Sabtu, 30 April 2016

.:: KEBEBASAN ITU HAK, TAK PERLU PAKSAAN.. ::.

Gobind Vashdev
Baru saja membuka email dan mendapat undangan nobar
gratis dan diskusi tentang satwa dari team Kongkow Ijo
di Jakarta.
film yang di tonton berjudul BlackFish, tetang "Paus
Pembunuh" yang bernama Tilikum yang telah menghabisi
3 nyawa manusia.
Mengingatkan saya pada kejadian mengenaskan pada
pesulap terkenal Roy yang diterkam oleh macan
kesayangannya dalam sebuah pertunjukan di tahun 2003
lalu.
Memang menarik bagaimana kita merespon, bila sang
kanivora sejati itu melahap manusia, kita menyebutnya
kejam; namun tidak sebaliknya, jika manusia menjadikan
perutnya sebagai kuburan para binatang.
Film Blackfish yang akan didiskusikan besok malam
bukan bercerita tentang gaya hidup Vegetarian,
melainkan cerita tentang apa yang terjadi dibalik
pertunjukan satwa yang luar biasa.
saya dan saya rasa hampir semua dari kita paling tidak,
pernah terkagum-kagum ketika melihat pertunjukan
sirkus.
"Bagaimana mereka bisa melatih binatang yang liar tak
terkendali itu melakukan apa yang pawang inginkan?"
adalah pertanyaan sejuta umat.
"Pasti dengan kesabaran dan cinta kasih" kata seorang
teman.
Tolak ukur yang dipakai teman itu adalah melihat
gerakan satwa yang atraktif dan sorot mata berbinar
dari pelatihnya.
Di balik semua image bahagia yang terbentuk di
panggung pertunjukan, bukan saja tidak indah namun
acapkali kekejian terjadi.
Mulai penangkapan para hewan itu, pengkandangan,
pemberian makan dan penyiksaan berupa pukulan,
tusukan bahkan setrum pun dijadikan sebuah
alternatifnya, semua perbuatan diatas bertujuan pada
satu kata "menurut".
Semoga kesimpulan saya salah, setelah menjalani dan
mengamati kehidupan sekitar saya berani mengatakan
bahwa ras manusia ini "gila" akan keinginan mengontrol.
Keinginan ini sering menjadi obsesi, semua berasal
karena kita mengharapkan kejadian seperti yang kita
inginkan.
Dalam skala besar kita melihat bagaimana pemerintah
membuat kartu identitas yang semakin hari semakin
gampang terlacak keberadaan penduduknya.
industriawan menciptakan sistem dimana konsumen
menjadi tergantung oleh produk-produknya. Para
pimpinan akan menari girang bila semua karyawannya
menurut, dan tentu yang akan saya bahas lebih panjang
dan yang paling tak terbantahkan adalah orangtua pada
"piaraan kecilnya" tentunya.
Siapa yang tidak suka anaknya nurut? , bahkan di
berbagai kesempatan arti/makna kata 'cerdas' bagi
para orangtua adalah anak yang menuruti perintah
ortu/guru.
Lihatlah masyarakat yang memuji seorang anak kecil
sebagai anak pintar ketika mau salim, senyum dan kiss
bye bila disuruh.
Bahagianya jadi ortu bila anak disuruh makan, makan,
diminta tidur juga ia langsung cuci kaki, cuci tangan,
gosok gigi dan tidur setelah berdoa.
Apalagi bila sudah gedean disarankan untuk masuk ke
fakultas tertentu dan anaknya setuju.
Bagi orangtua yang berkeyakinan anak harus nurut pada
apapun yang dikehendaki orangtuanya, sahabat saya
punya saran "jangan punya anak tapi belilah robot".
Mirip seperti para pekerja manusia yang tergantikan oleh
mesin karena para investor menginginkan kontrol yang
lebih leluasa dan gampang bukan?
Jangan disalah artikan bahwa kita sebagai ortu tidak
perlu mengajarkan etika, moral atau nilai-nilai luhur,
semuanya adalah wajib bagi orangtua, namun semua
menjadi tidak produktif ketika kita memilih jalan
memaksa anak.
Jangan sampai kisah-kisah di balik panggung sirkus
terjadi pada seorang anak. Michael Jackson mungkin
salah satu contoh sempurna bagaimana ayahnya yang
terobsesi menjadi terkenal dan mungkin kaya
melampiaskan keinginannya pada anak-anaknya. jakson
five tampil prima dipertunjukan, MJ kecil disebut anak
ajaib, tapi ada harga yang sangat mahal dibalik
ketenaran tersebut.
Saya percaya bahwa setiap orangtua pasti bermaksud
baik, apalagi pada anak tercintanya, mereka ingin
anaknya menjadi orang besar, hebat, sukses, kaya atau
apapun sebutannya. saya juga bisa memahami bahwa
Orangtua pasti mempunyai pengalaman dan pengetahuan
tentang menjalani hidup daripada anak dan merasa
mengetahui apa yang baik dan tidak.
Akan tetapi diatas semua itu yang diperlukan adalah
sebuah kesadaran, bahwa anak atau pasangan disamping
kita adalah individu yang mempunyai kebebasan dalam
memilih jalan hidupnya.
"Anakmu bukanlah milikmu" adalah tulisan dengan
makna spiritual cukup dalam yang tidak hanya perlu
dibaca melainkan dihayati oleh setiap orangtua.
Educare adalah bahasa latin dari Education yang artinya
"menarik keluar".
tujuan pendidikan adalah menarik keluar potensi, bakat
dan minat anak yang luar biasa yang terpendam
didalamnya.
dan menurut saya hal yang paling awal dan alami yang
diperlukan untuk semua makhluk hidup agar bertumbuh
adalah ruang dan waktu.
Memberikan ruang bertumbuh dan orangtua hadir di saat
ini adalah 2 pondasi emas di masa keemasan seorang
anak.
Anak dilahirkan di rumah dunia, bukan dipanggung
pertunjukan.
Dalam besaran proporsi, selayaknya lebih banyak kita
sebagai orangtua yang belajar daripadanya dibanding
sebaliknya
Ia datang dengan kebijaksanaan yang jauh lebih tinggi,
hidup di saat ini, melihat tanpa menghakimi, tersenyum
tulus, tidur nyenyak dan jutaan kebijaksanaan lainnya.
Sayang sekali bila ego kita yang bermuara dari
kecanduan kita akan pujian, penghargaan, penerimaan,
dan keinginan terlihat sebagai orangtua hebat
bertransformasi menjadi kehendak kuat untuk memaksa si
kecil yang murni.
Keharmonisan bukan dicapai dengan mengontrol apalagi
memaksa.
Alam telah mengajarkan kita semua untuk menikmati
proses melepas.
Biarkan ikan berenang, monyet memanjat, singa
mengaum, burung mengangkasa dan seorang anak
menjadi seorang anak, semua mengalir sempurna oleh
tuntunan takdir semesta.
_/|\_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Simulacra & Perversion

  Primordial Nature Home JUN 3 Simulacra and Perversion SIMULACRA & PERVERSION Kesehatan mental itu hanya bisa didapat bila berada dalam...