memandang masalah itulah masalahnya.
Kita sibuk mendandani permukaan bukan untuk menjadi
cantik namun agar terlihat cantik.
kita selalu memikirkan pandangan orang lain terhadap
diri, kita berusaha menyirami daun agar terlihat hijau
sementara membiarkan akar didalam tetap kering.
Selama kita tidak mengubah diri didalam, kita terus
akan merasa haus akan pujian, penerimaan,
penghargaan, penghormatan dan sejenisnya.
Menjadi cantik adalah menjadi apa adanya, melihat diri
sendiri dan orang lain seperti dahulu ketika kita masih
kecil dimana topeng masih belum setebal sekarang.
layaknya orangtua melihat bayinya yang baru lahir,
walaupun buah hatinya penuh lipatan di kulitnya
ditambah bercak darah dimana-mana namun sang Ortu
melihat kecantikan yang luar biasa.
Ketika anak mulai besar kita menempelkan topeng berupa
label "Nakal", "suka membantah", "pemarah" , "gemar
menangis" , "manja" , dan ribuan hal lainnya sampai
suatu hari Ortu tidak melihat anaknya lagi.
Hal yang sama juga dengan pasangan hidup kita.
Masih ingatkah bagaimana Anda memandang dengan
penuh pesona pada orang yang menjadi teman hidup
Anda sekarang?
Apakah Anda memandang dengan keindahan yang sama?
Dan bagaimana dengan diri kita sendiri?
masihkah kita ingin menjadi kolektor atau produsen label
yang akhirnya kita tempelkan pada diri ini sendiri ?
Semua pertanyaan ini tidak perlu dijawab namun lebih
pantas untuk direnungkan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...